Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kedukaan slalu menghampiri diri
Menghujam tak terbendung bagai hujan
Terus menusuk - nusuk pertapaan hati
Tak terasa hingga termakan waktu berkepanjangan
Kesepian tak luput ikut merengkuhku
Tak lekang dalam keramaian
Menggerogoti bibir tak bisa tersenyum lucu
Bertabur bercampur baur tak berkesudahan
Walau begitu jalan jiwa tlah tertorehkan
Tuk melaju terus tanpa putus
Menggapai tinggi kehidupan
Yang indah dan terbaik tuk memupus
Kerinduan akan kebahagiaan slalu kunanti
Dan slalu kucari keberadaannya
Agar menghilang salah satu duka ini
Biar itu hanya sebentar saja
Ingin ku memeluk kehangatan keramaian
Biar memudar bekunya sepi
Terpecah ramai yang bersantun
Membuat nyaman kehidupanku lagi
Selama ini ku terus berjalan dengan harapan
Ada kedamaian yang benar terasa
Biar ku mendekam tak terbangunkan tanpa kepalsuan
Berselimutkan kebahagiaan bersama
Dan masih kucoba terus tersenyum
Walau tak sanggup ku tersenyum
Berlatih menjelang bahagia biar tak kaku
Karna ku yakin pasti ada kebahagiaan dan senyum manis untukku
Menghujam tak terbendung bagai hujan
Terus menusuk - nusuk pertapaan hati
Tak terasa hingga termakan waktu berkepanjangan
Kesepian tak luput ikut merengkuhku
Tak lekang dalam keramaian
Menggerogoti bibir tak bisa tersenyum lucu
Bertabur bercampur baur tak berkesudahan
Walau begitu jalan jiwa tlah tertorehkan
Tuk melaju terus tanpa putus
Menggapai tinggi kehidupan
Yang indah dan terbaik tuk memupus
Kerinduan akan kebahagiaan slalu kunanti
Dan slalu kucari keberadaannya
Agar menghilang salah satu duka ini
Biar itu hanya sebentar saja
Ingin ku memeluk kehangatan keramaian
Biar memudar bekunya sepi
Terpecah ramai yang bersantun
Membuat nyaman kehidupanku lagi
Selama ini ku terus berjalan dengan harapan
Ada kedamaian yang benar terasa
Biar ku mendekam tak terbangunkan tanpa kepalsuan
Berselimutkan kebahagiaan bersama
Dan masih kucoba terus tersenyum
Walau tak sanggup ku tersenyum
Berlatih menjelang bahagia biar tak kaku
Karna ku yakin pasti ada kebahagiaan dan senyum manis untukku
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Berharap…….. Untuk mengucap
Tak tau rasa bibir berkecap
Mengurai makna kata
Dalam berbicara kepadanya
Mungkin dia tau mungkin juga tidak
Apa yang menjadi kehendak
Berkemelut dalam hati
Yang mulai berhenti berdetak tuk mati
Tersampaikan dalam lidah
Menggores bibir kering jadi pecah
Tenggorokan berat dengan kata
Yang penuh dengan dahak dosa
Kini tubuh mulai terasa dingin
Dingin bagai bermandikan air dingin
Dan terasa sakit, sakit sekali……..
Serasa mau lepas setiap sendi-sendi
Oh….. Betapa susahnya aku mengucap
Sebuah kata yang memeng harus ku ucap
Menjelang semua menjadi gelap
Dan akan menjadi sebuah ratap
Berlinang air mata hangat
Dari yang meratapi aku mangkat
Kembali ketanah lembab
Dan singgah dineraka biadab
"Lailahailallah muhamadarosulullah"
Mengapa harus terpatah-patah
Dan harus dipapah untuk mengucapkannya
Dibisikkan dalam kalbu jiwa
Apa karna dosaku terlampau banyak……?
Atau karna ku tak biasa bersua seperti itu
Melafalkan engkaulah tuhanku ya allah
Dan muhammadlah rosulku yang patut ku sembah
Ya Allah segeralah tutup kedua mataku
Yang tak dapat melihat hikmahmu
Ya Allah segeralah bungkam mulutku
Yang selalu menentangperintah-perintahmu
Sungguh aku tak tahan lagi
Dengan sakarotil maut darimu ini
Bakarlah aku dengan api nerakamu
Dan sucikan jiwaku lagi dari dosa-dosaku
"Innalillahi roji’un"……………..
Allahu akbar……..
