Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Surya terbitkan sinarnya dipagi ini
Dengan terangnya dia tersenyum menari
Memberkas dalam setiap daratan bumi
Bersambut kicau burung yang berdendang kesana - kemari
Disiang hari begitu cerah
Guratkan tetesan keringat membasahi wajah
Bertaburkan dedaunan yang terbang
Menghiasi tanah yang kering
Tetapi saat sore menjelang
Awan hitam mulai memayungi
Menderu diatas penuh kelekar yang menggelegar
Kilat menyambar menghiasi gelap
Berdesis dari kejauhan
Tertiup hembusan
Angin yang menyeruak menghambur
Menggoyangkan setiap pepohonan yang berdiri tegar
Menerbangkan setiap helai dedaunan
Menumbangkan setiap batang pohonnya
Menyapu bersih segala yang ada
Dan hanya menyisakan kekacauan
Apa ini suatu cobaan dari engkau ya Allah...
Engkau hanya hembuskan nafasmu
Semua jadi porak - poranda
Hentikanlah ya Allah segala musibahmu kepada kami
Dengan terangnya dia tersenyum menari
Memberkas dalam setiap daratan bumi
Bersambut kicau burung yang berdendang kesana - kemari
Disiang hari begitu cerah
Guratkan tetesan keringat membasahi wajah
Bertaburkan dedaunan yang terbang
Menghiasi tanah yang kering
Tetapi saat sore menjelang
Awan hitam mulai memayungi
Menderu diatas penuh kelekar yang menggelegar
Kilat menyambar menghiasi gelap
Berdesis dari kejauhan
Tertiup hembusan
Angin yang menyeruak menghambur
Menggoyangkan setiap pepohonan yang berdiri tegar
Menerbangkan setiap helai dedaunan
Menumbangkan setiap batang pohonnya
Menyapu bersih segala yang ada
Dan hanya menyisakan kekacauan
Apa ini suatu cobaan dari engkau ya Allah...
Engkau hanya hembuskan nafasmu
Semua jadi porak - poranda
Hentikanlah ya Allah segala musibahmu kepada kami
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Setiap yang ku lamunkan adalah mimpi
Setiap yang ku tatap adalah semu
Setiap yang ku rasa adalah maya
Setiap yang ku punya adalah bayangan
Kini ku semakin terpuruk
Tiada arah yang pasti
Kering kerontang sahara
Air matapun kering
Aku hidup seakan mati
Terhempas kedunia lain
Tak tersisakan di tubuhku
Hanya berhiaskan duka yang lara
Panca indera ku musnah
Aku merasa kehancuran
Kekosongan, keterpurukan, kepalsuan
Bercampur jadi bagian dalam diriku ini
Setiap yang ku tatap adalah semu
Setiap yang ku rasa adalah maya
Setiap yang ku punya adalah bayangan
Kini ku semakin terpuruk
Tiada arah yang pasti
Kering kerontang sahara
Air matapun kering
Aku hidup seakan mati
Terhempas kedunia lain
Tak tersisakan di tubuhku
Hanya berhiaskan duka yang lara
Panca indera ku musnah
Aku merasa kehancuran
Kekosongan, keterpurukan, kepalsuan
Bercampur jadi bagian dalam diriku ini
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Disaat cinta menemui jalan buntu
Dan tak seorangpun yang dapat membantu
Tuk temukan setitik cahaya terang
Tuk menyinari hatiku
Yang terselubung mendung
Dan yang ku temukan dalam suara hatiku
Adalah kebencian yang teramat mendalam
Akankah ku temukan
Pengganti rasa benci
Dan apakah kutemukan cinta yang sejati
Yang kan temukan pada hawa yang lain
Selain dirimu yang ku damba…..
Dan tak seorangpun yang dapat membantu
Tuk temukan setitik cahaya terang
Tuk menyinari hatiku
Yang terselubung mendung
Dan yang ku temukan dalam suara hatiku
Adalah kebencian yang teramat mendalam
Akankah ku temukan
Pengganti rasa benci
Dan apakah kutemukan cinta yang sejati
Yang kan temukan pada hawa yang lain
Selain dirimu yang ku damba…..
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Dari angkasa kau tampak kecil
Dan kau tampak memukau
Dari darat kau tampak luas
Dan terasa begitu sayu
Tapi kau dihatiku tampak memukau
Dan ku sangat mengagumi engkau
Ini adalah salah satu ciptaan-Mu
Begitu pula dengan diriku
Bagaimana kau menciptanya
Dengan segala kesempurnaan-Mu
Bumi yang dihias dengan permata hijau dan biru
Yang terbentuk sebagai air dan daun
Kau ciptakan pula keragamannya
Baik itu hayati dan hewani
Dengan setruktur yang sempurna
Kau ciptakan pula manusia
Yang engkau tunjuk sebagai penjaganya
Pelindungnya, dan pelestarinya
Kau ciptakan pula materi dan mineral
Dan kini telah sempurnanya ciptaan-Mu
Diangkasa kau ciptakan cahaya
Matahari, bulan dan bintang – bintang
Matahari kau atur siang hari
Bulan dan bintang kau jadwal malam hari
Tak akan ada yang dapat menirunya
Tak akan ada yang bisa menirunya
Meniru dan menciptakannya
Hanya engkaulah satu sang pencipta
Dan kau tampak memukau
Dari darat kau tampak luas
Dan terasa begitu sayu
Tapi kau dihatiku tampak memukau
Dan ku sangat mengagumi engkau
Ini adalah salah satu ciptaan-Mu
Begitu pula dengan diriku
Bagaimana kau menciptanya
Dengan segala kesempurnaan-Mu
Bumi yang dihias dengan permata hijau dan biru
Yang terbentuk sebagai air dan daun
Kau ciptakan pula keragamannya
Baik itu hayati dan hewani
Dengan setruktur yang sempurna
Kau ciptakan pula manusia
Yang engkau tunjuk sebagai penjaganya
Pelindungnya, dan pelestarinya
Kau ciptakan pula materi dan mineral
Dan kini telah sempurnanya ciptaan-Mu
Diangkasa kau ciptakan cahaya
Matahari, bulan dan bintang – bintang
Matahari kau atur siang hari
Bulan dan bintang kau jadwal malam hari
Tak akan ada yang dapat menirunya
Tak akan ada yang bisa menirunya
Meniru dan menciptakannya
Hanya engkaulah satu sang pencipta
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Saat sang surya mulai tenggelam
Tertidurlah dia di ufuk barat
Lelah, letih dan bermimpilah dia
Di bawah rayuan sang rembulan
Rembulan yang tampak pucat pasi
Tak dapat menahan gejolak api cinta
Rambut – rambut cinta dari matahari
Akankah dia bertahan hingga esok hari
Bintang – bintang yang melihat bingung
Kenapa api cinta matahari begitu besar
Serana tak kuasa menahannya
Bagaimanakah dia harus ku tolong
Akankah harus ku teriak
Apakah aku harus berlari
Tutupilah saja api cintanya
Dengan langit yang kelam kelabu
Tapi haruskah dia selalu begitu
Setiap hari berganti hari
Dia merasakan sakit pada hatinya
Merasakan kepedihan dimalam hari
Tolong – tolonglah dia
Bagaimana dia harus melangkah
Menuju menyelesaikan hasrat hati
Untuk menguraikan rasa cintanya itu
Tertidurlah dia di ufuk barat
Lelah, letih dan bermimpilah dia
Di bawah rayuan sang rembulan
Rembulan yang tampak pucat pasi
Tak dapat menahan gejolak api cinta
Rambut – rambut cinta dari matahari
Akankah dia bertahan hingga esok hari
Bintang – bintang yang melihat bingung
Kenapa api cinta matahari begitu besar
Serana tak kuasa menahannya
Bagaimanakah dia harus ku tolong
Akankah harus ku teriak
Apakah aku harus berlari
Tutupilah saja api cintanya
Dengan langit yang kelam kelabu
Tapi haruskah dia selalu begitu
Setiap hari berganti hari
Dia merasakan sakit pada hatinya
Merasakan kepedihan dimalam hari
Tolong – tolonglah dia
Bagaimana dia harus melangkah
Menuju menyelesaikan hasrat hati
Untuk menguraikan rasa cintanya itu
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Berkata – kata sumpah
Dalam seonggok sampah
Terbungkus dalam keranjang sampah
Dengan alasan sumpah serapah
Terus dan terus berkata – kata
Dalam barisan – barisan baitnya
Seakan kata bergema
Dengan alunan suara – suara
Kata – kata terucap setia
Janji kepada ajal tanahnya
Untuk terus merasa berjasa
Kepada ayah, ibu, saudara – saudaranya
Tapi apa daya suara
Dengan teriakan kata – kata
Yang hanya bergema dalam gua
Tanpa ada jalur dan alurnya
Kadang cuma biasa
Terkadang pula cuma hanya rasa
Yang cuma semu dan maya
Meraung – raung dalam jiwa
Kata – kata hanya kata
Sumpah juga hanya kata
Tersenyum dan tertawa saja
Karna hanya sebuah kata – kata
Dalam seonggok sampah
Terbungkus dalam keranjang sampah
Dengan alasan sumpah serapah
Terus dan terus berkata – kata
Dalam barisan – barisan baitnya
Seakan kata bergema
Dengan alunan suara – suara
Kata – kata terucap setia
Janji kepada ajal tanahnya
Untuk terus merasa berjasa
Kepada ayah, ibu, saudara – saudaranya
Tapi apa daya suara
Dengan teriakan kata – kata
Yang hanya bergema dalam gua
Tanpa ada jalur dan alurnya
Kadang cuma biasa
Terkadang pula cuma hanya rasa
Yang cuma semu dan maya
Meraung – raung dalam jiwa
Kata – kata hanya kata
Sumpah juga hanya kata
Tersenyum dan tertawa saja
Karna hanya sebuah kata – kata
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Terpatri dalam titik relung hidup
Yang hanya berkutat dalam kabut rotasi
Hanya kadang meratap dan menatap
Dalam luluh lebur suatu kondisi
Hati, jiwa dan idelisme masing – masing
Bentuk wadah semua bentuk kehidupan
Yang berakal berbudi pekerti yang matang
Bukan suatu bentuk gundah dan kegelapan
Berjuang dalam suatu perjalanan
Langkah – langkah penuh darah
Bersumpah dalam suatu janji pendirian
Untuk saling merogoh dan menambah gagah
Satu untuk semua wadah hidup
Yang tergolong sama wadah hidup
Kadang wadah penuh ratap
Kitap – kitap dalam satu tatap
Akankah hidup suatu wadah berubah
Mengapa terus hal – hal yang susah
Harus dan akan tetap berpisah
Dalam suatu ajal wadah hidup bertanah
Air dingin menetes dari kelopak – kelopak tatap
Sembam dan memerah dalam putaran waktu
Dalam hidup suatu wadah hidup yang belum tetap
Mati dan hidup untuk wadah hidup pasti berlaku
Yang hanya berkutat dalam kabut rotasi
Hanya kadang meratap dan menatap
Dalam luluh lebur suatu kondisi
Hati, jiwa dan idelisme masing – masing
Bentuk wadah semua bentuk kehidupan
Yang berakal berbudi pekerti yang matang
Bukan suatu bentuk gundah dan kegelapan
Berjuang dalam suatu perjalanan
Langkah – langkah penuh darah
Bersumpah dalam suatu janji pendirian
Untuk saling merogoh dan menambah gagah
Satu untuk semua wadah hidup
Yang tergolong sama wadah hidup
Kadang wadah penuh ratap
Kitap – kitap dalam satu tatap
Akankah hidup suatu wadah berubah
Mengapa terus hal – hal yang susah
Harus dan akan tetap berpisah
Dalam suatu ajal wadah hidup bertanah
Air dingin menetes dari kelopak – kelopak tatap
Sembam dan memerah dalam putaran waktu
Dalam hidup suatu wadah hidup yang belum tetap
Mati dan hidup untuk wadah hidup pasti berlaku
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Saat mentari berganti bulan
Dan terang berganti gelap
Terdengar seruan tarian dan nyanyian
Dalam keheningan yang senyap
Bertaburlah banyaknya bintang
Bertemankan lentera abadi
Yang selalu akan terasing dalam hening
Tak akan pula bisa berlari
Berjalan diiringi rembulan
Yang terlihat hanya gelap pekat
Menyelimuti arah dan tujuan
Hingga terjerumus dalam sesat
Berjuang lalui malam senyam
Coba untuk cari kembali
Datangnya surya yang bersemayam
Dalam suatu ujung tepi
Kurindu akan cahaya
Kurindu akan kehangatan
Kurindu akan terang dalam nyata
Kurindu akan keharuman dan keindahan
Baunya menyengat jiwa
Tak bertuah tak berasa
Sengir asam terbaut
Dalam lembab suasana kabut
Dan terang berganti gelap
Terdengar seruan tarian dan nyanyian
Dalam keheningan yang senyap
Bertaburlah banyaknya bintang
Bertemankan lentera abadi
Yang selalu akan terasing dalam hening
Tak akan pula bisa berlari
Berjalan diiringi rembulan
Yang terlihat hanya gelap pekat
Menyelimuti arah dan tujuan
Hingga terjerumus dalam sesat
Berjuang lalui malam senyam
Coba untuk cari kembali
Datangnya surya yang bersemayam
Dalam suatu ujung tepi
Kurindu akan cahaya
Kurindu akan kehangatan
Kurindu akan terang dalam nyata
Kurindu akan keharuman dan keindahan
Baunya menyengat jiwa
Tak bertuah tak berasa
Sengir asam terbaut
Dalam lembab suasana kabut
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Saat ku terapung dan terasing
Hanyut terbawa suasana
Yang terdengar riuh dan bising
Terjerembab dalam jendela
Dengan halauan tirai
Menutup semua makna
Yang terselubung dalam hati
Bermakna dan berarti di jiwa
Meraung seolah menggema
Dalam hembusan kabut
Menggonggong dan berkata – kata
Yang takkan pernah tersebut
Suatu bentuk hayal harapan
Terpikir berpusar dalam otak
Lewat jalur rajutan – rajutan
Otot dan syaraf yang berontak
Terbuai dalam semu
Terhasut dalam maya
Terkunci dalam jeruji batu
Terbuang dalam tanah bata
Imajinasi kadang bentuk harapan
Yang tersumbat dalam selokan
Penuh dengan kotoran – kotoran
Dalam setiap tarikan dan hembusan
Hanyut terbawa suasana
Yang terdengar riuh dan bising
Terjerembab dalam jendela
Dengan halauan tirai
Menutup semua makna
Yang terselubung dalam hati
Bermakna dan berarti di jiwa
Meraung seolah menggema
Dalam hembusan kabut
Menggonggong dan berkata – kata
Yang takkan pernah tersebut
Suatu bentuk hayal harapan
Terpikir berpusar dalam otak
Lewat jalur rajutan – rajutan
Otot dan syaraf yang berontak
Terbuai dalam semu
Terhasut dalam maya
Terkunci dalam jeruji batu
Terbuang dalam tanah bata
Imajinasi kadang bentuk harapan
Yang tersumbat dalam selokan
Penuh dengan kotoran – kotoran
Dalam setiap tarikan dan hembusan
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Terbuka dan terkunci
Dalam kotak terukir besi
Rasa yang bertumpuk basi
Terjebak tanpa suatu sisi
Bertabur dalam kebutan debu
Tersembur dalam tabu hati
Tersapu lubuk kalbu
Berkutak lebih dini
Hanya berteman laba – laba
Yang terus berkata – kata
“Hiduplah terus kau disana”
Tanpa terperanjat dan membuka mata
Bertepuk – tepuklah sang cicak
Dan terus berketuk dalam lubuk
Bernyanyilah laba – laba dan cicak
Bersama saling terus bersorak
Ku hanya bisa tersenyum
Dalam kotak yang kelam
Lembab, basah dan senyam
Yang terus tertutup kalam
Tubuh hanya berharap
Dengan tuntunan do’a yang terucap
Untuk dapat bisa membuka
Lembaran hidup yang terus terjera
Dalam kotak terukir besi
Rasa yang bertumpuk basi
Terjebak tanpa suatu sisi
Bertabur dalam kebutan debu
Tersembur dalam tabu hati
Tersapu lubuk kalbu
Berkutak lebih dini
Hanya berteman laba – laba
Yang terus berkata – kata
“Hiduplah terus kau disana”
Tanpa terperanjat dan membuka mata
Bertepuk – tepuklah sang cicak
Dan terus berketuk dalam lubuk
Bernyanyilah laba – laba dan cicak
Bersama saling terus bersorak
Ku hanya bisa tersenyum
Dalam kotak yang kelam
Lembab, basah dan senyam
Yang terus tertutup kalam
Tubuh hanya berharap
Dengan tuntunan do’a yang terucap
Untuk dapat bisa membuka
Lembaran hidup yang terus terjera
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Hidup berjalan selaksa air
Tak bertuju tanpa jalur
Hanya selalu terpancar
Dalam angin layar
Hanyut bersama arus
Yang terbawa deras
Dan terus menguras
Segala tatapan malas
Kutemui suatu kedalaman
Akupun turut tenggelam
Bergerak dalam selam
Tertuju di ruang kegelapan
Kadang ku merasuk yang dangkal
Terbentur dalam batu yang terjal
Lalui waktu penuh hayal
Tanpa tertinggal sedikit akal
Gemericik air menuju samudera
Dan aku terus terbawa
Hingga merengkuh cita dan cinta
Sampai ku terkubur disana
Ku hanya ikuti hati air
Dengan kata seperti air
Terus dan terus mengalir
Seperti apa adanya hidup air
Tak bertuju tanpa jalur
Hanya selalu terpancar
Dalam angin layar
Hanyut bersama arus
Yang terbawa deras
Dan terus menguras
Segala tatapan malas
Kutemui suatu kedalaman
Akupun turut tenggelam
Bergerak dalam selam
Tertuju di ruang kegelapan
Kadang ku merasuk yang dangkal
Terbentur dalam batu yang terjal
Lalui waktu penuh hayal
Tanpa tertinggal sedikit akal
Gemericik air menuju samudera
Dan aku terus terbawa
Hingga merengkuh cita dan cinta
Sampai ku terkubur disana
Ku hanya ikuti hati air
Dengan kata seperti air
Terus dan terus mengalir
Seperti apa adanya hidup air
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Terbang bersama terpaut dalam alur
Dan saling terpaku untuk mengukur
Dari mata yang terus terpancar
Menggali apa yang dapat terkuar
Halus bagai selembar kertas
Dalam suatu hati yang getas
Terus dan terus terkupas
Di gundukan – gundukan kapas
Dua hari kini berlalu
Tak ada jua yang kelu
Kini rasa hanya kau yang ku tuju
Ragu merasuk ke samudera biru
Terpesona dalam dirimu yang indah
Alur hati kembali tergugah
Istana hati bertabur megah
Penuh dengan gambaran anugerah
Lanjut kini ku dalam hati
Terkurung dalam asa nurani
Yang terus tertutup tirani
Kembali hati jadi berjanji
Alur hati kadang pula terbuka
Dengan kata penuh terbata
Terengkuh dalam laba – laba jala
Untuk mengungkap suatu rasa
Dan saling terpaku untuk mengukur
Dari mata yang terus terpancar
Menggali apa yang dapat terkuar
Halus bagai selembar kertas
Dalam suatu hati yang getas
Terus dan terus terkupas
Di gundukan – gundukan kapas
Dua hari kini berlalu
Tak ada jua yang kelu
Kini rasa hanya kau yang ku tuju
Ragu merasuk ke samudera biru
Terpesona dalam dirimu yang indah
Alur hati kembali tergugah
Istana hati bertabur megah
Penuh dengan gambaran anugerah
Lanjut kini ku dalam hati
Terkurung dalam asa nurani
Yang terus tertutup tirani
Kembali hati jadi berjanji
Alur hati kadang pula terbuka
Dengan kata penuh terbata
Terengkuh dalam laba – laba jala
Untuk mengungkap suatu rasa
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Dulu kita berdua layaknya sepasang merpati
Berbagi segala gundah dan resah di hati
Dulu kalapun aku bahagia bersamamu
Merajut semua rasa rindu berdua denganmu
