PUTRI YANG TERLUKISKAN ALAM "Princess Dyta"

 


Seraya menguak tabir
Membasuh diri mengusap air
Melepaskan penat yang berhambur
Segarkan diri dalam tiap tetesan bertabur

Aku menatap sebuah harapan
Dalam Sebuah angan
Yang selama ini ingin ku dapatkan
Walau itu masih dalam penantian

Tersenyum pada indahnya rembulan
Memeluk ku penuh keindahan
Memberikan terang dalam jalan
Walau rembulan terbiaskan

Hamparan itu tak terukur
Tapi luasnya kini terukir
Aku mulailah berfikir atas apa yang terfikir
Dalam ucap hati, hasrat itu membanjir

Aku terbang menjelajahi awan
Lembut belaianku bersentuhan
Melukis kisah yang tak kan terlupakan
Dimana semua itu bermula dengan candaan

Kini seisi hutan jelalatan
Menatapku penuh keheranan
Mencoba tuk berjabatan
Sambil sesekali meneriakkan harapan

Mereka melukiskan memori keindahan
Di tujukan kepada sang putri kayangan
Tuk datang berikan kedamaian
Yang kan tertanam dalam selimut kebahagiaan

JALANAN MEMBUNUH WAKTU


Berjalan merajut waktu
Dalam Bulatan kabut pagi buta
Hingga bertaburkan kunang - kunang
Beriring dengan iringan deru mesin yang berdering

Terpacu penuh kecepatan
Dalam hentakan bahu jalanan
Menembus angin yang menyapu badan
Penuh dengan haluan dan kelokan

Debu bercampur CO2 terus jadi sarapan
Menyemprot dari cerobong - cerobong hitam
Meneguk kembali air keringat yang menetes dalam badan
Hingga tak terasa tubuh jadi kering legam

Panas dan badai jadi pemandangan sehari - hari
Teriknya membakar menyulut dahaga nurani
Tetesannya memecahkan raga rapuh berserakan kesana kemari
Jalanan itu penuh lubang yang terasangi ranjau tersembunyi

Konsentrasi jadi acuanku
Saat aku beradu dengan waktu jalanan
Waktu terasa membunuhku
Cepat tapi pasti dalam hitungan ringan

Kini sudah terlewati....
Segala rintangan itu dan aku masih dikejar waktu
Hari berganti hari....
Belumlah aku temukan safana yang sejukkan jiwaku

Seperti waktu terbunuh dengan cepat
Memburu dan diburu, merapat dan melambat
Hari ini yang terasa sekali dalam tubuhku
Penuh biru - biru membekas tak nyata dalam diburu waktu

Jalanan adalah rumahku
Jalanan pula yang membunuh waktuku
Jalanan itu hidupku
Jalanan ini prosesku tuk menumbuhkan waktu dalam hidupku

MENCARI


Berjalan mengitari ruas - ruas jalan
Terselubung penuh persimpangan
Tak tau lagi mana yang akan ku lalui
Bingung tuk tentukan kaki berlari

Di setiap jalan - jalan itu
Telah banyak yang aku singgahi
Hanya tuk sekedar menyapa atau berteduh dari lelah hati
Dan mata tak henti tuk terus dan terus mencari yang dituju

Wajah itu tak jua ku rekam
Dalam kedua bola mata yang tak mau terpejam
Wajah itu tak kunjung datang
Hingga waktu yang terhitung mendatang

Dimana.... engkau sekarang bertandang?
Dimana.... engkau sekarang menanti?
Aku... yang terus mencari - cari
Aku... yang terus sampai saat ini masih mendulang

Walau kini aku mengendus - endus
Walau kini aku memperbesar jejakmu
Tak jua tebalnya aku tembus
Tak ada yang aku tau

Dirimu yang akan singgah dalam hidupku
Dirimu yang akan hiasi hatiku
Bersanding dalam ikatan suci jodoh
Yang akan tersunting dalam indahnya pernikahan

Akan aku cari walau sampai uzur
Akan aku gapai dirimu walau jauh
Akan aku gali walau masih terkubur
Akan mencari engkau wanitaku yang sakinah, mawadah dan warohmah