Tak tau rasa bibir berkecap
Mengurai makna kata
Dalam berbicara kepadanya
Mungkin dia tau mungkin juga tidak
Apa yang menjadi kehendak
Berkemelut dalam hati
Yang mulai berhenti berdetak tuk mati
Tersampaikan dalam lidah
Menggores bibir kering jadi pecah
Tenggorokan berat dengan kata
Yang penuh dengan dahak dosa
Kini tubuh mulai terasa dingin
Dingin bagai bermandikan air dingin
Dan terasa sakit, sakit sekali……..
Serasa mau lepas setiap sendi-sendi
Oh….. Betapa susahnya aku mengucap
Sebuah kata yang memeng harus ku ucap
Menjelang semua menjadi gelap
Dan akan menjadi sebuah ratap
Berlinang air mata hangat
Dari yang meratapi aku mangkat
Kembali ketanah lembab
Dan singgah dineraka biadab
"Lailahailallah muhamadarosulullah"
Mengapa harus terpatah-patah
Dan harus dipapah untuk mengucapkannya
Dibisikkan dalam kalbu jiwa
Apa karna dosaku terlampau banyak……?
Atau karna ku tak biasa bersua seperti itu
Melafalkan engkaulah tuhanku ya allah
Dan muhammadlah rosulku yang patut ku sembah
Ya Allah segeralah tutup kedua mataku
Yang tak dapat melihat hikmahmu
Ya Allah segeralah bungkam mulutku
Yang selalu menentangperintah-perintahmu
Sungguh aku tak tahan lagi
Dengan sakarotil maut darimu ini
Bakarlah aku dengan api nerakamu
Dan sucikan jiwaku lagi dari dosa-dosaku
"Innalillahi roji’un"……………..
Allahu akbar……..
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Sendiri…….seakan tak mau pergi
Walau semua kini berdendang menari
Yang kurasakan telinga jadi tuli
Hampa menerpa menuai sepi
Banyak teman………?
Banyak sahabat………?
Banyak kerabat……..?
Mengikuti bagai bayangan
Tapi entah kenapa…….?
Duniaku dan dunia mereka rasa berbeda
Tampak tawa
Tampak gembira
Tapi kenapa aku tidak
Kenapa kepala tak mau tegak
Tersungkur menunduk
Entah apa yang harus ku kuak
Sepi…..dan masih sendiri…
Masih ku jalani
Walau tak tau pasti
Kapan semuanya menjadi pasti
Mungkin hati ini masih siri
Jiwa yang terpaut benci
Mengoyak menjadi - jadi
Dalam sebuah misteri diri
Aaaahhhh…..apa aku yang salah…?
Dan apa yang salah dalam diriku…..?
Percuma saja aku mengeluh
Kini apa yang harus ku pacu?
Mengorek dunia ini
Mencari dan mencari
Segala bentuk nurani
Yang tak merasa sepi
Ingin tertawa lagi bersama mereka
Ingin menorehkan bahagia
Memberikan kenangan indah dijiwa
Tak ada tangis tersisa
Tak ingin sendiri lagi
Benar - benar tak ingin lagi
Duka bergantilah kini
Ku rasa muak dengan mu kini
Bosan dengan kemurungan
Jenuh dengan sendiri dijalan
Penat dengan keluhan - keluhan
Yang membuatku merasakan kesedihan
Esok hari saat mentari bersinar
Akan kuganti lembar demi lembar
Coretan tak menyenangkan biar berbinar
Menyeringai senyum dalam bibir
Semuanya bantu aku kembali
Sambutlah jemariku ini
Rengkuh aku bersama menari
Menyerukan dendang menyanyi
Ku ingin bersama kalian
Walau bukan tuk selamanya
Tapi ku ingin memulai dari kalian
Lembar baru dalam jiwa
Maukah kalian….?
Mau tuk bantu aku…
Menapak dunia baru
Bersama kalian
Dan pasti ku janji
Kan ku ukir senyum yang indah buat semua
Biar penuh warna pelangi
Yang membentang sepanjang masa
Walau semua kini berdendang menari
Yang kurasakan telinga jadi tuli
Hampa menerpa menuai sepi
Banyak teman………?
Banyak sahabat………?
Banyak kerabat……..?
Mengikuti bagai bayangan
Tapi entah kenapa…….?