Waktu terus berlalu menggilas hati
Tanpa ku sadari aku yang terus berlari
Mengejar dan meraih semua yang kau mau
Ingin ku berhenti dan tertidur tanpamu
Disini, di peraduan alam hidupku
Yang larut tanpa ada bayang – bayangmu
Kadang pula terbesit rasa bosan
Terkadang aku muang dengan tingkahmu yang menjengkelkan
Kau yang memulai kaupun yang mengakhiri
Kau pun yang membuat suatu pemicu
Keputusan yang bulat untuk mengakhiri
Segala apa yang pernah kita buka
Hati, jiwa, ragaku kini berselimut gontai
Remuk tersapu hujan dan badai
Inilah waktu yang tepat untuk berpisah
Tapi ku ingin ini adalah akhir yang indah
Terlepas dari semua gundah
Yang terasa megah dalam hatiku
Mungkin kita bukan suatu jodoh
Selamat tinggal, terimalah suratanmu
Berbagi segala gundah dan resah di hati
Dulu kalapun aku bahagia bersamamu
Merajut semua rasa rindu berdua denganmu
Waktu terus berlalu menggilas hati
Tanpa ku sadari aku yang terus berlari
Mengejar dan meraih semua yang kau mau
Ingin ku berhenti dan tertidur tanpamu
Disini, di peraduan alam hidupku
Yang larut tanpa ada bayang – bayangmu
Kadang pula terbesit rasa bosan
Terkadang aku muang dengan tingkahmu yang menjengkelkan
Kau yang memulai kaupun yang mengakhiri
Kau pun yang membuat suatu pemicu
Keputusan yang bulat untuk mengakhiri
Segala apa yang pernah kita buka
Hati, jiwa, ragaku kini berselimut gontai
Remuk tersapu hujan dan badai
Inilah waktu yang tepat untuk berpisah
Tapi ku ingin ini adalah akhir yang indah
Terlepas dari semua gundah
Yang terasa megah dalam hatiku
Mungkin kita bukan suatu jodoh
Selamat tinggal, terimalah suratanmu
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Angin mendera sayu bertiup di dedaunan
Awan yang menyelimuti hanya diam terpaku
Menatap anak – anak rumput yang bergoyang
Bersuara pekik bersama halilintar yang menggelegar
Cambuk – cambuk yang semakin tajam
Datang menyambut tanah yang pekat
Menghujam tubuh yang rentan
Tetes – tetes darah mengalir ke samudera
Disana hanya terombang – ambing gelombang
Tanpa dasar, tanpa tepi dan tanpa arah
Terkoyak dengan luka – luka yang menyanyi
Ingin berlari dan menggapai sepinya hati
Aku ingin berteriak dan menggonggong
Tolong – tolong dalam tarian takdir
Mulut memuntahkan darah segar dari dalam tubuh
Lukaku semakin parah hingga kejiwa
Tapi lolonganku hanya sampai hati
Tanpa keluar melalui cerobong tenggorokan
Terseret dan terus terseret dalam ayunan hidup
Hanya bisa mendesah lirih berbisik pada buih
Aku harap cepat kembali ke peraduan
Berbaring dalam lubang tanah kecil
Biarkan aku menjadi tanah kembali
Selamanya tidur dan tak terbangunkan oleh mimpi
Awan yang menyelimuti hanya diam terpaku
Menatap anak – anak rumput yang bergoyang
Bersuara pekik bersama halilintar yang menggelegar
Cambuk – cambuk yang semakin tajam
Datang menyambut tanah yang pekat
Menghujam tubuh yang rentan
Tetes – tetes darah mengalir ke samudera
Disana hanya terombang – ambing gelombang
Tanpa dasar, tanpa tepi dan tanpa arah
Terkoyak dengan luka – luka yang menyanyi
Ingin berlari dan menggapai sepinya hati
Aku ingin berteriak dan menggonggong
Tolong – tolong dalam tarian takdir
Mulut memuntahkan darah segar dari dalam tubuh
Lukaku semakin parah hingga kejiwa
Tapi lolonganku hanya sampai hati
Tanpa keluar melalui cerobong tenggorokan
Terseret dan terus terseret dalam ayunan hidup
Hanya bisa mendesah lirih berbisik pada buih
Aku harap cepat kembali ke peraduan
Berbaring dalam lubang tanah kecil
Biarkan aku menjadi tanah kembali
Selamanya tidur dan tak terbangunkan oleh mimpi
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kau peluk aku saat ku menangis
Kehangatan kasihmu yang terlepas
Dari sebuah tangan sutera
Yang membelai lembut kelopak mata
Kau membawaku terbang
Kepak – kepak sayap cintamu
Kedalam maya yang terang
Yang membuatku menyatu denganmu
Dari sebuah serpihan batu pualam
Di tempa menjadi batu intan permata
Dari setiap malam – malam yang kelam
Kita tempa dan saling menempa
Kisah kasih yang takkan terlupakan
Hingga suatu ajal tiba
Kekal abadi selamanya
Sampai tercipta kehidupan abadi-Nya
Kembali berdua sampai alam baka
Walau tubuh tinggal tulang
Tapi hati tetap utuh dan terbuka
Selalu suci menerima cintamu yang terselubung
Dalam kegelapan yang kelam
Dalam kehidupan yang hitam
Inginku rengkuh engkau dalam cahaya
Hingga melebur semua jadi satu berdua
Kehangatan kasihmu yang terlepas
Dari sebuah tangan sutera
Yang membelai lembut kelopak mata
Kau membawaku terbang
Kepak – kepak sayap cintamu
Kedalam maya yang terang
Yang membuatku menyatu denganmu
Dari sebuah serpihan batu pualam
Di tempa menjadi batu intan permata
Dari setiap malam – malam yang kelam
Kita tempa dan saling menempa
Kisah kasih yang takkan terlupakan
Hingga suatu ajal tiba
Kekal abadi selamanya
Sampai tercipta kehidupan abadi-Nya
Kembali berdua sampai alam baka
Walau tubuh tinggal tulang
Tapi hati tetap utuh dan terbuka
Selalu suci menerima cintamu yang terselubung
Dalam kegelapan yang kelam
Dalam kehidupan yang hitam
Inginku rengkuh engkau dalam cahaya
Hingga melebur semua jadi satu berdua
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Suatu yang bisa dan tak bisa
Antara pasti dan tak pasti
Berkecamuk pikiran bergelora
Untuk berjalan dan meniti
Langkah dalam dua jalur
Bercabang tak bertepi
Membuatku tersungkur
Dalam pilihan hati
Akankah ku menepi
Dari sebuah nyata
Akankah ku mencari
Setitik cahaya
Untukku dapat memilih
Walaupun tak dapat kembali
Dalam kemelut yang gundah
Dihati, jiwa dan nurani
Baik dan baik
Buruk dan buruk
Kini bercampur menyatu
Seiring tangisan nada melayu
Kata hati mungkin jawaban
Segala ragu yang ada
Untukku meniti jalan
Antara engkau dan dia
Antara pasti dan tak pasti
Berkecamuk pikiran bergelora
Untuk berjalan dan meniti
Langkah dalam dua jalur
Bercabang tak bertepi
Membuatku tersungkur
Dalam pilihan hati
Akankah ku menepi
Dari sebuah nyata
Akankah ku mencari
Setitik cahaya
Untukku dapat memilih
Walaupun tak dapat kembali
Dalam kemelut yang gundah
Dihati, jiwa dan nurani
Baik dan baik
Buruk dan buruk
Kini bercampur menyatu
Seiring tangisan nada melayu
Kata hati mungkin jawaban
Segala ragu yang ada
Untukku meniti jalan
Antara engkau dan dia
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Hati yang berkutat dengan cadar
Satupun celah tak lagi terbongkar
Yang tergetar dengan cakar – cakar
Hingga tiba kini kau muali tersungkur
Kembali hidup dan mati
Kembali terdiam dan bernyanyi
Menggema dalam jiwa dan nurani
Terkubur didalam inti bumi
Suling – suling yang tertiup bari bambu
Menyeruak masuk kedalam kalbu
Seiring raungan – raungan lembu
Hanya awan yang diam membisu
Air yang mengisi tanpa nada
Dengan tirai – tirai yang melagu
Batu – batu yang ikut berdetak penuh rasa
Membuka taria dan nyanyian alam
Kadang lagu penuh suram
Kadang syair menyayat kelam
Dalam seribu keheningan malam
Rimba raya yang menangis
Ditinggal sang raja alam semesta
Bercicit – cicit penuh lapis
Merintih bernada luruh lapa
Satupun celah tak lagi terbongkar
Yang tergetar dengan cakar – cakar
Hingga tiba kini kau muali tersungkur
Kembali hidup dan mati
Kembali terdiam dan bernyanyi
Menggema dalam jiwa dan nurani
Terkubur didalam inti bumi
Suling – suling yang tertiup bari bambu
Menyeruak masuk kedalam kalbu
Seiring raungan – raungan lembu
Hanya awan yang diam membisu
Air yang mengisi tanpa nada
Dengan tirai – tirai yang melagu
Batu – batu yang ikut berdetak penuh rasa
Membuka taria dan nyanyian alam
Kadang lagu penuh suram
Kadang syair menyayat kelam
Dalam seribu keheningan malam
Rimba raya yang menangis
Ditinggal sang raja alam semesta
Bercicit – cicit penuh lapis
Merintih bernada luruh lapa
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Rahasia demi rahasia yang terkunci
Terkubur yang terdalam di sebuah guci
Hatipun kini mulai terikat benang suci
Tanpa ada suatu sakral dan benci
Kembali tergali oleh jiwa
Yang mengandung sejuta makna
Walau tersiram gelombang air laut
Tertimbun dengan gunung selamet
Tak kan lelah terus mencari
Tak kan henti walau meniti
Bilapun sang mentari berganti
Senada ikut bernyanyi
Dalam gundah hati yang sunyi
Meraug dan merengkuh kembali
Batu – batu, pasir – pasir
Yang menyisir untaian benang kucir
Walau kadang kesat penuh sesat
Kadang kaget penuh terperanjat
Menatap pidadari yang melesat
Tanpa arah dan tuju yang tepat
Ku cari engkau hingga magma tercurat
Membakar seluruh sendi – sendi surat
Dan aku hanya bisa berkutat
Dalam suatu surat yang ketat
Terkubur yang terdalam di sebuah guci
Hatipun kini mulai terikat benang suci
Tanpa ada suatu sakral dan benci
Kembali tergali oleh jiwa
Yang mengandung sejuta makna
Walau tersiram gelombang air laut
Tertimbun dengan gunung selamet
Tak kan lelah terus mencari
Tak kan henti walau meniti
Bilapun sang mentari berganti
Senada ikut bernyanyi
Dalam gundah hati yang sunyi
Meraug dan merengkuh kembali
Batu – batu, pasir – pasir
Yang menyisir untaian benang kucir
Walau kadang kesat penuh sesat
Kadang kaget penuh terperanjat
Menatap pidadari yang melesat
Tanpa arah dan tuju yang tepat
Ku cari engkau hingga magma tercurat
Membakar seluruh sendi – sendi surat
Dan aku hanya bisa berkutat
Dalam suatu surat yang ketat
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Biarkanlah hati yang berbicara
Dan semua akan jadi bermakna
Dalam rangkaian yang sesungguhnya
Tanpa ada sedikit duka dan luka
Berlari sambil menggapai
Terdiam sambil berfikir
Merenung bukan bermimpi
Hingga waktupun terkuar
Jadikan karangan hayal
Pasti dan akan tercapai
Meski hidup memang terjal
Walau kadang jalan penuh duri
Jalan – jalan menuju cinta
Yang mesti tertempuh
Dalam ikatan tali takdir-Nya
Yang mesti kita rengkuh
Kau tak pantas terus berlari
Kau tak pantas terus bermimpi
Untuk menyunting sang dewi
Yang begitu suci dan murni
Kasihmulah yang bisa menjawab
Sayangmulah yang bisa menguak
Semua di benak yang berkitab
Yang terkunci oleh jarak
Dan semua akan jadi bermakna
Dalam rangkaian yang sesungguhnya
Tanpa ada sedikit duka dan luka
Berlari sambil menggapai
Terdiam sambil berfikir
Merenung bukan bermimpi
Hingga waktupun terkuar
Jadikan karangan hayal
Pasti dan akan tercapai
Meski hidup memang terjal
Walau kadang jalan penuh duri
Jalan – jalan menuju cinta
Yang mesti tertempuh
Dalam ikatan tali takdir-Nya
Yang mesti kita rengkuh
Kau tak pantas terus berlari
Kau tak pantas terus bermimpi
Untuk menyunting sang dewi
Yang begitu suci dan murni
Kasihmulah yang bisa menjawab
Sayangmulah yang bisa menguak
Semua di benak yang berkitab
Yang terkunci oleh jarak
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kita sudah lewati semua
Waktu, berbagi dan terbuka
Walau kadang pahit dan manis
Kita tegar dan lepas
Saat kau menangis, tertawa
Seiring merajut semua
Yang pasti dan tak pasti
Yang hidup dan mati
Bagai pohon sakura
Kita tumbuh bersama
Dengan waktu yang sekian lama
Antara terasa dan tidak terasa
Saling membuang rasa
Saling menumbuhkan rasa
Terbentuk suatu rasa
Yang terasa dalam sukma
Bagaikan para dewa dan dewi
Yang selalu berikan damai
Cahaya yang di atas cahayaku
Yang slalu menghangatkan jiwaku
Kini ingin ku rubah semua
Rasa dengan rasa hati
Lebih dari suatu yang biasa
Tak akan pernah lari dan mati
Waktu, berbagi dan terbuka
Walau kadang pahit dan manis
Kita tegar dan lepas
Saat kau menangis, tertawa
Seiring merajut semua
Yang pasti dan tak pasti
Yang hidup dan mati
Bagai pohon sakura
Kita tumbuh bersama
Dengan waktu yang sekian lama
Antara terasa dan tidak terasa
Saling membuang rasa
Saling menumbuhkan rasa
Terbentuk suatu rasa
Yang terasa dalam sukma
Bagaikan para dewa dan dewi
Yang selalu berikan damai
Cahaya yang di atas cahayaku
Yang slalu menghangatkan jiwaku
Kini ingin ku rubah semua
Rasa dengan rasa hati
Lebih dari suatu yang biasa
Tak akan pernah lari dan mati
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kala ku bersandar dari sebuah mata
Dan saat ku peluk erat sinar hati
Hingga bergetar seluruh raga
Bertemu dan saling mencuri arti
Menopang dan saling berpangku
Kembali bertemu dalam ruang dan waktu
Terdapat dalam sebuah tungku
Yang dulu pecah kini menyatu
Dengan panas bara dalam dada
Terikat jalinan tali suci
Air yang tertempa sang bayau
Bergolak dan mendidih menggebu
Bayang muka sang pangeran
Tertata rapi dan jelas dalam kalbu
Sang putri gelisah penasaran
Tertawa dan tersenyum malu
Sang pujangga yang coba berbait
Dalam sebuah kisah dan cerita
Antara bahagia, sedih, manis dan pahit
Mengartikan dan menorehkan tulisan dalam tinta
Diantara gelombang – gelombang awan
Rasa yang begitu terasa berbeda
Dalam suatu lubuk kalbu perasaan
Bertanya apakah semua itu sebuah cinta
Dan saat ku peluk erat sinar hati
Hingga bergetar seluruh raga
Bertemu dan saling mencuri arti
Menopang dan saling berpangku
Kembali bertemu dalam ruang dan waktu
Terdapat dalam sebuah tungku
Yang dulu pecah kini menyatu
Dengan panas bara dalam dada
Terikat jalinan tali suci
Air yang tertempa sang bayau
Bergolak dan mendidih menggebu
Bayang muka sang pangeran
Tertata rapi dan jelas dalam kalbu
Sang putri gelisah penasaran
Tertawa dan tersenyum malu
Sang pujangga yang coba berbait
Dalam sebuah kisah dan cerita
Antara bahagia, sedih, manis dan pahit
Mengartikan dan menorehkan tulisan dalam tinta
Diantara gelombang – gelombang awan
Rasa yang begitu terasa berbeda
Dalam suatu lubuk kalbu perasaan
Bertanya apakah semua itu sebuah cinta
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Manis yang terasa manis
Pahit yang sering kita lukis
Hingga asa terlepas terkikis
Dan tak akan pernah lagi menangis
Lagi terhubung rasa berdua
Untuk kita saling bersama
Sejoli yang merengguk bahagia
Satu untuk selamanya
Berbagi dan berbagi
Tertawa dan tertawa
Berdua dan berdua
Terbuai dan terbuai
Serpihan – serpihan waktu
Yang telah mengikis nurani
Janji dan sumpah setiaku
Tumbuh dalam pusara hati
Masa demi masa
Terus berlari dan mengiringi
Langkah – langkah cahaya
Untukmu dan dan takkan bertepi
Bagai langit, bintang dan bulan
Bunga, kumbang yang saling mengisi
Sayap – sayap yang sepasang
Tercipta bagai kita berdua
Pahit yang sering kita lukis
Hingga asa terlepas terkikis
Dan tak akan pernah lagi menangis
Lagi terhubung rasa berdua
Untuk kita saling bersama
Sejoli yang merengguk bahagia
Satu untuk selamanya
Berbagi dan berbagi
Tertawa dan tertawa
Berdua dan berdua
Terbuai dan terbuai
Serpihan – serpihan waktu
Yang telah mengikis nurani
Janji dan sumpah setiaku
Tumbuh dalam pusara hati
Masa demi masa
Terus berlari dan mengiringi
Langkah – langkah cahaya
Untukmu dan dan takkan bertepi
Bagai langit, bintang dan bulan
Bunga, kumbang yang saling mengisi
Sayap – sayap yang sepasang
Tercipta bagai kita berdua
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kau siratan sinar matahari
Yang begitu memukau hati
Warna – warna yang indah
Terbujur dalam satu anugrah
Lembut, itulah yang terpancar
Pasti dan tak pasti terarah
Wujudmu tergeser
Kapan kau terpecah
Merah, kuning,hijau,
Jingga, ungu dan biru
Itulah bagian dari dirimu
Bidadari yang malu – malu
Untuk turun dan terjun bersamamu
Bernyanyi, menari, tertawa dan bercanda
Di telaga sunyi untuk mandi
Karna kau selalu tersenyum
Membalut sang dewi - dewi
Yang merajut alam
Untuk dinikmati
Untuk dihiasi
Untuk dipuji – puji
Karna kau pelangi
Yang begitu memukau hati
Warna – warna yang indah
Terbujur dalam satu anugrah
Lembut, itulah yang terpancar
Pasti dan tak pasti terarah
Wujudmu tergeser
Kapan kau terpecah
Merah, kuning,hijau,
Jingga, ungu dan biru
Itulah bagian dari dirimu
Bidadari yang malu – malu
Untuk turun dan terjun bersamamu
Bernyanyi, menari, tertawa dan bercanda
Di telaga sunyi untuk mandi
Karna kau selalu tersenyum
Membalut sang dewi - dewi
Yang merajut alam
Untuk dinikmati
Untuk dihiasi
Untuk dipuji – puji
Karna kau pelangi
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Angin yang bertiup kebibir pantai
Di iringi deruan ombak yang menari
Nyiurpun turut iringi dengan melambai
Burung – burung yang seakan menyanyi
Menambah riangnya suara alam
Memecah kerasnya kelam
Teriakan demi teriakan
Tangisan demi tangisan
Terdengar lirih dalam kabut jiwa
Tersayu menderu dalam galau hati
Hanya pasir yang mampu mendengarnya
Dan hanya awan yang memayungi
Teriknya kian membakar kalbu
Wajah – wajah yang sayu
Layu termakan malu
Pasirpun berkata “kau dengar itu”
Kau dengar suara yang pilu
Sang awan hanya terpaku
Pilu yang menyayat – nyayat
Ratapan hati yang biru tergugat
Seoasang mata yang menatap
Tanpa ada kekuatan yang teguh
Untuk ia beranjak melangkah
Karna hatinya yang tak tau arah
Di iringi deruan ombak yang menari
Nyiurpun turut iringi dengan melambai
Burung – burung yang seakan menyanyi
Menambah riangnya suara alam
Memecah kerasnya kelam
Teriakan demi teriakan
Tangisan demi tangisan
Terdengar lirih dalam kabut jiwa
Tersayu menderu dalam galau hati