Duniaku dan dunia mereka rasa berbeda
Tampak tawa
Tampak gembira
Tapi kenapa aku tidak
Kenapa kepala tak mau tegak
Tersungkur menunduk
Entah apa yang harus ku kuak
Sepi…..dan masih sendiri…
Masih ku jalani
Walau tak tau pasti
Kapan semuanya menjadi pasti
Mungkin hati ini masih siri
Jiwa yang terpaut benci
Mengoyak menjadi - jadi
Dalam sebuah misteri diri
Aaaahhhh…..apa aku yang salah…?
Dan apa yang salah dalam diriku…..?
Percuma saja aku mengeluh
Kini apa yang harus ku pacu?
Mengorek dunia ini
Mencari dan mencari
Segala bentuk nurani
Yang tak merasa sepi
Ingin tertawa lagi bersama mereka
Ingin menorehkan bahagia
Memberikan kenangan indah dijiwa
Tak ada tangis tersisa
Tak ingin sendiri lagi
Benar - benar tak ingin lagi
Duka bergantilah kini
Ku rasa muak dengan mu kini
Bosan dengan kemurungan
Jenuh dengan sendiri dijalan
Penat dengan keluhan - keluhan
Yang membuatku merasakan kesedihan
Esok hari saat mentari bersinar
Akan kuganti lembar demi lembar
Coretan tak menyenangkan biar berbinar
Menyeringai senyum dalam bibir
Semuanya bantu aku kembali
Sambutlah jemariku ini
Rengkuh aku bersama menari
Menyerukan dendang menyanyi
Ku ingin bersama kalian
Walau bukan tuk selamanya
Tapi ku ingin memulai dari kalian
Lembar baru dalam jiwa
Maukah kalian….?
Mau tuk bantu aku…
Menapak dunia baru
Bersama kalian
Dan pasti ku janji
Kan ku ukir senyum yang indah buat semua
Biar penuh warna pelangi
Yang membentang sepanjang masa
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Semua tercipta
Semua tercapai
Semua tergapai
Dan semua menganga
Saat semua terbaca
Saat semua terbuka
Saat semua menyapa
Dan saat semua berkata
Semua jadi ramai
Semua jadi gontai
Semua jadi berapi
Semua jadi meratapi
Kini coba sendiri
Kini coba tak bersuara
Kini coba tak ada makna
Dan kini coba sembunyi
Apa mereka tau…?
Apa mereka mau…?
Apa mereka bisa…?
Apa mereka akan…?
Meskipun tak mengerti
Meskipun tak menyadari
Meskipun tak mengakhiri
Dan meskipun tak berarti
Segala sesuatu
Segala menyatu
Segala terburu
Segala tercumbu
Aku hanya ingin sendiri
Aku hanya ingin menyepi
Aku hanya ingin tak bernyanyi
Dan aku hanya ingin menyudahi
Semua yang tlah berbunyi
Semua yang tlah menaburi
Semua yang tlah menyirami
Dan semua yang tlah menjadi api
Lelah……..
Lelah aku menengadah
Lelah aku berwajah
Lelah aku bersumpah
Semua tercapai
Semua tergapai
Dan semua menganga
Saat semua terbaca
Saat semua terbuka
Saat semua menyapa
Dan saat semua berkata
Semua jadi ramai
Semua jadi gontai
Semua jadi berapi
Semua jadi meratapi
Kini coba sendiri
Kini coba tak bersuara
Kini coba tak ada makna
Dan kini coba sembunyi
Apa mereka tau…?
Apa mereka mau…?
Apa mereka bisa…?
Apa mereka akan…?
Meskipun tak mengerti
Meskipun tak menyadari
Meskipun tak mengakhiri
Dan meskipun tak berarti
Segala sesuatu
Segala menyatu
Segala terburu
Segala tercumbu
Aku hanya ingin sendiri
Aku hanya ingin menyepi
Aku hanya ingin tak bernyanyi
Dan aku hanya ingin menyudahi
Semua yang tlah berbunyi
Semua yang tlah menaburi
Semua yang tlah menyirami
Dan semua yang tlah menjadi api
Lelah……..