Hanya pasir yang mampu mendengarnya
Dan hanya awan yang memayungi
Teriknya kian membakar kalbu
Wajah – wajah yang sayu
Layu termakan malu
Pasirpun berkata “kau dengar itu”
Kau dengar suara yang pilu
Sang awan hanya terpaku
Pilu yang menyayat – nyayat
Ratapan hati yang biru tergugat
Seoasang mata yang menatap
Tanpa ada kekuatan yang teguh
Untuk ia beranjak melangkah
Karna hatinya yang tak tau arah
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Janji setiamu
Masih terngiang di telingaku
Kata manismu
Takkan pernah tinggalkanku
Kini semua samar
Kini semua memar
Dalam jiwaku, hatiku
Dalam ragaku, dadaku
Saat kau nampak jauh
Dan tak bisa ku sentuh
Tanpa kau sadari
Dan hanya ku rasa sendiri
Cinta yang tumbuh untukmu
Dalam sayap hatiku
Ku kepakkan selebar langit
Kau kini buatku sakit
Memang kini ku bukan yang terbaik
Kalau memang itu pantas kau lepaskan aku
Dan jika esok ku yang terbaik
Ku harap cintaku yang apa adanya
Ku takkan lagi untuk berharap
Kini cintamu untukku kurasa lenyap
Bagai malam yang senyap
Serasa hidupku kalap
Masih terngiang di telingaku
Kata manismu
Takkan pernah tinggalkanku
Kini semua samar
Kini semua memar
Dalam jiwaku, hatiku
Dalam ragaku, dadaku
Saat kau nampak jauh
Dan tak bisa ku sentuh
Tanpa kau sadari
Dan hanya ku rasa sendiri
Cinta yang tumbuh untukmu
Dalam sayap hatiku
Ku kepakkan selebar langit
Kau kini buatku sakit
Memang kini ku bukan yang terbaik
Kalau memang itu pantas kau lepaskan aku
Dan jika esok ku yang terbaik
Ku harap cintaku yang apa adanya
Ku takkan lagi untuk berharap
Kini cintamu untukku kurasa lenyap
Bagai malam yang senyap
Serasa hidupku kalap
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kau yang aku cintai
Kau yang aku sayangi
Melebihi semuanya
Memberi semua yang ku punya
Tanpa ragu
Tanpa malu
Hingga tercurahkan
Dan muncul harapan
Tapi kau ragu, malu dan hilang
Membawa semua kemenangan
Kau tertawa akan kehancuran
Tanpa ada halang rintang
Memang bunga tetangga lebih bagus
Harum, indah dan manis
Bola matamu yang melalang buana
Terasa terpana oleh pesonanya
Membuatmu terbuai, terlena
Akan melupakan semua
Semua tentang kita berdua
Yang terwujud sekian lama
Mudah memang membalik telapak tangan
Begitu pula kau membalik cintamu
Yang dulu untuk diriku
Kini terbalik untuk bunga rotan
@ And-ree Celezska
Kau yang aku sayangi
Melebihi semuanya
Memberi semua yang ku punya
Tanpa ragu
Tanpa malu
Hingga tercurahkan
Dan muncul harapan
Tapi kau ragu, malu dan hilang
Membawa semua kemenangan
Kau tertawa akan kehancuran
Tanpa ada halang rintang
Memang bunga tetangga lebih bagus
Harum, indah dan manis
Bola matamu yang melalang buana
Terasa terpana oleh pesonanya
Membuatmu terbuai, terlena
Akan melupakan semua
Semua tentang kita berdua
Yang terwujud sekian lama
Mudah memang membalik telapak tangan
Begitu pula kau membalik cintamu
Yang dulu untuk diriku
Kini terbalik untuk bunga rotan
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Dengan taruhan nyawa
Rela korbankan untuk kita
Perjuangan yang ia lakukan
Hembusan nyawa yang ia berikan
Dengan penuh harapan
Harapan untuk masa depan
Yang telah terlahir
Tanpa batas akhir
Menjaga, merawat, menyusui
Dengan air dari surga
Dan kitapun terbuai
Lembut belaian jari – jarinya
Tawa, sedih, tangis, ratapan
Marah, duka, nasehatnya
Mengandung penuh makna
Yang terbaik untuk masa depan
Kita tak bisa membalas
Kita tak bisa memelas
Untuk jasa – jasanya
Untuk kita semua
Ibu…kuberlutut dikakimu
Meminta surga darimu
Meminta sebuah ampunan
Untuk kahidupan dimasa depan
@ And-ree Celezska
Rela korbankan untuk kita
Perjuangan yang ia lakukan
Hembusan nyawa yang ia berikan
Dengan penuh harapan
Harapan untuk masa depan
Yang telah terlahir
Tanpa batas akhir
Menjaga, merawat, menyusui
Dengan air dari surga
Dan kitapun terbuai
Lembut belaian jari – jarinya
Tawa, sedih, tangis, ratapan
Marah, duka, nasehatnya
Mengandung penuh makna
Yang terbaik untuk masa depan
Kita tak bisa membalas
Kita tak bisa memelas
Untuk jasa – jasanya
Untuk kita semua
Ibu…kuberlutut dikakimu
Meminta surga darimu
Meminta sebuah ampunan
Untuk kahidupan dimasa depan
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Walau kini ku remuk bagai pasir
Rapuh bagai daun yang kering
Walaupun selemba nafasku terkoyak ombak
Tersayat seluruh raga penuh garam
Lantunkan semua itu pada takdir
Kenapa ini terjadi yang tak menentu bagai angin
Dan kini ku rasa buta, bisu, tuli, lumpuh tak berdaya
Tapi ku coba tuk bertahan dengan cahaya yang tersisa
Kan ku coba berjalan tegak
Langkah pasti tatapan penuh sinar
Senyum yang mengembang
Karna rembulan telah memiliki kepastian
Untuk berlabuh kesenja itu
Dengan satu tuju
Dia yang termaukan
Perjalanan yang senja mau
@ And-ree Celezska
Rapuh bagai daun yang kering
Walaupun selemba nafasku terkoyak ombak
Tersayat seluruh raga penuh garam
Lantunkan semua itu pada takdir
Kenapa ini terjadi yang tak menentu bagai angin
Dan kini ku rasa buta, bisu, tuli, lumpuh tak berdaya
Tapi ku coba tuk bertahan dengan cahaya yang tersisa
Kan ku coba berjalan tegak
Langkah pasti tatapan penuh sinar
Senyum yang mengembang
Karna rembulan telah memiliki kepastian
Untuk berlabuh kesenja itu
Dengan satu tuju
Dia yang termaukan
Perjalanan yang senja mau
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kau yang tenangkan ku
Kau yang temaniku
Kau yang buatku tersenyum
Dalam suratan hidupku yang suram
Peringatanmu bagai tamparan
Nasehatmu bagai hiasan
Tutur katamu yang lembut
Membuatku hanyut
Kau rangkul aku saat menangis
Kembali saatku teriris
Kembali kau yakinkanku
Untuk tetap terus maju tanpa ragu
Saat saling berbagi tawa
Saat saling berbagi duka
Saat saling berbagi harta
Kita selalu seiring bersama
Menggapai mimpi
Meraih angan
Menyatukan khayal
Melebur satu visi misi
Tanpamu aku tiada arti
Tanpamu aku rasa mati
Kau yang pantas ku sebut…..
“Sahabatku”!!!
@ And-ree Celezska
Kau yang temaniku
Kau yang buatku tersenyum
Dalam suratan hidupku yang suram
Peringatanmu bagai tamparan
Nasehatmu bagai hiasan
Tutur katamu yang lembut
Membuatku hanyut
Kau rangkul aku saat menangis
Kembali saatku teriris
Kembali kau yakinkanku
Untuk tetap terus maju tanpa ragu
Saat saling berbagi tawa
Saat saling berbagi duka
Saat saling berbagi harta
Kita selalu seiring bersama
Menggapai mimpi
Meraih angan
Menyatukan khayal
Melebur satu visi misi
Tanpamu aku tiada arti
Tanpamu aku rasa mati
Kau yang pantas ku sebut…..
“Sahabatku”!!!
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kala ku kini ditempatkan pada lidi yang berdiri
Yang penuh magma panas dari perut bumi
Dan pedang sang samurai menghujam diri
Tanpa seutas tali untuk ku pegang seimbang
Akankah ku jatuh dan lenyap
Akankah ku bisa bertahan
Menatap putihnya awan
Dengan kunang abadi yang gemerlap
Sendiri dan terus sendiri
Hanya ditemani sang angin
Hujan, topan dan badai
Burung bangkai yang berputar diatasku
Menanti kapan sampah ini mati
Menunggu kapan debu ini terbang
Mencari sela untuk menerkam diri
Menatapku bagai anjing jalang
Ku hanya menanti….. menanti……
Lidi patah terbakar magma
Kepastian yang remang
Apakah hanya maya
@ And-ree Celezska
Yang penuh magma panas dari perut bumi
Dan pedang sang samurai menghujam diri
Tanpa seutas tali untuk ku pegang seimbang
Akankah ku jatuh dan lenyap
Akankah ku bisa bertahan
Menatap putihnya awan
Dengan kunang abadi yang gemerlap
Sendiri dan terus sendiri
Hanya ditemani sang angin
Hujan, topan dan badai
Burung bangkai yang berputar diatasku
Menanti kapan sampah ini mati
Menunggu kapan debu ini terbang
Mencari sela untuk menerkam diri
Menatapku bagai anjing jalang
Ku hanya menanti….. menanti……
Lidi patah terbakar magma
Kepastian yang remang
Apakah hanya maya
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kita berjalan bersama
Merangkai hari penuh warna
Kita bercanda bersama
Penuh gelak tawa
Kau siapkan kembang api
Kau siapkan ruang dan waktu
Kau tata hari ini
Penuh dengan seru
Hari yang panjang dan melelahkan
Tak terasakan sang waktu berlalu
Detik demi detik penuh dengan suka
Tak sedikitpun terlintas duka
Ditepi kolam yang gemericik
Disendi – sendi sawah yang mengalun
Dibawah rindangnya pohon bambu
Yang menambah suasana riang
Ikan – ikan pun ikut menari
Lembaran daun bambu menyanyi
Desiran angin yang sepoi – sepoi
Bahagiaku di pesta kecil ini
@ And-ree Celezska
Merangkai hari penuh warna
Kita bercanda bersama
Penuh gelak tawa
Kau siapkan kembang api
Kau siapkan ruang dan waktu
Kau tata hari ini
Penuh dengan seru
Hari yang panjang dan melelahkan
Tak terasakan sang waktu berlalu
Detik demi detik penuh dengan suka
Tak sedikitpun terlintas duka
Ditepi kolam yang gemericik
Disendi – sendi sawah yang mengalun
Dibawah rindangnya pohon bambu
Yang menambah suasana riang
Ikan – ikan pun ikut menari
Lembaran daun bambu menyanyi
Desiran angin yang sepoi – sepoi
Bahagiaku di pesta kecil ini
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kami keluar ruangan bukan untuk dapat uang
Kami keluar untuk memperjuangkan kebenaran
Karna kami dengar jeritan dan ratapan
Kami dengar tangisan yang mendayu – dayu
Kami turun kejalan bukan cari sensasi
Kami bicara bukan untuk ajang pamer
Dan kami tak ingin masuk koran, televisi atau radio
Kami di sana berjuang untuk rakyat
Hei dengarlah kalian yang diatas
Yang sedang duduk berlenggang – lenggang
Dengarlah kami, dengarlah ratapan kami
Yang sering kau tindas dan acuhkan
Kami rela lakukan semua demi rakyat
Kami iklas karna semua untuk mereka yang tertindas
Kami tak dibayar, kami tak diberi upah
Kata hati kamilah yang menuntun untuk lakukan itu semua
Hei para penguasa apa engkau semua tuli
Hei para penguasa apa engkau semua buta
Hei para penguasa apa engkau semua bisu
Hentikanlah dan robahlah penderitaan mereka
Katanya manusia punya hati nurani
Katanya manusia punya belas kasih
Tapi kenyataannya engkau tak punya itu
Kau lebih baik dikatakan sebagai binatan
@ And-ree Celezska
Kami keluar untuk memperjuangkan kebenaran
Karna kami dengar jeritan dan ratapan
Kami dengar tangisan yang mendayu – dayu
Kami turun kejalan bukan cari sensasi
Kami bicara bukan untuk ajang pamer
Dan kami tak ingin masuk koran, televisi atau radio
Kami di sana berjuang untuk rakyat
Hei dengarlah kalian yang diatas
Yang sedang duduk berlenggang – lenggang
Dengarlah kami, dengarlah ratapan kami
Yang sering kau tindas dan acuhkan
Kami rela lakukan semua demi rakyat
Kami iklas karna semua untuk mereka yang tertindas
Kami tak dibayar, kami tak diberi upah
Kata hati kamilah yang menuntun untuk lakukan itu semua
Hei para penguasa apa engkau semua tuli
Hei para penguasa apa engkau semua buta
Hei para penguasa apa engkau semua bisu
Hentikanlah dan robahlah penderitaan mereka
Katanya manusia punya hati nurani
Katanya manusia punya belas kasih
Tapi kenyataannya engkau tak punya itu
Kau lebih baik dikatakan sebagai binatan
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Saat keadilan tak lagi diperjuangkan
Dan saat penguasa – penguasa mulai keasikan
Mereka bergoyang dan menyanyi diatas kursi goyang
Mereka tertawa diatas penderitaan pejuang
Pejuang yang berani mati untuk bela negara
Untuk menumpas kebatilan – kebatilan penguasa
Yang menindas dan mengoyak – ngoyak rakyat jelata
Tak mengindahkan lagi akan hak – hak asasi manusia
Tangis – tangis yang bercampurkan ratapan
Tubuh – tubuh yang bersimpuhkan luka
Darah yang mengalir bagaikan hujan
Mengalir dalam setiap sendi – sendi perjuangan mereka
Yang memperjuangkan nasib rakyat Indonesia
Tak satupun kuping yang mendengarnya
Tak satu bibir yang mampu menjawab semua
Pertanyaan, ratapan, tangisan dan penderitaan mereka
Mereka hanya bisa menunjukkan jari
Mereka hanya pandai memerintah
Dan mereka hanya pandai menguras uang rakyat
Mereka pun hanya pintar duduk manis dan bersantai
Tanpa pernah mereka melihat kebawah
Tanpa pernah mereka terjun kejurang penderitaan
Kamipun pejuang rakyat bersorak “turunlah kau dari kursi”
Dan kami bentangkan tulisan gugatan padamu hai!!! Penguasa
@ And-ree Celezska
Dan saat penguasa – penguasa mulai keasikan
Mereka bergoyang dan menyanyi diatas kursi goyang
Mereka tertawa diatas penderitaan pejuang
Pejuang yang berani mati untuk bela negara
Untuk menumpas kebatilan – kebatilan penguasa
Yang menindas dan mengoyak – ngoyak rakyat jelata
Tak mengindahkan lagi akan hak – hak asasi manusia
Tangis – tangis yang bercampurkan ratapan
Tubuh – tubuh yang bersimpuhkan luka
Darah yang mengalir bagaikan hujan
Mengalir dalam setiap sendi – sendi perjuangan mereka
Yang memperjuangkan nasib rakyat Indonesia
Tak satupun kuping yang mendengarnya
Tak satu bibir yang mampu menjawab semua
Pertanyaan, ratapan, tangisan dan penderitaan mereka
Mereka hanya bisa menunjukkan jari
Mereka hanya pandai memerintah
Dan mereka hanya pandai menguras uang rakyat
Mereka pun hanya pintar duduk manis dan bersantai
Tanpa pernah mereka melihat kebawah
Tanpa pernah mereka terjun kejurang penderitaan
Kamipun pejuang rakyat bersorak “turunlah kau dari kursi”
Dan kami bentangkan tulisan gugatan padamu hai!!! Penguasa
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Di saat ku duduk sendiri
Menatap bumi yang tlah bosan
Untuk ku berpijak dan menapak
Dalam setiap lembaran takdirku
Ku rasakan dalam hatiku
Sepi dan hening tanpa suara
Walaupun sebenarnya banyak suara
Orang – orang yang berlalu lalang
Yang ku rasakan hanya belaian
Angin yang mengalun senada
Dengan apa yang ada di hati
Bisingpun mulai menghilang
Kini ku mulai sendiri
Tanpa ada yang menemani lagi
Seolah ku hidup sendiri
Dalam kehampaan dunia
Yang teramat suram dan kelam
Bumi merintihkan sakitnya
Yang terinjak – injak
Begitu pula hatiku ini
Haruskah ku menangiskan kesedihan
Haruskah ku merintihkan sakitku
Yang kian lama kian menjadi
Luka yang ada didalam hati
@ And-ree Celezska
Menatap bumi yang tlah bosan
Untuk ku berpijak dan menapak
Dalam setiap lembaran takdirku
Ku rasakan dalam hatiku
Sepi dan hening tanpa suara
Walaupun sebenarnya banyak suara
Orang – orang yang berlalu lalang
Yang ku rasakan hanya belaian
Angin yang mengalun senada
Dengan apa yang ada di hati
Bisingpun mulai menghilang
Kini ku mulai sendiri
Tanpa ada yang menemani lagi
Seolah ku hidup sendiri
Dalam kehampaan dunia
Yang teramat suram dan kelam
Bumi merintihkan sakitnya
Yang terinjak – injak
Begitu pula hatiku ini
Haruskah ku menangiskan kesedihan
Haruskah ku merintihkan sakitku
Yang kian lama kian menjadi
Luka yang ada didalam hati
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Bintang yang bertabur di langit malam ini
Kau adalah mata kesaksian yang bersinar
Kesaksian yang bisu pada semua cinta
Cinta suci dari dua hati yang berbeda
Kau kan tetap abadi selamanya
Menyaksikan dan mendengarkan
Ketulusan cinta dari setiap insan
Walaupun kau jauh dari dunia
Ku sangat yakin kaulah satu – satunya
Ciptaan-Nya yang akan kekal terjaga
Walaupun ku tak bisa meraihmu
Walaupun ku tak bisa menggapaimu
Tuk berada disampingku
Tuk berada disampingnya
Menemani dan mendampingiku
Ku percaya kau selalu setia
Menyinari cintaku yang tulus
Andaikan kau bisa bicara
Dan andaikan kau diberi suara oleh-Nya
Ku ingin kau wakilkan suara hatiku
Tuk nyatakan rasa cintaku
Dan gelora asmara dihatiku
Padanya yang kini ku damba
Tuk dapat mendampingiku didunia
@ And-ree Celezska
Kau adalah mata kesaksian yang bersinar
Kesaksian yang bisu pada semua cinta
Cinta suci dari dua hati yang berbeda
Kau kan tetap abadi selamanya
Menyaksikan dan mendengarkan
Ketulusan cinta dari setiap insan
Walaupun kau jauh dari dunia
Ku sangat yakin kaulah satu – satunya
Ciptaan-Nya yang akan kekal terjaga
Walaupun ku tak bisa meraihmu
Walaupun ku tak bisa menggapaimu
Tuk berada disampingku
Tuk berada disampingnya
Menemani dan mendampingiku
Ku percaya kau selalu setia
Menyinari cintaku yang tulus
Andaikan kau bisa bicara
Dan andaikan kau diberi suara oleh-Nya
Ku ingin kau wakilkan suara hatiku
Tuk nyatakan rasa cintaku
Dan gelora asmara dihatiku
Padanya yang kini ku damba
Tuk dapat mendampingiku didunia
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Langit disore hari
Kau ubah warnamu jadi putih
Burung pun ikuti suasanamu
Berkicau dan menari bersamamu
Tapi sayang putih itu
Kini tertutup noda hitam
Noda dari awan yang kelam
Burung pun mulai takut dan pergi
Tiba – tiba ada seorang anak
Yang bermain cambuk api
Suaranya getarkan jagat raya
Cambukan itu mengenai langit
Akankah sang langit menangis
Akhirnya langitpun tak kuasa menahannya
Dia kini menangis keras sekali
Air matanya basahi alam semesta
Ku mohon redakan tangisnya
Ku mohon jangan sakiti dia
Karena ku ingin langit ceria
Do’a ku pun terkabulkan oleh-Nya
Kini dia bisa tersenyum lagi
Dengan segaris pelangi
Yang tampak pada wajahnya
Ku bahagia sekali, kuharap tetaplah seperti ini
Langitku yang biru
Langitku yang Putih
Langitku yang cerah
Langitku yang sayu….