Lelah aku menengadah
Lelah aku berwajah
Lelah aku bersumpah
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Dikala ku sedih selalu sendiri
Dikala ku susah selalu sendiri
Dikala ku sengsara selalu sendiri
Dikala ku berduka selalu sendiri
Semua serasa menjauh dariku
Semua serasa menghilang dariku
Semua serasa berpaling dariku
Semua serasa membuang diriku
Dikala ku bahagia selalu ada
Dikala ku senang selalu ada
Dikala ku suka selalu ada
Dikala ku riang selalu ada
Semua serasa menyenangkan diriku
Semua serasa mengelukan diriku
Semua serasa menyertai diriku
Semua serasa mendukung diriku
Adakah keiklasan dalam hati
Yang datang tak mengenal henti
Selalu singgah menemani
Tanpa sesuatu yang melukai hati
Adakah yang bisa menghiburku
Disaat susah merajaiku
Adakah mereka teman-temanku
Dimana…dimana harus kucari temanku
Berbagi semua denganku
Mengiris semua problemaku
Membagi semua penatku
Menuangkan keluh kesahku
Adakah…..?????
Adakah satu diantara kalian….???
Datanglah….!!!
Datanglah ketempatku…!!!
Dikala ku susah selalu sendiri
Dikala ku sengsara selalu sendiri
Dikala ku berduka selalu sendiri
Semua serasa menjauh dariku
Semua serasa menghilang dariku
Semua serasa berpaling dariku
Semua serasa membuang diriku
Dikala ku bahagia selalu ada
Dikala ku senang selalu ada
Dikala ku suka selalu ada
Dikala ku riang selalu ada
Semua serasa menyenangkan diriku
Semua serasa mengelukan diriku
Semua serasa menyertai diriku
Semua serasa mendukung diriku
Adakah keiklasan dalam hati
Yang datang tak mengenal henti
Selalu singgah menemani
Tanpa sesuatu yang melukai hati
Adakah yang bisa menghiburku
Disaat susah merajaiku
Adakah mereka teman-temanku
Dimana…dimana harus kucari temanku
Berbagi semua denganku
Mengiris semua problemaku
Membagi semua penatku
Menuangkan keluh kesahku
Adakah…..?????
Adakah satu diantara kalian….???
Datanglah….!!!
Datanglah ketempatku…!!!
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Hari.......
Kenapa engkau selalu berganti.........?
Kenapa engkau tak terpatri.........?
Kenapa engkau harus berlari........?
Kenapa juga engkau bersembunyi.......?
Hari.......
Adakah engkau tak berganti.........?
Adakah engkau terpatri........?
Adakah engkau berdiam diri.........?
Adakah engkau tak selalu bersembunyi.........?
Hari.......
Ku ingin engkau berhenti!
Dan ku ingin engkau coba menikmati
Indahnya waktu pagi, sore, petang dan malam hari
Melihat mentari, bulan, bintang dan pelangi
Hari........
Hei.... Hari......
Tataplah mata ini
Jangan kau selalu berpaling pergi
Dengarlah suara bumi ini
Yang tlah lelah engkau putari
Dan tak pernah engkau singgahi
Hanya berlalu tak tersudahi
Si bumi sudah tua kini
Yang sebentar lagi akan mati
Hari........
Ayolah hari........
Bersantailah disini
Duduk bersebelahan diserambi
Sambil meneguk secangkir kopi
Hari........
Tak maukah enkau mandi
Bersama sang pidadari
Disebuah telaga yang sunyi
Bertaburkan bunga warna-warni
Dan tak maukah engkau meringkuk disini
Berselimutkan selendang pidadari
Menabur indah hayal mimpi
Berbentuk bunga-bunga surgawi
Yang diciptakan malaikat untuk mimpi
Oh..... Hari........
Aku sungguh ingin engkau berhenti
Sesungguhnya aku tlah lelah sekali
Merajut semua penanggalan tubuhmu ini
Yang terus dan terus berganti
Dan aku benar-benar bosan sekali
Melihat dan mendengar namamu terkunci
Tak bisa terganti
Dan terus dan terus terulangi
Sampai semua benar-benar mati
Kenapa engkau selalu berganti.........?
Kenapa engkau tak terpatri.........?
Kenapa engkau harus berlari........?
Kenapa juga engkau bersembunyi.......?
Hari.......
Adakah engkau tak berganti.........?
Adakah engkau terpatri........?
Adakah engkau berdiam diri.........?
Adakah engkau tak selalu bersembunyi.........?
Hari.......
Ku ingin engkau berhenti!
Dan ku ingin engkau coba menikmati
Indahnya waktu pagi, sore, petang dan malam hari
Melihat mentari, bulan, bintang dan pelangi
Hari........
Hei.... Hari......
Tataplah mata ini
Jangan kau selalu berpaling pergi
Dengarlah suara bumi ini
Yang tlah lelah engkau putari
Dan tak pernah engkau singgahi
Hanya berlalu tak tersudahi
Si bumi sudah tua kini
Yang sebentar lagi akan mati
Hari........