@ And-ree Celezska
Kau ubah warnamu jadi putih
Burung pun ikuti suasanamu
Berkicau dan menari bersamamu
Tapi sayang putih itu
Kini tertutup noda hitam
Noda dari awan yang kelam
Burung pun mulai takut dan pergi
Tiba – tiba ada seorang anak
Yang bermain cambuk api
Suaranya getarkan jagat raya
Cambukan itu mengenai langit
Akankah sang langit menangis
Akhirnya langitpun tak kuasa menahannya
Dia kini menangis keras sekali
Air matanya basahi alam semesta
Ku mohon redakan tangisnya
Ku mohon jangan sakiti dia
Karena ku ingin langit ceria
Do’a ku pun terkabulkan oleh-Nya
Kini dia bisa tersenyum lagi
Dengan segaris pelangi
Yang tampak pada wajahnya
Ku bahagia sekali, kuharap tetaplah seperti ini
Langitku yang biru
Langitku yang Putih
Langitku yang cerah
Langitku yang sayu….
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Di bawah redupnya bara lilin
Kupandang sebuah foto
Yang tergambar wajahmu
Dengan ditambah senyuman
Begitu pula pada hatiku
Kau terlukis disana
Dengan mata yang sayu
Dan segaris senyuman menawan
Kau yang ku cintai
Dengan penuh rasa tulus
Kau kini tlah singgah dihatiku
Terukir pula namamu
Ku ukir dengan darahku
Dan tak akan pernah hilang
Walaupun kau tak tau
Semua perasaan yang ada
Tapi ku yakin suatu masa
Pasti terbukalah hatimu
Untuk menerima semua rasaku
Dihatiku satu untukmu
@ And-ree Celezska
Kupandang sebuah foto
Yang tergambar wajahmu
Dengan ditambah senyuman
Begitu pula pada hatiku
Kau terlukis disana
Dengan mata yang sayu
Dan segaris senyuman menawan
Kau yang ku cintai
Dengan penuh rasa tulus
Kau kini tlah singgah dihatiku
Terukir pula namamu
Ku ukir dengan darahku
Dan tak akan pernah hilang
Walaupun kau tak tau
Semua perasaan yang ada
Tapi ku yakin suatu masa
Pasti terbukalah hatimu
Untuk menerima semua rasaku
Dihatiku satu untukmu
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kala kududuk diam terpaku
Mataku hanya tertuju pada satu sudut
Angin berhembus meniup dedaunan
Seakan mereka melambaiku
Agar ku datang dalam alam kehancuran
Anginpun serasa mendorongku
Haruskah ku ikuti jejak sang angin
Dan haruskah ku tinggalkan hidupku
Karna kaulah yang hancurkan jiwaku
Karna kaulah yang musnahkan cintaku
Kaulah yang jerumuskan aku
Cinta yang kau berikan adalah semu
Lebih baik kau pergi
Pergi…..janganlah kau kembali
Hempaskanlah harapan hatiku
Harapan yang tak pernah pasti darimu
Aku kini serasa ditelan magma
Magma yang panas membara
Lebur semua yang ada pada diriku
Tak ada lagi yang tersisa dariku
Burung – burung berkicau
Seakan – akan mengejekku
Menertawakanku, mencaciku
Diatas semua penderitaanku
Kuinginkan harapan yang pasti
Walaupun harapan itu lama bagiku
Aku yang harus berubah sikap
Atau kau yang harus merubah sikap
@ And-ree Celezska
Mataku hanya tertuju pada satu sudut
Angin berhembus meniup dedaunan
Seakan mereka melambaiku
Agar ku datang dalam alam kehancuran
Anginpun serasa mendorongku
Haruskah ku ikuti jejak sang angin
Dan haruskah ku tinggalkan hidupku
Karna kaulah yang hancurkan jiwaku
Karna kaulah yang musnahkan cintaku
Kaulah yang jerumuskan aku
Cinta yang kau berikan adalah semu
Lebih baik kau pergi
Pergi…..janganlah kau kembali
Hempaskanlah harapan hatiku
Harapan yang tak pernah pasti darimu
Aku kini serasa ditelan magma
Magma yang panas membara
Lebur semua yang ada pada diriku
Tak ada lagi yang tersisa dariku
Burung – burung berkicau
Seakan – akan mengejekku
Menertawakanku, mencaciku
Diatas semua penderitaanku
Kuinginkan harapan yang pasti
Walaupun harapan itu lama bagiku
Aku yang harus berubah sikap
Atau kau yang harus merubah sikap
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kau beri harapan padaku
Harapan yang teramat besar
Hingga ku salah……….
Salah mengambil langkah
Karna kurasa kau beri kasih
Kau beri rasa sayang dan cinta
Apakah aku salah…..
Memahami sikapmu kepadaku
Saat kau berikan semua itu
Tak tepat pada waktunya
Saat itu ku rasa kesepian
Rasa hampa dalam hati
Karna ku tlah dihianati
Dihianati oleh yang kusayangi
Kau beri semua rasa itu
Kau beri hati padaku
Apakah kini ku benar salah
Bila ku mengasihimu
Menyayangimu dan mencintaimu
Tapi kini ku sangat resah
Karna kau sebenarnya tak begitu
Tapi kurasa kau tlah acuhkanku
Kini setelah rasa itu ada
Kau berubah sikap padaku
Kini kau berubah
Berbalik 1800 kau tak hiraukan ku lagi
Tak pedulikan kehadiranku
Kemanakah ku berkeluh kesah
@ And-ree Celezska
Harapan yang teramat besar
Hingga ku salah……….
Salah mengambil langkah
Karna kurasa kau beri kasih
Kau beri rasa sayang dan cinta
Apakah aku salah…..
Memahami sikapmu kepadaku
Saat kau berikan semua itu
Tak tepat pada waktunya
Saat itu ku rasa kesepian
Rasa hampa dalam hati
Karna ku tlah dihianati
Dihianati oleh yang kusayangi
Kau beri semua rasa itu
Kau beri hati padaku
Apakah kini ku benar salah
Bila ku mengasihimu
Menyayangimu dan mencintaimu
Tapi kini ku sangat resah
Karna kau sebenarnya tak begitu
Tapi kurasa kau tlah acuhkanku
Kini setelah rasa itu ada
Kau berubah sikap padaku
Kini kau berubah
Berbalik 1800 kau tak hiraukan ku lagi
Tak pedulikan kehadiranku
Kemanakah ku berkeluh kesah
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Apakah memang begini
Apakah harus seperti ini
Rasanya cinta yang bertepuk sebelah tangan
Perih, sakit, pedih hingga menusuk kalbu
Tak bisa ku tahan rasa ini
Serasa teriris – iris pisau yang tajam
Dan luka itu bagai disiram garam
Kacau….kacau hatiku ini
Haruskah ku lari kelautan
Lalu teriaklah aku disana
Sakit………, sakit………
Hati serasa merintih tertatih
Haruskah ku lari kegunung
Dan kusuarakan hatiku
Mengapa harus begini
Oh…..hancur, hancur jiwaku
Apakah dia hanya anggapku teman saja
Tapi ku sungguh tak harap itu
Yang kuharapkan sebuah cinta
Perasaan yang sama sepertiku
Kau yang ku cinta dan yang ku benci
Akankah kau berubah hati
Kuharap waktu berpihak padaku
Lama ku tahan rasa pedih ini
Kau yang ku rindu dan sakitiku
Cepat, cepatlah kau berubah
Biarlah angin katakan padamu
Aku berharap semua berubah
@ And-ree Celezska
Apakah harus seperti ini
Rasanya cinta yang bertepuk sebelah tangan
Perih, sakit, pedih hingga menusuk kalbu
Tak bisa ku tahan rasa ini
Serasa teriris – iris pisau yang tajam
Dan luka itu bagai disiram garam
Kacau….kacau hatiku ini
Haruskah ku lari kelautan
Lalu teriaklah aku disana
Sakit………, sakit………
Hati serasa merintih tertatih
Haruskah ku lari kegunung
Dan kusuarakan hatiku
Mengapa harus begini
Oh…..hancur, hancur jiwaku
Apakah dia hanya anggapku teman saja
Tapi ku sungguh tak harap itu
Yang kuharapkan sebuah cinta
Perasaan yang sama sepertiku
Kau yang ku cinta dan yang ku benci
Akankah kau berubah hati
Kuharap waktu berpihak padaku
Lama ku tahan rasa pedih ini
Kau yang ku rindu dan sakitiku
Cepat, cepatlah kau berubah
Biarlah angin katakan padamu
Aku berharap semua berubah
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kasih……….
Dikala sang malam telah datang
Dimana sang malam diterpa hujan dan badai
Diterpa sang angin malam yang dingin
Ku terpaku, terdiam dan ku termenung
Apa yang harus ku perbuat dikala sang petir menyambar
Kemana langkahku harus kubawa
Kemana kakiku harus ku hempaskan
Serana tak kuasa menahan beban yang ada
Disetiap bulu yang ada pada tubuhku ini
Ingin ku tatap wajahmu, rona pipimu dan pesonamu
Yang terpancar seiring sinaran sang rembulan
Tapi dimanakah dirimu berdiri dan berpijak
Ku ikuti jejak – jejak sang rembulan malam
Sampai datangnya sang fajar diufuk timur
Tak ku temukan bayangan dirimu
Kasih…………
Tinggalkanlah jejakmu, tunjukkanlah bayangmu
Agar aku dapat menemukan cintamu itu
Walaupun jejak itu hanya sekedar aroma wangi pesonamu
Tebarkanlah wangi itu disetiap pancaran sinar pelangi
Supaya aku dapatkan hangatnya cintamu
Agar aku dapat mencurahkan semua rasa dihati
Karna selama ini aku sangat mencintai dan merindukan kasihmu
@ And-ree Celezska
Dikala sang malam telah datang
Dimana sang malam diterpa hujan dan badai
Diterpa sang angin malam yang dingin
Ku terpaku, terdiam dan ku termenung
Apa yang harus ku perbuat dikala sang petir menyambar
Kemana langkahku harus kubawa
Kemana kakiku harus ku hempaskan
Serana tak kuasa menahan beban yang ada
Disetiap bulu yang ada pada tubuhku ini
Ingin ku tatap wajahmu, rona pipimu dan pesonamu
Yang terpancar seiring sinaran sang rembulan
Tapi dimanakah dirimu berdiri dan berpijak
Ku ikuti jejak – jejak sang rembulan malam
Sampai datangnya sang fajar diufuk timur
Tak ku temukan bayangan dirimu
Kasih…………
Tinggalkanlah jejakmu, tunjukkanlah bayangmu
Agar aku dapat menemukan cintamu itu
Walaupun jejak itu hanya sekedar aroma wangi pesonamu
Tebarkanlah wangi itu disetiap pancaran sinar pelangi
Supaya aku dapatkan hangatnya cintamu
Agar aku dapat mencurahkan semua rasa dihati
Karna selama ini aku sangat mencintai dan merindukan kasihmu
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Segala kehidupan didunia fana ini
Semua kematian dialam semesta ini
Segala kehancuran dibumi ini
Adalah suatu perjalanan hidup
Perjalanan yang panjang sekali
Dengan jalan yang selalu berliku
Tak semuanya akan berjalan mulus dan lurus
Kadang ada lubang dan tanjakan hidup
Hidup penuh dengan panorama sandiwara
Kadang kita berperankan duka
Juga kita bisa berperankan suka
Tapi kita juga bisa berpura – pura
Karna semua telah diatur-Nya
Kadang ku bertanya dalam hati
Apakah kita ini boneka
Apakah kita ini robot
Yang selalu diatur-Nya
Yang selalu menuruti-Nya
Semua kehendak-Nya
Sesuka hati sendiri
Ku bertanya lagi dalam hati
Memang pantas, karna dia pencipta kita
Karna dia telah menggariskannya
Untuk cobaan memasuki kehidupan yang lain
Kehidupan yang jauh lebih sempurna
Suatu kehidupan yang lebih baik
Yang lebih banyak kehidupan
Baik bagi umat-Nya yang setia
Umat yang patuh kepada-Nya
Umat yang selalu menyembah-Nya
Dan bertaqwa kepada-Nya
Yang selalu dengarkan hadis-Nya
Tapi aku tak tau kehidupan seperti apakah
Yang telah dia tentukan diatas sana
Kehidupan yang seperti nirwanakah
Atau seperti di surga
Semua manusia tak akan pernah bisa tau
Aku, kamu dan semua penduduk dijagad raya ini
Tak akan bisa tau yang di susun-Nya
Dia yang mengatur kehidupan semua manusia
@ And-ree Celezska
Semua kematian dialam semesta ini
Segala kehancuran dibumi ini
Adalah suatu perjalanan hidup
Perjalanan yang panjang sekali
Dengan jalan yang selalu berliku
Tak semuanya akan berjalan mulus dan lurus
Kadang ada lubang dan tanjakan hidup
Hidup penuh dengan panorama sandiwara
Kadang kita berperankan duka
Juga kita bisa berperankan suka
Tapi kita juga bisa berpura – pura
Karna semua telah diatur-Nya
Kadang ku bertanya dalam hati
Apakah kita ini boneka
Apakah kita ini robot
Yang selalu diatur-Nya
Yang selalu menuruti-Nya
Semua kehendak-Nya
Sesuka hati sendiri
Ku bertanya lagi dalam hati
Memang pantas, karna dia pencipta kita
Karna dia telah menggariskannya
Untuk cobaan memasuki kehidupan yang lain
Kehidupan yang jauh lebih sempurna
Suatu kehidupan yang lebih baik
Yang lebih banyak kehidupan
Baik bagi umat-Nya yang setia
Umat yang patuh kepada-Nya
Umat yang selalu menyembah-Nya
Dan bertaqwa kepada-Nya
Yang selalu dengarkan hadis-Nya
Tapi aku tak tau kehidupan seperti apakah
Yang telah dia tentukan diatas sana
Kehidupan yang seperti nirwanakah
Atau seperti di surga
Semua manusia tak akan pernah bisa tau
Aku, kamu dan semua penduduk dijagad raya ini
Tak akan bisa tau yang di susun-Nya
Dia yang mengatur kehidupan semua manusia
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Manusia adalah ciptaan-Nya
Takdir adalah ciptaan-Nya juga
Manusia dan takdir adalah Satu
Suatu satu kesatuan yang erat
Tak seorangpun dapat memisahkannya
Tak seekor hewanpun dapat merubahnya
Tak sepohonpun dapat menghancurkannya
Tak satu otakpun dapat menghapusnya
Karna hanya sang penciptalah yang bisa
Merubah suatu takdir manusia
Karna sejak kita hembuskan nafas pertama
Dia telah menentukan semuanya
Dari masalah yang terkecil sampai yang terbesar
Dari yang harus dilakukan sampai yang tidak
Harus dilakukan didunia-Nya ini
Dan yang harus di perbuat kita
Dan dialah sang juri dari segalanya
Juri yang sangat adil dan sangat jujur
Semua perbuatan yang kita lakukan
Segala tingkah laku kita didunia
Takdir-Nya adalah kehendak-Nya
Yang tak bisa kita mengubahnya
Dan karna telah digariskan-Nya
Dan walaupun takdir itu adalah
Suka dan duka kehidupan
Kita harus menerimanya
Dengan hati yang lapang
Karna dia maha penyayang lagi maha mengasihi
Takdir adalah ciptaan-Nya juga
Manusia dan takdir adalah Satu
Suatu satu kesatuan yang erat
Tak seorangpun dapat memisahkannya
Tak seekor hewanpun dapat merubahnya
Tak sepohonpun dapat menghancurkannya
Tak satu otakpun dapat menghapusnya
Karna hanya sang penciptalah yang bisa
Merubah suatu takdir manusia
Karna sejak kita hembuskan nafas pertama
Dia telah menentukan semuanya
Dari masalah yang terkecil sampai yang terbesar
Dari yang harus dilakukan sampai yang tidak
Harus dilakukan didunia-Nya ini
Dan yang harus di perbuat kita
Dan dialah sang juri dari segalanya
Juri yang sangat adil dan sangat jujur
Semua perbuatan yang kita lakukan
Segala tingkah laku kita didunia
Takdir-Nya adalah kehendak-Nya
Yang tak bisa kita mengubahnya
Dan karna telah digariskan-Nya
Dan walaupun takdir itu adalah
Suka dan duka kehidupan
Kita harus menerimanya
Dengan hati yang lapang
Karna dia maha penyayang lagi maha mengasihi
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Saat kau tampakkan segaris senyuman
Senyuman yang ku artikan lain
Karna sebenarnya senyuman itu tak berarti
Senyuman yang tak bermakna sebuah perasaan
Karna sebenarnya ku harap senyuman itu
Drai dalam hatimu yang terdalam
Senyuman yang mengandung cinta
Mengandung kasih dan sayang untukku
Saat kau tampakkan senyum itu hatiku bergetar
Dan jantungku berdegup keras
Mataku tak kuasa ku pejamkan
Serana tak kuasa melihat pesona senyuman mu
Tapi diatas suka dihatiku itu
Ada duka yang aku pendam di hati
Karena ku tak bisa ungkapkan rasa itu
Sebab kau kini ada yang memiliki
Dan kau bukanlah untukku
Tuhan tolonglah aku kini tak kuasa
Menerima anugrah-Mu itu
Rasa cinta yang kau berikan untukku
Rasa cinta yang teramat besar
Tapi ku bersyukur padamu
Mungkin ini jalan yang terbaik untukku
Dan mungkin kau beri jalan yang lain bagiku
Kini ku tak bisa milikinya
Kini ku tak bisa bersamanya
Dialam yang engkau ciptakan ini
Ku harap di alam yang lain ku dapat bersamanya
Yang ku harap dari-Mu tuntunlah aku
Bila itu jalan yang terbaik
Untukku dan untuknya didunia ini
Karna engkau yang mengatur segalanya
Senyuman yang ku artikan lain
Karna sebenarnya senyuman itu tak berarti
Senyuman yang tak bermakna sebuah perasaan
Karna sebenarnya ku harap senyuman itu
Drai dalam hatimu yang terdalam
Senyuman yang mengandung cinta
Mengandung kasih dan sayang untukku
Saat kau tampakkan senyum itu hatiku bergetar
Dan jantungku berdegup keras
Mataku tak kuasa ku pejamkan
Serana tak kuasa melihat pesona senyuman mu
Tapi diatas suka dihatiku itu
Ada duka yang aku pendam di hati
Karena ku tak bisa ungkapkan rasa itu
Sebab kau kini ada yang memiliki
Dan kau bukanlah untukku
Tuhan tolonglah aku kini tak kuasa
Menerima anugrah-Mu itu
Rasa cinta yang kau berikan untukku
Rasa cinta yang teramat besar
Tapi ku bersyukur padamu
Mungkin ini jalan yang terbaik untukku
Dan mungkin kau beri jalan yang lain bagiku
Kini ku tak bisa milikinya
Kini ku tak bisa bersamanya
Dialam yang engkau ciptakan ini
Ku harap di alam yang lain ku dapat bersamanya
Yang ku harap dari-Mu tuntunlah aku
Bila itu jalan yang terbaik
Untukku dan untuknya didunia ini
Karna engkau yang mengatur segalanya
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Saat ku dilahirkan didunia ini
Dan saat ku mulai bisa bernafas
Dan aku bisa bersuarakan tangis
Sejak itu pula takdirku dimulai
Takdir yang dia berikan untukku
Tapi ku bertanya dalam hati
Bagaimana bentuk takdirku itu
Yang telah dituliskankan-Nya padaku
Saat itu memang aku tak punya dosa
Saat itu memang aku tak tau apa - apa
Ku hanya bisa menangis dan tertawa
Ku hanya bisa merengek dan meronta
Setelah usiaku termakan sang waktu
Dan ku mulai mengenal apa itu dosa
Dan ku mulai mengenal apa itu cinta
Dan ku mulai mengenal apa itu benci
Ku mengenal rasa menyayangi
Ku mengenal rasa mengasihi
Disitu aku mulai berkata – kata
Ku mulai bersuarakan tentang kehidupan
Sampai waktu benar – benar merenggut hidup
Hingga suaraku jadi tak lantang lagi
Sampai kulitku kering gerontang
Hingga rambut ini mulai tampak putih
Dan aku tak sanggup tuk berjalan lagi
Matakupun tak bisa lagi menatap cahaya
Dan aku tak bisa lagi jalani hidup ini
Ku tak tau apa yang menjadi suratanku
Tuhan semua ini yang kau tuju untukku
Dan semua umat-Mu di dunia yang kau cipta
Garis – garis kehidupan yang engkau buat
Tak akan bisa kami tau maksudnya
Karna engkau maha besar, maha tau segalanya
Karna kau pencipta alam dan segala isinya
Dan saat ku mulai bisa bernafas
Dan aku bisa bersuarakan tangis
Sejak itu pula takdirku dimulai
Takdir yang dia berikan untukku
Tapi ku bertanya dalam hati
Bagaimana bentuk takdirku itu
Yang telah dituliskankan-Nya padaku
Saat itu memang aku tak punya dosa
Saat itu memang aku tak tau apa - apa
Ku hanya bisa menangis dan tertawa
Ku hanya bisa merengek dan meronta
Setelah usiaku termakan sang waktu
Dan ku mulai mengenal apa itu dosa
Dan ku mulai mengenal apa itu cinta
Dan ku mulai mengenal apa itu benci
Ku mengenal rasa menyayangi
Ku mengenal rasa mengasihi
Disitu aku mulai berkata – kata
Ku mulai bersuarakan tentang kehidupan
Sampai waktu benar – benar merenggut hidup
Hingga suaraku jadi tak lantang lagi
Sampai kulitku kering gerontang
Hingga rambut ini mulai tampak putih
Dan aku tak sanggup tuk berjalan lagi
Matakupun tak bisa lagi menatap cahaya
Dan aku tak bisa lagi jalani hidup ini
Ku tak tau apa yang menjadi suratanku
Tuhan semua ini yang kau tuju untukku
Dan semua umat-Mu di dunia yang kau cipta
Garis – garis kehidupan yang engkau buat
Tak akan bisa kami tau maksudnya
Karna engkau maha besar, maha tau segalanya
Karna kau pencipta alam dan segala isinya
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Bergetar, bergema, berdentum
Yang kini tersyair dalam hati
Berbunyi, bernyanyi, bersuara
Kata – kata berwujud nada asmara
Tersenyum, tertawa terkikik
Melihat, menatap, melirik
Alunan – alunan gelombang jiwa
Yang kasat tanpa mata terbuka
Patah, retak dan terbelah
Garis – garis yang mengukir wajah
Menggenggam dari suatu makna
Yang harus segera bertabuhkan kata
Tersandung, terjatuh tersungkur
Dalam tatanan garis jalan terakhir
Yang hanya berkutat dalam sembunyi
Karna adanya takut akut
Teralih, terpindah dan tergusur
Semua gulana – gulana terlempar busur
Terbang kearah matahari
Terkulai, terbakar berarang debu
Yakin, percaya semua berubah
Adanya dirimu, hadirmu, semangatmu
Membangunkan semua raga dan jiwaku
Tanpa harus tertatih untuk merubah
Yang kini tersyair dalam hati
Berbunyi, bernyanyi, bersuara
Kata – kata berwujud nada asmara
Tersenyum, tertawa terkikik
Melihat, menatap, melirik
Alunan – alunan gelombang jiwa
Yang kasat tanpa mata terbuka
Patah, retak dan terbelah
Garis – garis yang mengukir wajah
Menggenggam dari suatu makna
Yang harus segera bertabuhkan kata
Tersandung, terjatuh tersungkur
Dalam tatanan garis jalan terakhir
Yang hanya berkutat dalam sembunyi
Karna adanya takut akut
Teralih, terpindah dan tergusur
Semua gulana – gulana terlempar busur
Terbang kearah matahari
Terkulai, terbakar berarang debu
Yakin, percaya semua berubah
Adanya dirimu, hadirmu, semangatmu
Membangunkan semua raga dan jiwaku
Tanpa harus tertatih untuk merubah
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kau yang dulu dan yang sekarang
Berbeda jauh saat pertama mengenalmu
Mungkin karna aku belum mengenalmu
Dalam dirimu yang benar – benar terselubung
Putih yang terpancar dalam kulitmu
Menerpa dan meraja dalam diriku
Kini ku rasakan sejuk yang tak terkira
Meruak bertiup perlahan dalam jiwa
Terasa ku berlindung dan terlindungi
Dengan rapatnya kerudung yang melekat didirimu
Berjubah kedamaian kurasakan dihati
Bermekaran bunga dalam hati bersama senyummu
Andai kau selalu bersamaku
Dan andai tak ada suatu halang rintang
Sudah dari pertama kunyatakan suaraku
Yang kini terasa berat ku ucap penuh raung
Tapi ku bersyukur sudah mengenalmu
Kebahagiaan yang kini ku raih
Perubahan yang kini ku rasa dalam hatiku
Yang pastinya lebih baik tanpa tertatih
Pasti…dan janji…akan ku utarakan
Semua rasa yang ada untukmu
Yang takkan terlupakan dan tergantikan
Bahwa cintku hanya untukmu pujaanku
Berbeda jauh saat pertama mengenalmu
Mungkin karna aku belum mengenalmu
Dalam dirimu yang benar – benar terselubung
Putih yang terpancar dalam kulitmu
Menerpa dan meraja dalam diriku
Kini ku rasakan sejuk yang tak terkira
Meruak bertiup perlahan dalam jiwa
Terasa ku berlindung dan terlindungi
Dengan rapatnya kerudung yang melekat didirimu
Berjubah kedamaian kurasakan dihati
Bermekaran bunga dalam hati bersama senyummu
Andai kau selalu bersamaku
Dan andai tak ada suatu halang rintang
Sudah dari pertama kunyatakan suaraku
Yang kini terasa berat ku ucap penuh raung
Tapi ku bersyukur sudah mengenalmu
Kebahagiaan yang kini ku raih
Perubahan yang kini ku rasa dalam hatiku
Yang pastinya lebih baik tanpa tertatih
Pasti…dan janji…akan ku utarakan
Semua rasa yang ada untukmu
Yang takkan terlupakan dan tergantikan
Bahwa cintku hanya untukmu pujaanku
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Selaksa langit runtuh jatuh
Berderai bagai tetesan puih
Lalu berkubang dalam lembah
Tanpa tertutup putihnya jubah
Yang coba tuk mengubah
Searah bentuk yang terpecah
Dalam tatanan wujud roh
Terjadi dan terus berubah
Takdir yang berarah
Penuh hujan panah
Angin yang terus terarah
Meraung bergerak penuh rubah
Kini hanya menatap yang terjatuh
Satu persatu ingin mengubah
Rasa hati yang perih
Coba tuk mengubah
Tabir sukma tersentuh
Puing – puing runtuhan sauh
Yang terguncang badai wabah
Berserakan dalam kecambah
Berderai bagai tetesan puih
Lalu berkubang dalam lembah
Tanpa tertutup putihnya jubah
Yang coba tuk mengubah
Searah bentuk yang terpecah
Dalam tatanan wujud roh
Terjadi dan terus berubah
Takdir yang berarah
Penuh hujan panah
Angin yang terus terarah
Meraung bergerak penuh rubah
Kini hanya menatap yang terjatuh
Satu persatu ingin mengubah
Rasa hati yang perih
Coba tuk mengubah
Tabir sukma tersentuh
Puing – puing runtuhan sauh
Yang terguncang badai wabah
Berserakan dalam kecambah
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Berkutat dalam air yang tak beriak
Tenang membawa hanyut tanpa cagak
Terarah samudera tak bertepi
Dan menuju dunia tanpa api
Hanya berikan kesejukan
Dengan teman – teman berjubah ikan
Yang tunjukkan tempat berbunga karang
Tempat yang mereka singgahi sekarang
Bertabur batu – batu mutiara
Berkilau bagai cahaya
Yang bersimpuh bintang – bintang laut
Dunia yang tak pernahkan surut
Damai tanpa panasnya mentari
Dan kobaran api emosi
Terhibur para putri duyung menari
Ikan paus yang iringi bernyanyi
Dunia air yang biru
Coba biaskan sendu cemburu
Yang ada dalam dunia atas air
Jemu menatap penuh air mata tercuar
Gelombang terpecah bagai hatiku
Membuat buih – buih bergalau
Hempaskan semua hingga berpasir
Remuk dalam barisan pasir
Kelaut bersama angin
Hanya membuang angin
Sisa – sisa api cemburu
Dinginkan hati yang kelu
Tenang membawa hanyut tanpa cagak
Terarah samudera tak bertepi
Dan menuju dunia tanpa api
Hanya berikan kesejukan
Dengan teman – teman berjubah ikan
Yang tunjukkan tempat berbunga karang
Tempat yang mereka singgahi sekarang
Bertabur batu – batu mutiara
Berkilau bagai cahaya
Yang bersimpuh bintang – bintang laut
Dunia yang tak pernahkan surut
Damai tanpa panasnya mentari
Dan kobaran api emosi
Terhibur para putri duyung menari
Ikan paus yang iringi bernyanyi
Dunia air yang biru
Coba biaskan sendu cemburu
Yang ada dalam dunia atas air
Jemu menatap penuh air mata tercuar
Gelombang terpecah bagai hatiku
Membuat buih – buih bergalau
Hempaskan semua hingga berpasir
Remuk dalam barisan pasir
Kelaut bersama angin
Hanya membuang angin
Sisa – sisa api cemburu
Dinginkan hati yang kelu
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Hidup penuh kepak – kepak
Seperti menata buku pada rak
Satu persatu tanpa teriak
Layaknya ayam jago berkokok
Hiduppun kadang penuh dahak
Tersentak dalam nafas yang sesak
Tak luput diatas itu ada yang bersorak
Tertawa gila terbahak – bahak
Terkadang hidup seperti sebatang rokok
Hisap dan hempaskan lalu buang kekotak
Kadang layaknya katak atau kodok
Meloncat dari suatu bentuk kehendak
Diam dan tertidur ngorok
Berlari bersama hidup yang bergerak
Itupun harus jadikan tonggak
Dan harus perlahan merangkak
Melewati daratan jiwa yang retak
Menyimpulkan bayi berjalan tegak
Lenggak – lenggok berlagak
Memang hidup penuh kepak – kepak
Yang berjejak dan tak berjejak
Dalam lewati hidup yang kita tapak
Teriris tajamnya sebuah kapak
Dari tangan yang bertepuk
Jejali hanya dengan kerupuk
Tak luput sekertas rempeyek
Manusia yang suka main keroyok
Buas jalani hidup yang berkepak
Seperti menata buku pada rak
Satu persatu tanpa teriak
Layaknya ayam jago berkokok
Hiduppun kadang penuh dahak
Tersentak dalam nafas yang sesak
Tak luput diatas itu ada yang bersorak
Tertawa gila terbahak – bahak
Terkadang hidup seperti sebatang rokok
Hisap dan hempaskan lalu buang kekotak
Kadang layaknya katak atau kodok
Meloncat dari suatu bentuk kehendak
Diam dan tertidur ngorok
Berlari bersama hidup yang bergerak
Itupun harus jadikan tonggak
Dan harus perlahan merangkak
Melewati daratan jiwa yang retak
Menyimpulkan bayi berjalan tegak
Lenggak – lenggok berlagak
Memang hidup penuh kepak – kepak
Yang berjejak dan tak berjejak
Dalam lewati hidup yang kita tapak
Teriris tajamnya sebuah kapak
Dari tangan yang bertepuk
Jejali hanya dengan kerupuk
Tak luput sekertas rempeyek
Manusia yang suka main keroyok
Buas jalani hidup yang berkepak
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Dalam kurun waktu terasa menggebu
Mendera menderu dalam kipasan debu
Kepenatan merasuk tanpa hadirnya dirimu
Hadirkan getir penuh sendu
Bergelora dalam detak – detak waktu
Hadirkan dirimu yang semu
Yang suguhkan cipratan kata rindu
Tersadar bahwa itu tanpa hadirmu
Bersandar pada dinding yang bisu
Coba tuk ungkapkan kegalauanku
Senyummu yang raih asaku
Karna dirimulah yang kutuju
Kini semua hanyalah dirimu
Malampun turut membantu
Tampakkan dirimu dalam mimpiku
Yang membawaku hanyut menyatu
Menengok dan melihat dirimu
Untuk berikan mimpi terindah untukmu
Membelai dan kecup keningmu
Dengan diriku yang tak nyata dalam semu
Rindu dihati yang tak pernah kan jemu
Terpatri bersama rasa cintaku
Yang harus kusuguhkan untukmu
Walau semua itu tak ku ungkap padamu
Kadang ku rasa harus bertemu
Walau hanya tuk lihat senyummu
Itupun sudah mengobati hatiku
Yang benar – benar merindukanmu
@ And-ree Celezska
Mendera menderu dalam kipasan debu
Kepenatan merasuk tanpa hadirnya dirimu
Hadirkan getir penuh sendu
Bergelora dalam detak – detak waktu
Hadirkan dirimu yang semu
Yang suguhkan cipratan kata rindu
Tersadar bahwa itu tanpa hadirmu
Bersandar pada dinding yang bisu
Coba tuk ungkapkan kegalauanku
Senyummu yang raih asaku
Karna dirimulah yang kutuju
Kini semua hanyalah dirimu
Malampun turut membantu
Tampakkan dirimu dalam mimpiku
Yang membawaku hanyut menyatu
Menengok dan melihat dirimu
Untuk berikan mimpi terindah untukmu
Membelai dan kecup keningmu
Dengan diriku yang tak nyata dalam semu
Rindu dihati yang tak pernah kan jemu
Terpatri bersama rasa cintaku
Yang harus kusuguhkan untukmu
Walau semua itu tak ku ungkap padamu
Kadang ku rasa harus bertemu
Walau hanya tuk lihat senyummu
Itupun sudah mengobati hatiku
Yang benar – benar merindukanmu
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Terjerembab dalam lubang kesepian
Yang coba tuk terangi waktu dan hari
Hamparan malam yang berkafan rembulan
Dingin yang tak terperi menghampiri
Meraung air mata yang beku
Bertanya pada lantunan sepi
Bulan bintang pun beriring syahdu
Walau malam kelam menyelimuti
Hanya aku yang terbunuh sepi
Dalam kajian aksara “Tunggal”
Berlari hanya akan bersembunyi
Takut hadapi hidup terpenggal kata “Tunggal”
Temani aku wahai suara dan bunyi
Wahai benda yang hidup bernyawa
Ataupun mahluk – mahluk yang mati
Dendangkan padaku lagu yang bersapa
Kata – kata yang bertakjub “HAI”!!!
Agar aku tak merasa sendiri
“HAI” begitu seharusnya menyapa
Jangan membatu seperti pertapa
Aku keluar lewat kata – kata
Dari persembunyian sepi tersendiri
Tersadar dari sapa lolongan serigala
Dan rangkaian Kelelawar menghampiri
Berdiri menanti pagi yang bernyanyi
Melepaskan baju yang sepi
Telanjang menghambur dalam matahari
Yang memberi hangat sapaan “HAI”
@ And-ree Celezska
Yang coba tuk terangi waktu dan hari
Hamparan malam yang berkafan rembulan
Dingin yang tak terperi menghampiri
Meraung air mata yang beku
Bertanya pada lantunan sepi
Bulan bintang pun beriring syahdu
Walau malam kelam menyelimuti
Hanya aku yang terbunuh sepi
Dalam kajian aksara “Tunggal”
Berlari hanya akan bersembunyi
Takut hadapi hidup terpenggal kata “Tunggal”
Temani aku wahai suara dan bunyi
Wahai benda yang hidup bernyawa
Ataupun mahluk – mahluk yang mati
Dendangkan padaku lagu yang bersapa
Kata – kata yang bertakjub “HAI”!!!