Ayolah hari........
Bersantailah disini
Duduk bersebelahan diserambi
Sambil meneguk secangkir kopi
Hari........
Tak maukah enkau mandi
Bersama sang pidadari
Disebuah telaga yang sunyi
Bertaburkan bunga warna-warni
Dan tak maukah engkau meringkuk disini
Berselimutkan selendang pidadari
Menabur indah hayal mimpi
Berbentuk bunga-bunga surgawi
Yang diciptakan malaikat untuk mimpi
Oh..... Hari........
Aku sungguh ingin engkau berhenti
Sesungguhnya aku tlah lelah sekali
Merajut semua penanggalan tubuhmu ini
Yang terus dan terus berganti
Dan aku benar-benar bosan sekali
Melihat dan mendengar namamu terkunci
Tak bisa terganti
Dan terus dan terus terulangi
Sampai semua benar-benar mati
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Lelah seluruh raga
Lemas seluruh jiwa
Lunglai semangat diri
Letih terus begini
Berjalan kesana-kesini
Bercakap disana-disini
Berlari kian kemari
Berjuang tanpa henti
Hanya temukan sendiri
Hanya rasakan sepi
Hanya terhanyut angan-angan kosong
Hanya terbuang sendiri melompong
Ingin kembali...
Ingin berbalik lagi
Ingin mengulang waktu
Ingin sepert waktu dulu
Kapan...?
Dimana...?
Siapa...?
Yang kan menggendongku kembali
Lemas seluruh jiwa
Lunglai semangat diri
Letih terus begini
Berjalan kesana-kesini
Bercakap disana-disini
Berlari kian kemari
Berjuang tanpa henti
Hanya temukan sendiri
Hanya rasakan sepi
Hanya terhanyut angan-angan kosong
Hanya terbuang sendiri melompong
Ingin kembali...
Ingin berbalik lagi
Ingin mengulang waktu
Ingin sepert waktu dulu
Kapan...?
Dimana...?
Siapa...?
Yang kan menggendongku kembali
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Apa yang akan engkau gambarkan...?
Apa yang akan engkau tuangkan...?
Segala sesuatu yang terbenam dalam pikiranmu
Semua yang mendekam dalam benakmu
Yang mengasingkan kenyataan yang ada
Yang menyingkirkan kesenangan dunia
Semua berawal dari maya
Dan diakhiri dengan maya pula
Fiksi yang tak tertuliskan dalam bahasa kata
Grafis yang tak terlukiskan dalam bingkai
Yang ada hanya semu
Yang ada hanya palsu
Tentang apakah...
Tentang siapakah...
Tentang adakah...
Tentang dimanakah...
Apa yang akan engkau tuangkan...?
Segala sesuatu yang terbenam dalam pikiranmu
Semua yang mendekam dalam benakmu
Yang mengasingkan kenyataan yang ada
Yang menyingkirkan kesenangan dunia
Semua berawal dari maya
Dan diakhiri dengan maya pula
Fiksi yang tak tertuliskan dalam bahasa kata
Grafis yang tak terlukiskan dalam bingkai
Yang ada hanya semu
Yang ada hanya palsu
Tentang apakah...
Tentang siapakah...
Tentang adakah...
Tentang dimanakah...
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Semua bergerak sangatlah semakin cepat
Aku hanya berdiri saja dan terus terlambat
Berjalanpun kian terasa sangat lambat
Kian lama kian bertambah usia jadi lanjut
Serasa beralih kebelakang
Tak kuat berbalik menerjang
Arus putaran waktu yang panjang
Berat sangatlah berat aku bertandang
Tak ingin lagi kembali
Kemasa lalu yang suram kini
Kan ku gapai lentera surya pagi
Yang hangat memeluk perlahan diri
Kuatkan hati...
Kuatkan nurani
Kuatkan ragaku ini
Kuatkan langkah diri
Biarlah semua masa lalu terbuang
Biarlah dia tak berkembang
Dalam setiap detak jantung
Begitu buruk dan tak ingin ku kenang
Aku hanya berdiri saja dan terus terlambat
Berjalanpun kian terasa sangat lambat
Kian lama kian bertambah usia jadi lanjut
Serasa beralih kebelakang
Tak kuat berbalik menerjang
Arus putaran waktu yang panjang
Berat sangatlah berat aku bertandang
Tak ingin lagi kembali
Kemasa lalu yang suram kini
Kan ku gapai lentera surya pagi
Yang hangat memeluk perlahan diri
Kuatkan hati...