Agar aku tak merasa sendiri
“HAI” begitu seharusnya menyapa
Jangan membatu seperti pertapa
Aku keluar lewat kata – kata
Dari persembunyian sepi tersendiri
Tersadar dari sapa lolongan serigala
Dan rangkaian Kelelawar menghampiri
Berdiri menanti pagi yang bernyanyi
Melepaskan baju yang sepi
Telanjang menghambur dalam matahari
Yang memberi hangat sapaan “HAI”
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kegelisahan dan kegalauan yang merajah
Berhamburan bagai hujan panah
Terasa luka yang bermata nanah
Dalam selaksa gunung masalah
Yang tumbuh bagai bibit – bibit kecambah
Kembali coba tuk mengubah
Detak, derap, langkah dan arah
Untuk membuka suatu gundah
Arah laju penuh tatih
Yang coba bangkitkan amarah
Gundah gulana dalam masalah
Dalam hening sepi yang membunuh
Jauh lagi dan berderai darah
Air mata coba tuk jatuh kebawah
Masalah bagai bentuk suatu wabah
Yang masih ingin memecah belah
Tempaan – tempaan hati yang tabah
Terkikis luapan darah amarah
Kini nafaspun terasa payah
Tak seindah dulu yang masih gagah
Aku pun sudah lelah
Akan jenuh masalah
Berakhirlah jenuh masalah
Yang bersatu dalam gelisah
Kepalakupun mulai pecah
Dan jatuh dalam pelukan tanah
Tersungkur duduk menyembah
Kembalikan tanah yang kokoh
@ And-ree Celezska
Berhamburan bagai hujan panah
Terasa luka yang bermata nanah
Dalam selaksa gunung masalah
Yang tumbuh bagai bibit – bibit kecambah
Kembali coba tuk mengubah
Detak, derap, langkah dan arah
Untuk membuka suatu gundah
Arah laju penuh tatih
Yang coba bangkitkan amarah
Gundah gulana dalam masalah
Dalam hening sepi yang membunuh
Jauh lagi dan berderai darah
Air mata coba tuk jatuh kebawah
Masalah bagai bentuk suatu wabah
Yang masih ingin memecah belah
Tempaan – tempaan hati yang tabah
Terkikis luapan darah amarah
Kini nafaspun terasa payah
Tak seindah dulu yang masih gagah
Aku pun sudah lelah
Akan jenuh masalah
Berakhirlah jenuh masalah
Yang bersatu dalam gelisah
Kepalakupun mulai pecah
Dan jatuh dalam pelukan tanah
Tersungkur duduk menyembah
Kembalikan tanah yang kokoh
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Jalan mungkin masih buntu
Mematik yang bersumbu
Dan meledakkan jalan buntu
Coba membuat jalan baru
Syair puisi tertuju padamu
Dari alunan hati berlagu
Terbuat dari yang dulu beku
Mungkin itupun jalan yang baru
Yakinkan semua yang semu
Jiwa kalbumu yang sendu
Ku tak pernah tuk jemu
Dalam pahitnya air jamu
Kala kau coba tunjuk bintang yang kau tuju
Telunjuk jarimu mengarah padaku
Untuk yakinkan hatiku terlepas dari galau
Jalan itu memang untuk diriku
Menuju lembah hatimu
Mengurai sebuah batu
Menyelimuti dinding hatimu
Perlahan demi perlahan agar berlalu
Walau kadang kerikil tajam menyerbu
Tetap mencari jejak jalan buntu
Tersusun dalam labirin jiwamu
Tersenyumlah menyambutku
@ And-ree Celezska
Mematik yang bersumbu
Dan meledakkan jalan buntu
Coba membuat jalan baru
Syair puisi tertuju padamu
Dari alunan hati berlagu
Terbuat dari yang dulu beku
Mungkin itupun jalan yang baru
Yakinkan semua yang semu
Jiwa kalbumu yang sendu
Ku tak pernah tuk jemu
Dalam pahitnya air jamu
Kala kau coba tunjuk bintang yang kau tuju
Telunjuk jarimu mengarah padaku
Untuk yakinkan hatiku terlepas dari galau
Jalan itu memang untuk diriku
Menuju lembah hatimu
Mengurai sebuah batu
Menyelimuti dinding hatimu
Perlahan demi perlahan agar berlalu
Walau kadang kerikil tajam menyerbu
Tetap mencari jejak jalan buntu
Tersusun dalam labirin jiwamu
Tersenyumlah menyambutku
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kala ku bercermin
Berkata lewat hembusan awan
Yang beraut dalam tetesan
Tersirat sebuah kegalauan
Air yang bak sebuah ratapan
Terkulai arti dalam bercermin
Melukis gambar yang tak tampan
Penuh garis khalayak nampan rotan
Kaca yang membiaskan kata
Berbalik coba tuk bersuara
Nada demi nada terbaca
Jujur terlantun dalam kaca
Bercermin dalam kaca yang baik hati
Tampakkan wujud yang tersembunyi
Tanpa membuang mulut yang tersiangi
Menaruh kata hati dalam puisi
Memang tegar dalam kaca
Tak setegar dalam nyata
Tapi kau buku harian yang setia
Aneh berbicara pada air kaca
Air kaca yang tak terbaca siapapun
Terkunci syair – syair berkepanjangan
Teranggap gila tapi terasa aman
Apapun yang coba ku suarakan
Bahagia, tangisan, gelisah, ratapan
Hanya kau yang slalu bersantun
Dalam tetesan air kaca bercermin
Bersyair, berkata dan berpantun
@ And-ree Celezska
Berkata lewat hembusan awan
Yang beraut dalam tetesan
Tersirat sebuah kegalauan
Air yang bak sebuah ratapan
Terkulai arti dalam bercermin
Melukis gambar yang tak tampan
Penuh garis khalayak nampan rotan
Kaca yang membiaskan kata
Berbalik coba tuk bersuara
Nada demi nada terbaca
Jujur terlantun dalam kaca
Bercermin dalam kaca yang baik hati
Tampakkan wujud yang tersembunyi
Tanpa membuang mulut yang tersiangi
Menaruh kata hati dalam puisi
Memang tegar dalam kaca
Tak setegar dalam nyata
Tapi kau buku harian yang setia
Aneh berbicara pada air kaca
Air kaca yang tak terbaca siapapun
Terkunci syair – syair berkepanjangan
Teranggap gila tapi terasa aman
Apapun yang coba ku suarakan
Bahagia, tangisan, gelisah, ratapan
Hanya kau yang slalu bersantun
Dalam tetesan air kaca bercermin
Bersyair, berkata dan berpantun
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Aku yang tak bisa berubah
Aku yang tak bisa mema’afkan
Aku yang dulu penuh angkuh
Aku yang dulu penuh kemunafikan
Kini adanya dirimu merubah semua itu
Hilang berganti hidup yang baru
Entah mengapa hanya engkau yang bisa
Mencuci otak dan hatiku penuh rasa
Terasa gelap berganti terang
Kau layaknya lentera dalam badai
Memberi indah dalam kumpulan kunang – kunang
Terbang menebar cahaya bahagia
Senyummu, tingkahmu, kemanjaan padamu
Tlah memberi arti yang lebih
Masa itu janganlah pernah berlalu
Karna ku lagi coba berdiri dari letih
Bila kau tak di sampingku
Kurasakan hampa duduk terpaku
Tanpa bisa tertawa dalam sendau gurau
Semangat hidupku hanya padamu
Dan izinkan aku tuk memujamu
Dan kabulkan aku tuk bersama dirimu
Biarkan ku rasakan kehangatan senyummu
Hingga aku tertidur lelap dalam dongengmu
@ And-ree Celezska
Aku yang tak bisa mema’afkan
Aku yang dulu penuh angkuh
Aku yang dulu penuh kemunafikan
Kini adanya dirimu merubah semua itu
Hilang berganti hidup yang baru
Entah mengapa hanya engkau yang bisa
Mencuci otak dan hatiku penuh rasa
Terasa gelap berganti terang
Kau layaknya lentera dalam badai
Memberi indah dalam kumpulan kunang – kunang
Terbang menebar cahaya bahagia
Senyummu, tingkahmu, kemanjaan padamu
Tlah memberi arti yang lebih
Masa itu janganlah pernah berlalu
Karna ku lagi coba berdiri dari letih
Bila kau tak di sampingku
Kurasakan hampa duduk terpaku
Tanpa bisa tertawa dalam sendau gurau
Semangat hidupku hanya padamu
Dan izinkan aku tuk memujamu
Dan kabulkan aku tuk bersama dirimu
Biarkan ku rasakan kehangatan senyummu
Hingga aku tertidur lelap dalam dongengmu
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Terbuang yang terucap
Dalam tatanan bibir bercakap
Jauh dalam hati berkata
Walau kadang terbata – bata
Yang terasa sebenarnya
Menyayat raga yang membawa jiwa
Kala engkau berucap
Mengimbaskan sebuah ratap
“Akankah kau benci diriku?”
Dengan suatu masa membawa masalah
“Kau belum tau adanya diriku?”
Lantang ku berucap itu tak akan jadi wabah
Apapun yang terjadi
Dan ini bukan sekedar janji
Terlontar dari lubuk hati
Aku tak bisa tuk membenci
Aku tak akan berlari dari tatapmu
Untuk jauh dari sisimu
Karna ku tak bisa tanpamu
Walau hanya sekejap tanpamu
Aneh memang bila kau rasa dihati
Tapi itulah yang kan terjadi
Justru aku yang harus takutkan itu
Berbalik pada dirimu tuk berlalu dariku
Yang belum kau tau
Dan yang belum terakui
Aku sayang kamu
Segenap jiwa dan ragaku
@ And-ree Celezska
Dalam tatanan bibir bercakap
Jauh dalam hati berkata
Walau kadang terbata – bata
Yang terasa sebenarnya
Menyayat raga yang membawa jiwa
Kala engkau berucap
Mengimbaskan sebuah ratap
“Akankah kau benci diriku?”
Dengan suatu masa membawa masalah
“Kau belum tau adanya diriku?”
Lantang ku berucap itu tak akan jadi wabah
Apapun yang terjadi
Dan ini bukan sekedar janji
Terlontar dari lubuk hati
Aku tak bisa tuk membenci
Aku tak akan berlari dari tatapmu
Untuk jauh dari sisimu
Karna ku tak bisa tanpamu
Walau hanya sekejap tanpamu
Aneh memang bila kau rasa dihati
Tapi itulah yang kan terjadi
Justru aku yang harus takutkan itu
Berbalik pada dirimu tuk berlalu dariku
Yang belum kau tau
Dan yang belum terakui
Aku sayang kamu
Segenap jiwa dan ragaku
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Bintang menghilang dimalam hari
Seperti dirimu pergi meninggalkanku
Lelah kumenanti bayang dirimu
Adakah disana kau rasa penantian yang tak pasti
Burung kan bernyanyi menyambut pagi
Seperti hatiku kan damai bila denganmu
Temanilah diriku tuk slamanya tanpa kau lari
Meskipun kau hanya didalam bunga tidurku
Bila memang disana kau masih dengar suaraku
Kuingin kau slalu hadir dimalam – malamku
Bila memang disana kau rasakan kedamaian jiwa
Kuingin seperti bintang di angkasa
Bukalah daun telingamu dan dengarkan aku
Tolonglah kau tegarkan mimpiku
Coba kau tengok dan lihatlah aku
Jadilah penerang dalam gelapku
Kembali, dan coba tetap disini
Karna ku ingin kau temani
Tersenyumlah yang kan buatku damai
Yang harus menantimu kembali disisi
Hingga terbuang semua asa
Untuk dapat bersama
Bidadari yang menjelma dirimu
Dan bisa bersama dalam kasihmu
@ And-ree Celezska
Seperti dirimu pergi meninggalkanku
Lelah kumenanti bayang dirimu
Adakah disana kau rasa penantian yang tak pasti
Burung kan bernyanyi menyambut pagi
Seperti hatiku kan damai bila denganmu
Temanilah diriku tuk slamanya tanpa kau lari
Meskipun kau hanya didalam bunga tidurku
Bila memang disana kau masih dengar suaraku
Kuingin kau slalu hadir dimalam – malamku
Bila memang disana kau rasakan kedamaian jiwa
Kuingin seperti bintang di angkasa
Bukalah daun telingamu dan dengarkan aku
Tolonglah kau tegarkan mimpiku
Coba kau tengok dan lihatlah aku
Jadilah penerang dalam gelapku
Kembali, dan coba tetap disini
Karna ku ingin kau temani
Tersenyumlah yang kan buatku damai
Yang harus menantimu kembali disisi
Hingga terbuang semua asa
Untuk dapat bersama
Bidadari yang menjelma dirimu
Dan bisa bersama dalam kasihmu
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Saat ku dekat denganmu
Adakah cinta dihatimu
Dan saat ku jauh darimu
Kan ku rasakan rindu yang menggebu
Haruskah ku pendam rasa cintaku
Dan Ku simpan dihati saja
Haruskah ku kan terus membisu
Tanpa rayu, tanpa kata – kata
Tapi aku kan slalu didekatmu
Hanya kuasa yang tau
Begitu tulus hatiku hanya untuk dirimu
Seterang bulan dan bintang dihatiku
Karna kini tak bisa kelain hati
Walau bidadari coba menggodaku
Takkan lelah kumeniti dan menanti
Hatimu jauh dalam pelukanku
Suatu saat dan suatu waktu
Risau hati kan terungkap
Rasa cinta dalam diriku
Yang siap ku ungkap tanpa gagap
Kini hanya bisa berharap
Pada cemas yang menatap
Dan yang bisa hanya menatap
Burung tanpa kedua sayap
@ And-ree Celezska
Adakah cinta dihatimu
Dan saat ku jauh darimu
Kan ku rasakan rindu yang menggebu
Haruskah ku pendam rasa cintaku
Dan Ku simpan dihati saja
Haruskah ku kan terus membisu
Tanpa rayu, tanpa kata – kata
Tapi aku kan slalu didekatmu
Hanya kuasa yang tau
Begitu tulus hatiku hanya untuk dirimu
Seterang bulan dan bintang dihatiku
Karna kini tak bisa kelain hati
Walau bidadari coba menggodaku
Takkan lelah kumeniti dan menanti
Hatimu jauh dalam pelukanku
Suatu saat dan suatu waktu
Risau hati kan terungkap
Rasa cinta dalam diriku
Yang siap ku ungkap tanpa gagap
Kini hanya bisa berharap
Pada cemas yang menatap
Dan yang bisa hanya menatap
Burung tanpa kedua sayap
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Berdiri dan berlari
Tapi bukan berdiri yang mati
Suatu berdiri yang pasti
Berdiri awal mula dari bunyi
Berlari dari gelisah diri
Terkadang terganjal galau hati
Walau kadang ingin menepi
Bersantai pada sebuah pantai
Burung terbang dengan sepoi
Bertiup pada nyiur melambai
Mengganjal terik mentari
Panasnya membakar sendi
Hambur dalam yang berderai
Menerjang mencegah sunyi
Tertinggal hanya buih pada kaki
Menempel harapan berpasir pada sepi
Coba sesekali nafas menghentai
Hembusan panjang terkulai
Untuk berdiri dan berlari
Sebuah naluri berjati diri
Dari jauh elang berbunyi
Keringat pun Menghujani
Dan tak kunjung henti
Dari suatu alur hati
Menetes Darah terpatri
Dalam tarian duri – duri
Tak kunjung pula menuai
Sebuah berdiri dan berlari
@ And-ree Celezska
Tapi bukan berdiri yang mati
Suatu berdiri yang pasti
Berdiri awal mula dari bunyi
Berlari dari gelisah diri
Terkadang terganjal galau hati
Walau kadang ingin menepi
Bersantai pada sebuah pantai
Burung terbang dengan sepoi
Bertiup pada nyiur melambai
Mengganjal terik mentari
Panasnya membakar sendi
Hambur dalam yang berderai
Menerjang mencegah sunyi
Tertinggal hanya buih pada kaki
Menempel harapan berpasir pada sepi
Coba sesekali nafas menghentai
Hembusan panjang terkulai
Untuk berdiri dan berlari
Sebuah naluri berjati diri
Dari jauh elang berbunyi
Keringat pun Menghujani
Dan tak kunjung henti
Dari suatu alur hati
Menetes Darah terpatri
Dalam tarian duri – duri
Tak kunjung pula menuai
Sebuah berdiri dan berlari
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Ada kalanya pada hatiku
Ku rasakan lelah yang menderu
Saat harus awali hariku
Tanpa suara dan coba membisu
Dan kau telah tetapkan
Sgala yang bertakjub enggan
Yang membayangi setiap waktu berjalan
Menatap gerak denyut jantungku bertahan
Mencoba tuk berpijar dalam kegelapan
Kau buat hatiku tersentuh pada pesonamu
Oleh keajaiban yang kau ciptakan
Kau buat aku slalu tersenyum di batas keletihanku
Peluh yang terasa pedih
Kini tak terasakan lagi
Semua pupus sudah
Karna hadirmu yang ramah
Ku ingin waktu terhenti sesaat
Saat aku berdua denganmu
Biar hilang semua penat berganti hangat
Dengan alunan lembut senyummu
Memeluk lubuk sanubari
Sembari itu hal yang semu
Tapi bagiku nyata berdiri
Kau yang hibur dengan bernyanyi
@ And-ree Celezska
Ku rasakan lelah yang menderu
Saat harus awali hariku
Tanpa suara dan coba membisu
Dan kau telah tetapkan
Sgala yang bertakjub enggan
Yang membayangi setiap waktu berjalan
Menatap gerak denyut jantungku bertahan
Mencoba tuk berpijar dalam kegelapan
Kau buat hatiku tersentuh pada pesonamu
Oleh keajaiban yang kau ciptakan
Kau buat aku slalu tersenyum di batas keletihanku
Peluh yang terasa pedih
Kini tak terasakan lagi
Semua pupus sudah
Karna hadirmu yang ramah
Ku ingin waktu terhenti sesaat
Saat aku berdua denganmu
Biar hilang semua penat berganti hangat
Dengan alunan lembut senyummu
Memeluk lubuk sanubari
Sembari itu hal yang semu
Tapi bagiku nyata berdiri
Kau yang hibur dengan bernyanyi
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Bercorat – coret pada dinding
Coba melukis kelu didada
Ditemani laba – laba membuat jaring
Yang menatapku hanyalah kaca
Sorotan lampu coba terangi
Hingga ku dapat membaca tanpa kaca mata
Serabut – serabut kabel yang bernyanyi
Lantunkan syair penuh ratapan dan tawa
Selimut tebal menghampiri
Ingin berikan suatu kehangatan
Terdiam dan membisu sebuah lemari
Yang penuh berat beban baju yang bergelantungan
Berbicaralah sebuah pena
Menuntun tanganku berkata
Dalam lusuhnya buku yang terbuka
Dan ku ingin tertawa dalam kaca
Jendela yang mendera kedinginan
“Izinkan aku masuk karna tak tahan lagi”
Begitu katanya kala datang tangisan hujan
Aku pun tertawa terbahak – bahak sambil berdiri
Bantal – bantal diatas kasur
Tak tahan lagi ingin kupeluk
Penuh cumbu coba tuk tertidur
Walau mata masih terbelalak
“Wahai coretan – coretanku pindahlah engkau
Dalam sebuah malam yang bermimpi
Panjang kata – kata dalam kelu
Aku tak bisa lari dari puisi”
@ And-ree Celezska
Coba melukis kelu didada
Ditemani laba – laba membuat jaring
Yang menatapku hanyalah kaca
Sorotan lampu coba terangi
Hingga ku dapat membaca tanpa kaca mata
Serabut – serabut kabel yang bernyanyi
Lantunkan syair penuh ratapan dan tawa
Selimut tebal menghampiri
Ingin berikan suatu kehangatan
Terdiam dan membisu sebuah lemari
Yang penuh berat beban baju yang bergelantungan
Berbicaralah sebuah pena
Menuntun tanganku berkata
Dalam lusuhnya buku yang terbuka
Dan ku ingin tertawa dalam kaca
Jendela yang mendera kedinginan
“Izinkan aku masuk karna tak tahan lagi”
Begitu katanya kala datang tangisan hujan
Aku pun tertawa terbahak – bahak sambil berdiri
Bantal – bantal diatas kasur
Tak tahan lagi ingin kupeluk
Penuh cumbu coba tuk tertidur
Walau mata masih terbelalak
“Wahai coretan – coretanku pindahlah engkau
Dalam sebuah malam yang bermimpi
Panjang kata – kata dalam kelu
Aku tak bisa lari dari puisi”
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kini kurasa hatiku tlah luluh – lantah
Terhadapmu dan menghadapi alunan pesonamu
Hati yang dulu beku kini hangat panas merekah
Bagaikan bunga yang tersirami bermahkota rindu
Emosi dalam diripun teredam
Lembut jemarimu membelai
Damai tanpa hujam dan dendam
Kau bawa kembali hidup penuh arti
Terus terang kini aku harus bersuara
“Terhadapmu jiwaku terasa lain
Dengan adanya engkau melepas kesunyian
Dalam kabut tebal yang menutup sukma”
Karna kini kurasa ku butuh dirimu
Dalam tiap – tiap detakku yang berpacu
Dan tanpa dirimu aku akan tergilas
Putaran dari arus yang deras
Izinkan aku tuk bersamamu
Walau hanya sekedar menatap dan melihat
Dentingan dawai senyummu dalam bibir mungilmu
Hingga diri merasa hati penuh terperanjat
Dalam hentakan denyut nadiku beradu
Untuk dapat diriku menyandingmu
Menuai bunga yang indah bermahkota
Dan menuang embun penuh cinta bersama
@ And-ree Celezska
Terhadapmu dan menghadapi alunan pesonamu
Hati yang dulu beku kini hangat panas merekah
Bagaikan bunga yang tersirami bermahkota rindu
Emosi dalam diripun teredam
Lembut jemarimu membelai
Damai tanpa hujam dan dendam
Kau bawa kembali hidup penuh arti
Terus terang kini aku harus bersuara
“Terhadapmu jiwaku terasa lain
Dengan adanya engkau melepas kesunyian
Dalam kabut tebal yang menutup sukma”
Karna kini kurasa ku butuh dirimu
Dalam tiap – tiap detakku yang berpacu
Dan tanpa dirimu aku akan tergilas
Putaran dari arus yang deras
Izinkan aku tuk bersamamu
Walau hanya sekedar menatap dan melihat
Dentingan dawai senyummu dalam bibir mungilmu
Hingga diri merasa hati penuh terperanjat
Dalam hentakan denyut nadiku beradu
Untuk dapat diriku menyandingmu
Menuai bunga yang indah bermahkota
Dan menuang embun penuh cinta bersama
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kini ku tak mengerti buah sikapmu
Sebenarnya apa yang coba kau sapu
Dan apa pula yang coba kau tuju
Kadang wajahmu terlihat pucat dan kelu
Terkadang air mata jatuh dipipimu
Berjalan sendiri dengan penuh semu
Terkoyak dalam pikiran jemu menderu
Penat kini terasa tawamu itu
Cobalah kau untuk berbagi sendu
Tanpa tersirat rona malu
Dan coba teguhkan jiwa dan hatimu
Tegar tanpa kalimat penuh ragu
Mulailah dengan dirimu sendiri dulu
Sembari berani jujur bercerita pada hatimu
Lalu coba cari orang terdekatmu
Temanlah, Sahabatlah, bahkan kasihmu
Bila tak terpecahkan suatu problemamu
Datanglah pada hati terdekatmu
Bukalah dengan lebar pintu itu
Lihatlah sebongkah cermin dirimu
Temukan misteri dalam hidupmu
Yang selama ini terkunci kalbu
Hadapi dirimu yang satu lagi walau semu
Tanpa menjauh dan lari dari misteri hidupmu
@ And-ree Celezska
Sebenarnya apa yang coba kau sapu
Dan apa pula yang coba kau tuju
Kadang wajahmu terlihat pucat dan kelu
Terkadang air mata jatuh dipipimu
Berjalan sendiri dengan penuh semu
Terkoyak dalam pikiran jemu menderu
Penat kini terasa tawamu itu
Cobalah kau untuk berbagi sendu
Tanpa tersirat rona malu
Dan coba teguhkan jiwa dan hatimu
Tegar tanpa kalimat penuh ragu
Mulailah dengan dirimu sendiri dulu
Sembari berani jujur bercerita pada hatimu
Lalu coba cari orang terdekatmu
Temanlah, Sahabatlah, bahkan kasihmu
Bila tak terpecahkan suatu problemamu
Datanglah pada hati terdekatmu
Bukalah dengan lebar pintu itu
Lihatlah sebongkah cermin dirimu
Temukan misteri dalam hidupmu
Yang selama ini terkunci kalbu
Hadapi dirimu yang satu lagi walau semu
Tanpa menjauh dan lari dari misteri hidupmu
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Hari – hari kini terus berlalu
Waktu yang iringi berjalan maju
Tanpa kata dan suara ragu
Suryapun semakin jauh berpacu
Meninggalkan dan berputar arah
Dan sesekali waktu untuk singgah
Terbenam dalam mega yang merah
Suasanapun kembali terpecah
Sama halnya dengan rasa hatiku
Terasa kelu bila kau berlalu sendu
Ingin aku coba untuk memelukmu
Agar kau tak lari dan meninggalkanku
Bersama hadirmu hidupku jadi hangat
Danbila kau tiada hidupku penuh cacat
Terasa berbeda, kini aku pucat
Bila kaupun coba jauh meloncat
Hatiku jadi penuh seri dan berbunga
Bila kau hadir dan tersenyum manja
Apalagi bila kau tau apa yang kurasa
Saat kau coba membaca suara yang kurasa
Dan seakan kau coba menjauh
Dari semua waktu yang ku kayuh
Untuk menuju hatimu yang jauh
Layaknya mentari disapu mega merah
@ And-ree Celezsaka
Waktu yang iringi berjalan maju
Tanpa kata dan suara ragu
Suryapun semakin jauh berpacu
Meninggalkan dan berputar arah
Dan sesekali waktu untuk singgah
Terbenam dalam mega yang merah
Suasanapun kembali terpecah
Sama halnya dengan rasa hatiku
Terasa kelu bila kau berlalu sendu
Ingin aku coba untuk memelukmu
Agar kau tak lari dan meninggalkanku
Bersama hadirmu hidupku jadi hangat
Danbila kau tiada hidupku penuh cacat
Terasa berbeda, kini aku pucat
Bila kaupun coba jauh meloncat
Hatiku jadi penuh seri dan berbunga
Bila kau hadir dan tersenyum manja
Apalagi bila kau tau apa yang kurasa
Saat kau coba membaca suara yang kurasa
Dan seakan kau coba menjauh
Dari semua waktu yang ku kayuh
Untuk menuju hatimu yang jauh
Layaknya mentari disapu mega merah
@ And-ree Celezsaka
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kau yang coba slalu tersenyum
Walau mata terasa sembam
Penuh isak desak dalam malam
Mencoba mengusir diri dari kelam
Yang bersemayam dalam kenangan
Menyakitkan hadir dalam bayangan
Dan memang indah dalam pelukan
Kadang bertanya apa yang harus ku lakukan
Hingga kini ku coba hadirkan
Tulisan – tulisan baru untuk kau simpan
Dan menutup semua lembaran – lembaran
Kilas balik masa lalumu yang menyakitkan
Yang ku ingin kau slalu bahagia
Tanpa sedikitpun ada luka terbuka
Karna kurindu akan gelak tawa
Hadir dalam bibir manismu untuk slamanya
Akupun tak ingin kau merana
Kini Hapuslah air mata
Hadirkan dirimu dengan ceria
Dan aku akan coba menjaga
Senyummu tanpa duka nestapa
Dan sadarilah aku nyata adanya
Yang harus hadirkan hati penuh cinta
Dan karna kau ada aku pun kan ada
@ And-ree Celezska
Walau mata terasa sembam
Penuh isak desak dalam malam
Mencoba mengusir diri dari kelam
Yang bersemayam dalam kenangan
Menyakitkan hadir dalam bayangan
Dan memang indah dalam pelukan
Kadang bertanya apa yang harus ku lakukan
Hingga kini ku coba hadirkan
Tulisan – tulisan baru untuk kau simpan
Dan menutup semua lembaran – lembaran
Kilas balik masa lalumu yang menyakitkan
Yang ku ingin kau slalu bahagia
Tanpa sedikitpun ada luka terbuka
Karna kurindu akan gelak tawa
Hadir dalam bibir manismu untuk slamanya
Akupun tak ingin kau merana
Kini Hapuslah air mata
Hadirkan dirimu dengan ceria
Dan aku akan coba menjaga
Senyummu tanpa duka nestapa
Dan sadarilah aku nyata adanya
Yang harus hadirkan hati penuh cinta
Dan karna kau ada aku pun kan ada
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Ku coba tuk resapi apa yang terjadi dalam mimpi
Dalam malam penuh bintang tersembunyi
Di balik tabir sang rembulan malam bernyanyi
Menari bersama angin malam penuh bunyi
Mimpi itu mungkin nyata mungkin juga semu
Yang pasti aku tak pernah kan jemu
Mengingat dan membayangkan mimpi itu
Bahkan tergambar bening di samudera hatiku
Entah mengapa lukisan dirimu tak mau sirna
Memang hanya suatu lukisan yang maya
Tapi bagiku hiasan hatiku yang kekal selamanya
Seabadi jiwa yang kini hidup dalam dekapan cinta
Kini ku rasa tak bisa apa – apa tanpamu
Dan tak bisa bertahan tanpa adanya dirimu
Mungkin sisa hidupku mencari bentuk dirimu
Untuk kau berkata mengiyakan diriku
Menyambut bersama terbit dan terbenamnya surya
Dengan seonggok diriku yang seadanya
Hingga waktu tak bisa lagi berbicara
Menghentikan Semua gerak dayung kita
Dan walau kau benamkan aku dilautan
Takkan pernah kucoba berenang kedaratan
Kan ku tunggu kau mendayung sauh sampan
Bukan dengan rasa terpaksa atau kasihan
Dalam malam penuh bintang tersembunyi
Di balik tabir sang rembulan malam bernyanyi
Menari bersama angin malam penuh bunyi
Mimpi itu mungkin nyata mungkin juga semu
Yang pasti aku tak pernah kan jemu
Mengingat dan membayangkan mimpi itu
Bahkan tergambar bening di samudera hatiku
Entah mengapa lukisan dirimu tak mau sirna
Memang hanya suatu lukisan yang maya
Tapi bagiku hiasan hatiku yang kekal selamanya
Seabadi jiwa yang kini hidup dalam dekapan cinta
Kini ku rasa tak bisa apa – apa tanpamu
Dan tak bisa bertahan tanpa adanya dirimu
Mungkin sisa hidupku mencari bentuk dirimu
Untuk kau berkata mengiyakan diriku
Menyambut bersama terbit dan terbenamnya surya
Dengan seonggok diriku yang seadanya
Hingga waktu tak bisa lagi berbicara
Menghentikan Semua gerak dayung kita
Dan walau kau benamkan aku dilautan
Takkan pernah kucoba berenang kedaratan
Kan ku tunggu kau mendayung sauh sampan
Bukan dengan rasa terpaksa atau kasihan
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Aku kini mulai takkan merasa tenang
Dalam hati, jiwa, pikiran dan bahkan hidupku
Kedua bola mataku penuh tatapan kosong
Jasmani dan rohaniku terasa kelu dan sendu
Kadang berteman dan kadang tak berteman
Berjalan sendiri kini coba tekuni
Dengan membawa serpihan kenangan
Yang terkunci dalam kitab lusuh hati
Sering diri tersenyum, sering pula diri menangis
Mulailah kini coba mengurung
Dalam penjara yang penuh tawa dan tangis
Dan harus menempuh hari penuh pasung
Kini aku melewati Batas kewajaran
Yang membuatku brontak dan berteriak
Akupun mulai lupa apa itu kehidupan
Yang ku ingat “tangis, tawa penuh isak”
Aku bertanya pada angin dan udara
“Apa aku sudah menjadi gila ???
Apa aku sudah menjadi edan ???
Karna suatu depresi hidup yang tak terselesaikan”
Hahaha...ha...ha...ha...
Edan, Sinting, Gendeng, Gemblung, Sedeng
Hahaha...ha...ha...ha...
Kau yang gila “Kehidupan yang panjang!!!
@ And-ree Celezska
Dalam hati, jiwa, pikiran dan bahkan hidupku
Kedua bola mataku penuh tatapan kosong
Jasmani dan rohaniku terasa kelu dan sendu
Kadang berteman dan kadang tak berteman
Berjalan sendiri kini coba tekuni
Dengan membawa serpihan kenangan
Yang terkunci dalam kitab lusuh hati
Sering diri tersenyum, sering pula diri menangis
Mulailah kini coba mengurung
Dalam penjara yang penuh tawa dan tangis
Dan harus menempuh hari penuh pasung
Kini aku melewati Batas kewajaran
Yang membuatku brontak dan berteriak
Akupun mulai lupa apa itu kehidupan
Yang ku ingat “tangis, tawa penuh isak”
Aku bertanya pada angin dan udara
“Apa aku sudah menjadi gila ???
Apa aku sudah menjadi edan ???
Karna suatu depresi hidup yang tak terselesaikan”
Hahaha...ha...ha...ha...
Edan, Sinting, Gendeng, Gemblung, Sedeng
Hahaha...ha...ha...ha...
Kau yang gila “Kehidupan yang panjang!!!
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Sekarang dan untuk selamanya
Akan tetap sama yang terasa
Apapun yang kau putuskan
Tidak pernah dan tidak akan tersingkirkan
Walau waktu berhenti dan terhenti
Dan bumi mulai terbagi – bagi
Takkan bisa merubah pijakanku
Arah hati, jantung dan mataku
Bagai manakah caranya agar kau mengerti
Bahwa aku menginginkanmu slamanya
Bagaimanakah caranya agar kau mengerti
Bahwa aku mencintaimu selamanya
Dan yang ku mau ada dirimu
Tapi tak begini keadaannya
Yang ku mau kau selalu denganku
Jika begini rubahlah seperti yang ku mau
Hanya untukmu kini aku menunggu
Dan tak akan pernah terganti
Hanya untukmu aku kini menanti
Untuk sekarang dan selamanya aku mencintaimu
Walau kau tau dan tak mau tau
Aku akan tetap seperti itu
Karna ku rasa hanya engkau
Yang mendekam selamanya dihatiku
@ And-ree Celezska
Akan tetap sama yang terasa
Apapun yang kau putuskan
Tidak pernah dan tidak akan tersingkirkan
Walau waktu berhenti dan terhenti
Dan bumi mulai terbagi – bagi
Takkan bisa merubah pijakanku
Arah hati, jantung dan mataku
Bagai manakah caranya agar kau mengerti
Bahwa aku menginginkanmu slamanya
Bagaimanakah caranya agar kau mengerti
Bahwa aku mencintaimu selamanya
Dan yang ku mau ada dirimu
Tapi tak begini keadaannya
Yang ku mau kau selalu denganku
Jika begini rubahlah seperti yang ku mau
Hanya untukmu kini aku menunggu
Dan tak akan pernah terganti
Hanya untukmu aku kini menanti
Untuk sekarang dan selamanya aku mencintaimu
Walau kau tau dan tak mau tau
Aku akan tetap seperti itu
Karna ku rasa hanya engkau
Yang mendekam selamanya dihatiku
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Tak tahan lagi apa yang berdebar
Ingin sekali bibir berkata lebar
Biar isi hati bisa terkuar
Dan biar maksud hati terbongkar
Yang selama ini kupendam
Tersimpan dihati terdalam
Bahwa hanya engkau yang benar mendalam
Dan hanya namamu yang ku pendam
Ingin mengucap dan berkata
Apa yang telah kurasa
Dan sesekali ingin kucoba
Luapkan semua yang ada
Ku tak punya daya
Ku pun tak kuasa
Karna kini ku benar – benar buta
Dengan apa yang ku landa
Jujurpun akan menyakitkan
Tapi ku ingin teryakinkan
Dengan apa yang kusimpan
Yang selama ini hanya dalam angan
Tolong izinkan aku nyatakan
Apa yang sebenarnya menjadi beban
Pokok permasalahan yang kutelan
Ynag tak mampu aku utarakan
@ And-ree Celezska
Ingin sekali bibir berkata lebar
Biar isi hati bisa terkuar
Dan biar maksud hati terbongkar
Yang selama ini kupendam
Tersimpan dihati terdalam
Bahwa hanya engkau yang benar mendalam
Dan hanya namamu yang ku pendam
Ingin mengucap dan berkata
Apa yang telah kurasa
Dan sesekali ingin kucoba
Luapkan semua yang ada
Ku tak punya daya
Ku pun tak kuasa
Karna kini ku benar – benar buta
Dengan apa yang ku landa
Jujurpun akan menyakitkan
Tapi ku ingin teryakinkan
Dengan apa yang kusimpan
Yang selama ini hanya dalam angan
Tolong izinkan aku nyatakan
Apa yang sebenarnya menjadi beban
Pokok permasalahan yang kutelan
Ynag tak mampu aku utarakan
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Suasana hitam seperti burung gagak
Terbang jauh dengan kedua kepak – kepak
Sesekali hinggap dan berteriak
Menyerukan luapan arti isak
“Kak…kak…kak…kak…kak…”
Seruan penuh dengan olok – olok
Seolah riuh terbahak – bahak
Yang kadang meninggalkan dahak
Menyisir ribuan bukit dan gunung
Hanya dengan hembusan pedang
Terhunus menusuk lembah jantung
Penuh luka dan merah berlubang
Terserukan syair dengan tembang
Dengan riuh suara gendang
Bertabuhkan mata yang memandang
Walaupun kadang terkurung sarung
Dalam suatu arti seekor burung gagak hitam
Apakah suara teriakan angin malam
Bercampur membeku bersama dalam kelam
Mungkinkah aku bisa hinggap dan bermalam
Untuk sementara terpejam
Ataukah selamanya terpejam
Dalam gilasan waktu yang kupinjam
Kembali mengembara bersama malam
@ And-ree Celezska
Terbang jauh dengan kedua kepak – kepak
Sesekali hinggap dan berteriak
Menyerukan luapan arti isak
“Kak…kak…kak…kak…kak…”
Seruan penuh dengan olok – olok
Seolah riuh terbahak – bahak
Yang kadang meninggalkan dahak
Menyisir ribuan bukit dan gunung
Hanya dengan hembusan pedang
Terhunus menusuk lembah jantung
Penuh luka dan merah berlubang
Terserukan syair dengan tembang
Dengan riuh suara gendang
Bertabuhkan mata yang memandang
Walaupun kadang terkurung sarung
Dalam suatu arti seekor burung gagak hitam
Apakah suara teriakan angin malam
Bercampur membeku bersama dalam kelam
Mungkinkah aku bisa hinggap dan bermalam
Untuk sementara terpejam
Ataukah selamanya terpejam
Dalam gilasan waktu yang kupinjam
Kembali mengembara bersama malam
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Terasa kehangatan dalam bahagia
Yang terlintas pada gelak tawa
Riang berjalan penuh canda
Mematahkan semua aral tanya
Bagaikan raja tuak minum arak
Berlagak sambil terbahak – bahak
Berkata jujur seolah berteriak
Tanpa ada suatu beban dalam benak
Bersanding seorang tersayang
Walau tak pernah terucap sayang
Tak ingin waktu indah terbuang
Setiap hari ingin slalu terulang
Saling membuka dan menutup
Dalam suasana yang berkatup
Kadang ingin sesekali berucap
Dalam jiwa yang penuh ratap
Menuang sebagian harapan
Yang tertuju pada satu tatapan
Bergolak dalam lingkaran nampan
Berhambur – hambur dalam letupan
Senang bila kau bahagia
Iba terasa kala kau menderita
Indah saat kau tersenyum manja
Coba saling membaca isi jiwa
Sering kau terukir dalam syair
Lewat alunan senar pada gitar
Seolah bayangmu menyambar
Dalam mimpi yang tertidur
@ And-ree Celezska
Yang terlintas pada gelak tawa
Riang berjalan penuh canda
Mematahkan semua aral tanya
Bagaikan raja tuak minum arak
Berlagak sambil terbahak – bahak
Berkata jujur seolah berteriak
Tanpa ada suatu beban dalam benak
Bersanding seorang tersayang
Walau tak pernah terucap sayang
Tak ingin waktu indah terbuang
Setiap hari ingin slalu terulang
Saling membuka dan menutup
Dalam suasana yang berkatup
Kadang ingin sesekali berucap
Dalam jiwa yang penuh ratap
Menuang sebagian harapan
Yang tertuju pada satu tatapan
Bergolak dalam lingkaran nampan
Berhambur – hambur dalam letupan
Senang bila kau bahagia
Iba terasa kala kau menderita
Indah saat kau tersenyum manja
Coba saling membaca isi jiwa
Sering kau terukir dalam syair
Lewat alunan senar pada gitar
Seolah bayangmu menyambar
Dalam mimpi yang tertidur
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kacau kacau kacau!!!
Semua terpusat dalam otakku
Yang berwadah sebuah kepala botakku
Terasa wadah ingin pecah dari tubuhku
Berpuluh beratus bberribu bahkan berjuta
Seabrek segunung... bahkan sejagat raya
Masalah problema dan boring
Yang kini melanda dalam jantung
Bimbang, resah, dan gundah
Dalam kutipan suara hati yang terpecah
Bagaimana aku harus memecah
Berbagai masalah demi masalah
Kemana aku harus mengadu
Dimana aku harus beradu
Awal mula dari masalah yang menggebu
Pada takdirkah? Atau pada debu dan abu
Yang menebarkan aroma busuk
Terasa begitu menusuk – nusuk rusuk
Membuat aku meronta dan berontak
Sungguh ingin rasa aku berteriak
Aku tak mampu lagi
Aku benar – benar tak kuat lagi
Bersiap aku berlari – lari
Mengejar jiwa ingin mati…..
@ And-ree Celezska
Semua terpusat dalam otakku
Yang berwadah sebuah kepala botakku
Terasa wadah ingin pecah dari tubuhku
Berpuluh beratus bberribu bahkan berjuta
Seabrek segunung... bahkan sejagat raya
Masalah problema dan boring
Yang kini melanda dalam jantung
Bimbang, resah, dan gundah
Dalam kutipan suara hati yang terpecah
Bagaimana aku harus memecah
Berbagai masalah demi masalah
Kemana aku harus mengadu
Dimana aku harus beradu
Awal mula dari masalah yang menggebu
Pada takdirkah? Atau pada debu dan abu
Yang menebarkan aroma busuk
Terasa begitu menusuk – nusuk rusuk
Membuat aku meronta dan berontak
Sungguh ingin rasa aku berteriak
Aku tak mampu lagi
Aku benar – benar tak kuat lagi
Bersiap aku berlari – lari
Mengejar jiwa ingin mati…..