Kuatkan nurani
Kuatkan ragaku ini
Kuatkan langkah diri
Biarlah semua masa lalu terbuang
Biarlah dia tak berkembang
Dalam setiap detak jantung
Begitu buruk dan tak ingin ku kenang
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Segala daya telah sempurna aku lakukan
Tapi semua daya itu pula yang menghalangi jalan
Tak sanggup lagi kan langkahkan
Lembaran demi lembaran jejak angan
Ingin sekali melantunkan
Lengkingan nada yang tinggi menjulang
Tapi tak kuasa lidah tergenang
Menyuarakan dentuman
Achh... Bagai manakah ini Tuhan...
Berilah secercah jalan
Walau semua jalan penuh guratan
Kan ku rajuti penuh harapan
Kembali berjuang
Kembali mengulang
Kembali berangan
Dan kembali menjulang ke awan
Harapan itu yang masih ada dalam genggaman
Karna engkau Tuhan aku bertahan
Tuk senantiasa merasa damai dan nyaman
Walau jalanMu penuh rintangan
Tapi semua daya itu pula yang menghalangi jalan
Tak sanggup lagi kan langkahkan
Lembaran demi lembaran jejak angan
Ingin sekali melantunkan
Lengkingan nada yang tinggi menjulang
Tapi tak kuasa lidah tergenang
Menyuarakan dentuman
Achh... Bagai manakah ini Tuhan...
Berilah secercah jalan
Walau semua jalan penuh guratan
Kan ku rajuti penuh harapan
Kembali berjuang
Kembali mengulang
Kembali berangan
Dan kembali menjulang ke awan
Harapan itu yang masih ada dalam genggaman
Karna engkau Tuhan aku bertahan
Tuk senantiasa merasa damai dan nyaman
Walau jalanMu penuh rintangan
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kekasih "SEJATI" takkan pernah "MATI"
Kekasih "SETIA" takkan pernah "SIRNA"
Kekasih "JUJUR" takkan pernah "HANCUR"
Kekasih "TULUS" takkan pernah "PUTUS"
Kekasih "SAYANG" takkan pernah "HILANG"
Kekasih "RINDU" takkan pernah "RAGU"
Aku punya sepasang mata
Tapi tak dapat melihatmu setiap masa
Aku punya sepasang telinga
Tapi nggak bisa mendengar suaramu setiap ketika
Tapi aku punya satu hati
Yang mengingatmu sampai mati
Hidup berkesimbung penuh dengan galau
Perasaan bingung peluh riuh risau
Adakah rindunya untukku
Adakah perasaan kasih cintanya padaku
Mungkinkah ku hidup hanya berteman bayangan semu
Ku yakin dia tau
Ku pastikan dia hanya untukku
Terlalukah cintaku?
Terlalukah rinduku?
Terlalukah sayangku?
Jangan kau tanya mengapa
Karna ku pun tak tau
Beribu malam ku tangisi
Hanya mengalunkan sepi yang menyiksa hati
Bagaimana kini ku harus bawa diri
"KASIH" kau bawa cintaku pergi
Embun pagi membasahi badan...!
Embun malam membasahi hati...!
Rindu pagi bisa kupendam...!
Rindu malam...ku bawa mimpi...!
Hanya untuk mas andree sayang...
*Tulisan Almarhumah Pacarku Sebelum Dia Dipanggil Sang Ilahi Allah SWT*
.INDRI NISA SALSABILA PAMUNGKAS.
Kekasih "SETIA" takkan pernah "SIRNA"
Kekasih "JUJUR" takkan pernah "HANCUR"
Kekasih "TULUS" takkan pernah "PUTUS"
Kekasih "SAYANG" takkan pernah "HILANG"
Kekasih "RINDU" takkan pernah "RAGU"
Aku punya sepasang mata
Tapi tak dapat melihatmu setiap masa
Aku punya sepasang telinga
Tapi nggak bisa mendengar suaramu setiap ketika
Tapi aku punya satu hati
Yang mengingatmu sampai mati
Hidup berkesimbung penuh dengan galau
Perasaan bingung peluh riuh risau
Adakah rindunya untukku
Adakah perasaan kasih cintanya padaku
Mungkinkah ku hidup hanya berteman bayangan semu
Ku yakin dia tau
Ku pastikan dia hanya untukku
Terlalukah cintaku?
Terlalukah rinduku?
Terlalukah sayangku?
Jangan kau tanya mengapa
Karna ku pun tak tau
Beribu malam ku tangisi
Hanya mengalunkan sepi yang menyiksa hati
Bagaimana kini ku harus bawa diri
"KASIH" kau bawa cintaku pergi
Embun pagi membasahi badan...!
Embun malam membasahi hati...!
Rindu pagi bisa kupendam...!
Rindu malam...ku bawa mimpi...!
Hanya untuk mas andree sayang...
*Tulisan Almarhumah Pacarku Sebelum Dia Dipanggil Sang Ilahi Allah SWT*
.INDRI NISA SALSABILA PAMUNGKAS.
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Semuanya bermula
Awal dari permulaan dalam mata
Terpampang sejuta warna
Tersiratkan aroma rasa
Entah kapan itu terjadi
Kini mulai berkecamuk dalam siri
Karna tak kuasa membawa hati
Yang penuh berisi
Kata - kata cinta
Gelora rindu didada
Berkecamuk tak kuasa
Karna begitu sempurnanya
Ohh...hati....
Berikan daku berani
Mengutarakan semua ini
Agar terlepas semua cintamu ini
Kepadanya...
Sang pujaan mu disana
Torehkan luapanmu dalam kata
Salurkan dalam alunan nada
Betapa engkau menginginkannya kini
Betapa engkau mendambanya kini
Betapa engkau mencintainya kini
Betapa engkau ingin bersamanya kini
Merajut semua cinta
Berdua menyatu dalam dunia
Menabur benih bersanding dipelaminan berdua
Melebur jadi satu keluarga
Awal dari permulaan dalam mata
Terpampang sejuta warna
Tersiratkan aroma rasa
Entah kapan itu terjadi
Kini mulai berkecamuk dalam siri
Karna tak kuasa membawa hati
Yang penuh berisi
Kata - kata cinta
Gelora rindu didada
Berkecamuk tak kuasa
Karna begitu sempurnanya
Ohh...hati....
Berikan daku berani
Mengutarakan semua ini
Agar terlepas semua cintamu ini
Kepadanya...
Sang pujaan mu disana
Torehkan luapanmu dalam kata
Salurkan dalam alunan nada
Betapa engkau menginginkannya kini
Betapa engkau mendambanya kini
Betapa engkau mencintainya kini
Betapa engkau ingin bersamanya kini
Merajut semua cinta
Berdua menyatu dalam dunia
Menabur benih bersanding dipelaminan berdua
Melebur jadi satu keluarga
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Aku berhenti diujung jalan
Tak tau lagi arah perjalanan
Sejenak duduk diatas batu
Melepas semua lelah dan membuang peluh yang bertabur bagai debu
Sembari menikmati deburan sang bayu
Ku mulai memejamkan kedua bola mataku yang sayu
Mendengarkan alunan symphoni diatas pohon
Yang saling bersautan silih berganti beriringan
Ku pasrahkan jiwaku pada alam
Biar terbawa sampai keperaduan malam
Sambil mencari-cari langkah kembali
Tuk memulai menapakkan sendi-sendi
Biar... biarkan aku sekarang bermimpi
Bertaburkan bintang-bintang yang berseri
Lagi ku nikmati sendiri waktu ini
Dan biarkan inspirasiku kembali
Menapaki bukit-bukit hidup
Membuat jalan sendiri dalam gelap
Biar aku tak menjadikanku seorang yang kalap
Dan bisa tegap, lantang berucap dalam kecap
Kini mimpiku tlah usai berganti nyata
Menghirup terangnya fajar pagi yang menyapa
Dan saatnya aku menuju dedaunan mencari embun
Tuk membasuh segala guratan dalam wajahku yang penuh goresan
Siap... kini aku siap tuk merangkak
Dan perlahan-lahan kabut kukuak
Menyiangi jalan-jalan setapak
Dan tak mau lagi aku terjebak dalam lingkup hidup yang penuh muak
Tak tau lagi arah perjalanan
Sejenak duduk diatas batu
Melepas semua lelah dan membuang peluh yang bertabur bagai debu
Sembari menikmati deburan sang bayu
Ku mulai memejamkan kedua bola mataku yang sayu
Mendengarkan alunan symphoni diatas pohon
Yang saling bersautan silih berganti beriringan
Ku pasrahkan jiwaku pada alam