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Khusuk dalam ritual do’a
Hati yang coba berkata
Dalam tatanan bahasa
Terucap berbait – bait lamanya
Menetes air dalam mata
Mengusik kelopak mata
Keluar dari jiwa
Dalam rajutan suci do’a
Tangan berjari yang berwadah
Luapan sebuah hati yang tabah
Untuk kembali menggugah
Menuntut untuk berubah dan diubah
“Tuhan tuntunlah hambamu yang hina
Untuk temukan arti dalam jiwa
Yang tertutup tebal oleh dosa – dosa
Arti dari sebuah jati diri sesungguhnya
Yang lama bergolak dalam hati
Tersirat dalam tatapan mata hati
Hanya do’a yang hamba coba haturkan untuk ini
Bersujud hanya untuk do’a ini”
@ And-ree Celezska
Hati yang coba berkata
Dalam tatanan bahasa
Terucap berbait – bait lamanya
Menetes air dalam mata
Mengusik kelopak mata
Keluar dari jiwa
Dalam rajutan suci do’a
Tangan berjari yang berwadah
Luapan sebuah hati yang tabah
Untuk kembali menggugah
Menuntut untuk berubah dan diubah
“Tuhan tuntunlah hambamu yang hina
Untuk temukan arti dalam jiwa
Yang tertutup tebal oleh dosa – dosa
Arti dari sebuah jati diri sesungguhnya
Yang lama bergolak dalam hati
Tersirat dalam tatapan mata hati
Hanya do’a yang hamba coba haturkan untuk ini
Bersujud hanya untuk do’a ini”
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Hanyut terbawa detak arus
Menuju lambung lembah kalbu
Terdengar gemericik air menetes
Mengoyak hati yang sendu kelabu
Tegar yang menggelepar diraut muka
Terpancar lewat mata yang bermakna
Raut muka yang bergaris penuh lekuk
Saling beradu untuk bertepuk
Dalam lantunan syair dan lagu
Menari dan berdendang dengan irama batu
Penuh jerit lolongan sang rembulan
Beradu dengan pekat malam penuh awan
Berlari menuju detak jantung
Melewati berbagai arteri terselubung
Hingga terasa darah terbuang
Membeku dalam debu terbang ke lambung
Hidup penuh liku dan luka
Detak jantung seirama arah hati
Yang kadang membawa duka
Dalam jiwa yang bernaluri
@ And-ree Celezska
Menuju lambung lembah kalbu
Terdengar gemericik air menetes
Mengoyak hati yang sendu kelabu
Tegar yang menggelepar diraut muka
Terpancar lewat mata yang bermakna
Raut muka yang bergaris penuh lekuk
Saling beradu untuk bertepuk
Dalam lantunan syair dan lagu
Menari dan berdendang dengan irama batu
Penuh jerit lolongan sang rembulan
Beradu dengan pekat malam penuh awan
Berlari menuju detak jantung
Melewati berbagai arteri terselubung
Hingga terasa darah terbuang
Membeku dalam debu terbang ke lambung
Hidup penuh liku dan luka
Detak jantung seirama arah hati
Yang kadang membawa duka
Dalam jiwa yang bernaluri
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Berputar – putar dalam air
Gejolak rasa yang mengalir
Dalam wajah yang berbinar
Untuk tetap selalu tegar
Menghadapi sebuah rasa dalam kata
Berpusat pada syaraf hati yang berkata
Menerima kata – kata lewat rasa
Tegar walau kadang bimbang terasa
Ucapan kadang bermakna mendalam
Kadang pula tak bermakna mendalam
Hanya hati yang berbicara jujur dan dalam
Tapi terimalah kata hati yang terdalam
Perasaan tak boleh ditipu oleh kata – kata
Ungkapkan dengan tulus dan apa adanya
Bila kaupun merasa sama ungkapkan semua
Tanpa satu bait kata – kata yang tersisa
Walau kadang menyakitkan perasaan
Terkadang juga terasa menyenangkan
Jangan pernah rasa dihilangkan
Tapi biarkan rasa yang memberi kebahagiaan
@ And-ree Celezska
Gejolak rasa yang mengalir
Dalam wajah yang berbinar
Untuk tetap selalu tegar
Menghadapi sebuah rasa dalam kata
Berpusat pada syaraf hati yang berkata
Menerima kata – kata lewat rasa
Tegar walau kadang bimbang terasa
Ucapan kadang bermakna mendalam
Kadang pula tak bermakna mendalam
Hanya hati yang berbicara jujur dan dalam
Tapi terimalah kata hati yang terdalam
Perasaan tak boleh ditipu oleh kata – kata
Ungkapkan dengan tulus dan apa adanya
Bila kaupun merasa sama ungkapkan semua
Tanpa satu bait kata – kata yang tersisa
Walau kadang menyakitkan perasaan
Terkadang juga terasa menyenangkan
Jangan pernah rasa dihilangkan
Tapi biarkan rasa yang memberi kebahagiaan
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Berjalan menuju arah
Tertuju pada angin yang terarah
Tak mau mengalah pada lelah
Yang terasa di tubuh penuh gundah
Tatkala godaan tak henti – henti
Menggoyahkan sendi – sendi kaki
Untuk singgah sementara dalam mimpi
Seakan memuji diri tanpa pasti
Kadang pula singgah sementara
Dalam tiupan kabut senja
Meneguk segarnya air surga
Yang menetes dari atas sana
Hidup terasa terombang – ambing oleh ombak
Menerpa buih – buih jejak setapak
Pengembara sering berteriak – teriak
Suara menggeledek dimana harus menapak
Wahai burung – burung
Bawalah aku terbang
Meraih asa yang terbuang
Dalam gubuk penuh gudang – gudang
@ And-ree Celezska
Tertuju pada angin yang terarah
Tak mau mengalah pada lelah
Yang terasa di tubuh penuh gundah
Tatkala godaan tak henti – henti
Menggoyahkan sendi – sendi kaki
Untuk singgah sementara dalam mimpi
Seakan memuji diri tanpa pasti
Kadang pula singgah sementara
Dalam tiupan kabut senja
Meneguk segarnya air surga
Yang menetes dari atas sana
Hidup terasa terombang – ambing oleh ombak
Menerpa buih – buih jejak setapak
Pengembara sering berteriak – teriak
Suara menggeledek dimana harus menapak
Wahai burung – burung
Bawalah aku terbang
Meraih asa yang terbuang
Dalam gubuk penuh gudang – gudang
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Merangkak dan mengendus
Dalam lubang yang terhunus
Mencari arti terbungkus kardus
Terkoyak dalam jalur khusus
Bergoyang dan menyanyi dalam panas
Kecil tersebar pada setiap ruas – ruas
Tak bisa terlukis dengan kuas
Hanya berjuang mencari sebungkus kertas
Bermodalkan diri yang penuh paksa
Berserakan dalam genting – genting kota
Meratap pada kuasa dan harta
Yang tak pernah dirasa dan merata
Hari demi hari bernyanyi keras
Untuk mendapatkan uang ribuan kertas
Demi satu kilo beras yang tak berkelas
Dengan berpacu pada keringat yang deras
Wajah yang lugu dan melas
Meminta yang berharta berwelas
Dengan tubuh lusuh dan kurus
Memperjuangkan untuk hidup terus demi beras
@ And-ree Celezska
Dalam lubang yang terhunus
Mencari arti terbungkus kardus
Terkoyak dalam jalur khusus
Bergoyang dan menyanyi dalam panas
Kecil tersebar pada setiap ruas – ruas
Tak bisa terlukis dengan kuas
Hanya berjuang mencari sebungkus kertas
Bermodalkan diri yang penuh paksa
Berserakan dalam genting – genting kota
Meratap pada kuasa dan harta
Yang tak pernah dirasa dan merata
Hari demi hari bernyanyi keras
Untuk mendapatkan uang ribuan kertas
Demi satu kilo beras yang tak berkelas
Dengan berpacu pada keringat yang deras
Wajah yang lugu dan melas
Meminta yang berharta berwelas
Dengan tubuh lusuh dan kurus
Memperjuangkan untuk hidup terus demi beras
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Hari yang terbagi sunyi
Menetes pada cadas diri
Luluh lantah dan rapuh dalam sepi
Yang membaur merasuk dihati
Meratap, mendesah pula dalam wadah
Berlari dalam hayal yang gundah
Lama yang abadi kapan kembali merubah
Suatu arah riang gembira menutup gundah
Berteriak dalam hampa
Sesekali memecah suasana
Tanpa sesama yang menyapa
Hamba yang abadi tersiksa
Dalam sunyi bercampur sepi
Yang kekal tak mati sendiri
Bahkan alampun tak sudi
Bersuara dan bernyanyi
Terkadang diri merasa iri
Yang terpecah dalam riuh bernyanyi
Hanya sunyi dan sepi yang abadi
Menemani merengkuh suasana hari
@ And-ree Celezska
Menetes pada cadas diri
Luluh lantah dan rapuh dalam sepi
Yang membaur merasuk dihati
Meratap, mendesah pula dalam wadah
Berlari dalam hayal yang gundah
Lama yang abadi kapan kembali merubah
Suatu arah riang gembira menutup gundah
Berteriak dalam hampa
Sesekali memecah suasana
Tanpa sesama yang menyapa
Hamba yang abadi tersiksa
Dalam sunyi bercampur sepi
Yang kekal tak mati sendiri
Bahkan alampun tak sudi
Bersuara dan bernyanyi
Terkadang diri merasa iri
Yang terpecah dalam riuh bernyanyi
Hanya sunyi dan sepi yang abadi
Menemani merengkuh suasana hari
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Terbuka dalam suatu tatap
Mata yang penuh ratap
Berkaca penuh cakap
Kelu dalam suatu tatap
Air tercuar dalam tangis
Terluka yang tragis
Serasa mata teriris – iris
Dalam tajamnya suatu garis
Ingin memulai dan menyudahi
Beberapa hal yang siri
Dalam bentuk hati yang bersendi
Dan terus terbagi – bagi
Teruntuk suatu judul
Teraih dan terpental
Dalam hati yang tebal
Judul dalam suatu judul
Ratapan dan luka yang menangis
Tapi terasa ku tertepis
Dalam bentuk satuan baris – berbaris
Untuk mendapatkan hati yang selaras
@ And-ree Celezska
Mata yang penuh ratap
Berkaca penuh cakap
Kelu dalam suatu tatap
Air tercuar dalam tangis
Terluka yang tragis
Serasa mata teriris – iris
Dalam tajamnya suatu garis
Ingin memulai dan menyudahi
Beberapa hal yang siri
Dalam bentuk hati yang bersendi
Dan terus terbagi – bagi
Teruntuk suatu judul
Teraih dan terpental
Dalam hati yang tebal
Judul dalam suatu judul
Ratapan dan luka yang menangis
Tapi terasa ku tertepis
Dalam bentuk satuan baris – berbaris
Untuk mendapatkan hati yang selaras
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Terbuka dan tertutup lembar hati
Penuh hingga sampai terisi
Bacaan – bacaan gurat sisi
Terkuar dalam bentukan diri
Tebal lembar penuh debu
Dalam pustaka kalbu
Tapi hanya terbentuk tabu
Yang terus menyapu
Tabiat – tabiat yang tersembunyi
Kadang kala sering terisi
Dan sering pula sendiri
Hanya kadang bersiul dan bernyanyi
Untuk terus menepi
Suatu dalam mimpi hati
Yang hanya bisa menanti
Hati dan lembar yang terisi
Dan mendamba bentuk belaian
Dalam suatu kehangatan
Untuk berjalan dalam jamban
Yang penuh hiasan kembang setaman
@ And-ree Celezska
Penuh hingga sampai terisi
Bacaan – bacaan gurat sisi
Terkuar dalam bentukan diri
Tebal lembar penuh debu
Dalam pustaka kalbu
Tapi hanya terbentuk tabu
Yang terus menyapu
Tabiat – tabiat yang tersembunyi
Kadang kala sering terisi
Dan sering pula sendiri
Hanya kadang bersiul dan bernyanyi
Untuk terus menepi
Suatu dalam mimpi hati
Yang hanya bisa menanti
Hati dan lembar yang terisi
Dan mendamba bentuk belaian
Dalam suatu kehangatan
Untuk berjalan dalam jamban
Yang penuh hiasan kembang setaman
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Terbelah bukan terbagi
Dan terbagi bukan terbelah
Terbelah dan terbagi yang abadi
Yang terbagi – bagi pada gugah
Kalah bukan terpecah
Terpecah bukan pula kalah
Hanya saja sering terbagi
Dan terus mengisi
Lembar – lembar gurat sendi
Yang terus membelah dan terbagi
Terbata dan terbaca
Dari tiap – tiap ruanya
Untuk menggali dan menutup
Sesuatu yang berkatup
Terus sampai akhir lubuk yang tertutup
Hanya sesekali ingin mengetuk yang tertutup
Terasa hanya cakap
Gerak yang mengecap
Sayap kepak dan senyap
Terbelah bukan terbagi cukup mengucap
@ And-ree Celezska
Dan terbagi bukan terbelah
Terbelah dan terbagi yang abadi
Yang terbagi – bagi pada gugah
Kalah bukan terpecah
Terpecah bukan pula kalah
Hanya saja sering terbagi
Dan terus mengisi
Lembar – lembar gurat sendi
Yang terus membelah dan terbagi
Terbata dan terbaca
Dari tiap – tiap ruanya
Untuk menggali dan menutup
Sesuatu yang berkatup
Terus sampai akhir lubuk yang tertutup
Hanya sesekali ingin mengetuk yang tertutup
Terasa hanya cakap
Gerak yang mengecap
Sayap kepak dan senyap
Terbelah bukan terbagi cukup mengucap
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (2)
Mataku tak kuasa menahan indahnya
Saat melihat keanggunanmu
Bersama hangatnya sinar mentari pagi
Bersambutkan kicauan burung dipepohonan
Suara ini tak lantang
Ingin memanggil namamu
Bersama deruan detak jantungku
Yang semakin didera rasa takjub
Pandanganku tak lepas terantai
Terpatri kepada engkau pidadari pujaan hati
Raga ini mendadak beku
Tak ingin beranjak dari tempatku terpaku
Oh... kenapa aku hanya diam
Tak kuasa aku akan tebar pesonamu
Dipagi yang hangat mendekam dalam hatiku
Bersamamu yang hanya manis tersenyum
Oh... rasa ini terus bergemuruh setiap hari
Dan terus bertambah setiap paginya
Kala engkau hadirkan bayang keindahan
Mungkin hanya engkau yang buatku begini
Memecah keheningan suara hatiku
Yang dulu berhenti bersuarakan cinta
Aku ingin suarakan rasa ini nanti lewat nyata
Dihadapmu sang pujaan dalam relung hatiku
@ And-ree Celezska
Saat melihat keanggunanmu
Bersama hangatnya sinar mentari pagi
Bersambutkan kicauan burung dipepohonan
Suara ini tak lantang
Ingin memanggil namamu
Bersama deruan detak jantungku
Yang semakin didera rasa takjub
Pandanganku tak lepas terantai
Terpatri kepada engkau pidadari pujaan hati
Raga ini mendadak beku
Tak ingin beranjak dari tempatku terpaku
Oh... kenapa aku hanya diam
Tak kuasa aku akan tebar pesonamu
Dipagi yang hangat mendekam dalam hatiku
Bersamamu yang hanya manis tersenyum
Oh... rasa ini terus bergemuruh setiap hari
Dan terus bertambah setiap paginya
Kala engkau hadirkan bayang keindahan
Mungkin hanya engkau yang buatku begini
Memecah keheningan suara hatiku
Yang dulu berhenti bersuarakan cinta
Aku ingin suarakan rasa ini nanti lewat nyata
Dihadapmu sang pujaan dalam relung hatiku
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Suara hati...
Tak terdengar telinga
Tak hingar-bingar bersuara
Tapi tak mati
Hanya pribadi yang bisa
Mendengar lengkingannya
Merasakan gemuruh riuhnya
Menyenandungkan kejujuran kata
Suara hati...
Tak terbaca
Tak bernyanyi
Karna tertutup keegoisan kita
Coba rasakan perlahan
Coba dengarkan gembalanya
Resapi setiap bait terlantunkan
Niscaya pelan tapi pasti kan bersuara
Suara hati...
Adalah lantunan kata yang sebenarnya
Janganlah tertimbun gunung kebohongan kita
Dan rasakan kejujurannya dalam setiap hari
Suara hati...
Menuntun arah jalan nurani
Menggembala dalam ruas hati
Memotong tabu bibir pribadi
Suara hati...
Teman terlahir semu
Yang temani sampai mati
Karna dia adalah pribadi yang satu
@ And-ree Celezska
Tak terdengar telinga
Tak hingar-bingar bersuara
Tapi tak mati
Hanya pribadi yang bisa
Mendengar lengkingannya
Merasakan gemuruh riuhnya
Menyenandungkan kejujuran kata
Suara hati...
Tak terbaca
Tak bernyanyi
Karna tertutup keegoisan kita
Coba rasakan perlahan
Coba dengarkan gembalanya
Resapi setiap bait terlantunkan
Niscaya pelan tapi pasti kan bersuara
Suara hati...
Adalah lantunan kata yang sebenarnya
Janganlah tertimbun gunung kebohongan kita
Dan rasakan kejujurannya dalam setiap hari
Suara hati...
Menuntun arah jalan nurani
Menggembala dalam ruas hati
Memotong tabu bibir pribadi
Suara hati...
Teman terlahir semu
Yang temani sampai mati
Karna dia adalah pribadi yang satu
@ And-ree Celezska
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Bergumal dalam bibir hati
Meraung tak menentu isi hati
Menabung gelombang amarah membakar nurani
Menguatkan rangkaian sunami emosi
Tak bisa lagi teredam
Tak dapat melemahkan pitam
Memuncak menembus batas damai bersemayam
Mengayuhkan luapan dalam bingkai kata hujam
Terangkai dalam gerak raga
Mengerutkan kulit tampak tua
Berjalan hanya diam tak bersuara
Tak ungkapkan hanya terus menyimpan suara
Semua terpancar dalam genggaman aura
Memupuk benih kebencian yang tak bermuara
Kemana rasa ini kan tertuang semua
Peraduan tak mengambilkan jalan suara
Teriakan gumpalan-gumpalan yang telah menumpuk
Lantang bergema mengaung memecah terbelalak
Kini terkuras semuanya itu serentak
Dan telah habis terkuak
Dalam keheningan hati bersemayam
DAn akan terus mendekam
Tak akan tergenggam
Keluar dari dinding hati terdalam
Terkubur amarah ini
Terkuak sinar terangi
Menyejukkan tirani
Terus bersinar seperti pelangi
Mewarnai lembaran hari
Menciptakan damai hati
Indah kurasa seperti ini
Tebar senyuman berseri
@ And-ree Celezska
Meraung tak menentu isi hati
Menabung gelombang amarah membakar nurani
Menguatkan rangkaian sunami emosi
Tak bisa lagi teredam
Tak dapat melemahkan pitam
Memuncak menembus batas damai bersemayam
Mengayuhkan luapan dalam bingkai kata hujam
Terangkai dalam gerak raga
Mengerutkan kulit tampak tua
Berjalan hanya diam tak bersuara
Tak ungkapkan hanya terus menyimpan suara
Semua terpancar dalam genggaman aura
Memupuk benih kebencian yang tak bermuara
Kemana rasa ini kan tertuang semua
Peraduan tak mengambilkan jalan suara
Teriakan gumpalan-gumpalan yang telah menumpuk
Lantang bergema mengaung memecah terbelalak
Kini terkuras semuanya itu serentak
Dan telah habis terkuak
Dalam keheningan hati bersemayam
DAn akan terus mendekam
Tak akan tergenggam
Keluar dari dinding hati terdalam
Terkubur amarah ini
Terkuak sinar terangi
Menyejukkan tirani
Terus bersinar seperti pelangi
Mewarnai lembaran hari
Menciptakan damai hati
Indah kurasa seperti ini
Tebar senyuman berseri
@ And-ree Celezska