Biar terbawa sampai keperaduan malam
Sambil mencari-cari langkah kembali
Tuk memulai menapakkan sendi-sendi
Biar... biarkan aku sekarang bermimpi
Bertaburkan bintang-bintang yang berseri
Lagi ku nikmati sendiri waktu ini
Dan biarkan inspirasiku kembali
Menapaki bukit-bukit hidup
Membuat jalan sendiri dalam gelap
Biar aku tak menjadikanku seorang yang kalap
Dan bisa tegap, lantang berucap dalam kecap
Kini mimpiku tlah usai berganti nyata
Menghirup terangnya fajar pagi yang menyapa
Dan saatnya aku menuju dedaunan mencari embun
Tuk membasuh segala guratan dalam wajahku yang penuh goresan
Siap... kini aku siap tuk merangkak
Dan perlahan-lahan kabut kukuak
Menyiangi jalan-jalan setapak
Dan tak mau lagi aku terjebak dalam lingkup hidup yang penuh muak
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Desiran bayu semilir
Membawa rasa rindu
Terbayang rias wajahmu
Bagai memahat berukir
Waktu seakan lama
Kala engkau tiada
Hanya tertinggal kerinduanku
Yang tertuju pada hatimu
Akankah engkau menghampiri
Tuk singgah menyuapi
Rasa dahagaku akan pelukmu
Walau hanya dalam mimpiku
Esok aku akan berlari
Mengejar tempatmu berdiri
Tuk segera memeluk erat tubuhmu
Melepas keringnya rinduku padamu kekasihku
Membawa rasa rindu
Terbayang rias wajahmu
Bagai memahat berukir
Waktu seakan lama
Kala engkau tiada
Hanya tertinggal kerinduanku
Yang tertuju pada hatimu
Akankah engkau menghampiri
Tuk singgah menyuapi
Rasa dahagaku akan pelukmu
Walau hanya dalam mimpiku
Esok aku akan berlari
Mengejar tempatmu berdiri
Tuk segera memeluk erat tubuhmu
Melepas keringnya rinduku padamu kekasihku
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Semua ada
Semua terasa
Tanpa satu asa
Hanya tawa canda bahagia
Yang berbaur dalam jiwa
Saat melihat dirimu disana
Berseri menyapa
Kini benar ada
Bukan suatu yang maya
Tak henti terus membawa
Rantaian ungkapan cinta
Yang terhembuskan lewat nada
Semua terasa
Tanpa satu asa
Hanya tawa canda bahagia
Yang berbaur dalam jiwa
Saat melihat dirimu disana
Berseri menyapa
Kini benar ada
Bukan suatu yang maya
Tak henti terus membawa
Rantaian ungkapan cinta
Yang terhembuskan lewat nada
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Syair yang tertuang dalam kata
Terlontar dalam lentera jiwa
Terpusat pada hati sanubari
Kunci dalam memohon untuk diberi
Sesuatu bentuk pasti dan tak pasti
Syair..., terucap bait demi bait
Bagaikan luapan diri berpuisi
Gumpalan benak yang terhujat
Do`a terpusat dari kesungguhan diri
Dalam diubah dan berubah
Sesuatu yang terpenjara dalam kalbu hati
Karna iman kepada yang disembah
Tergugah diri untuk bersyair do`a
Menyambar hati berkeluh kesah
Luapan mata berair dituangnya
Yang terbungkus dosa dan salah
Do`a Laksana tempat koreksi hati
Mengerti akan arti memberi, mengasihi
Untuk saling bertoleransi kembali
Dalam hidup penuh fana ini...
Ahhh..., do`a?
Yang kan sembuhkan diri
Hanya syair do`a yang terbaca
Dalam bentukan sebuah arti diri
Terlontar dalam lentera jiwa
Terpusat pada hati sanubari
Kunci dalam memohon untuk diberi
Sesuatu bentuk pasti dan tak pasti
Syair..., terucap bait demi bait
Bagaikan luapan diri berpuisi
Gumpalan benak yang terhujat
Do`a terpusat dari kesungguhan diri
Dalam diubah dan berubah
Sesuatu yang terpenjara dalam kalbu hati
Karna iman kepada yang disembah
Tergugah diri untuk bersyair do`a
Menyambar hati berkeluh kesah
Luapan mata berair dituangnya
Yang terbungkus dosa dan salah
Do`a Laksana tempat koreksi hati
Mengerti akan arti memberi, mengasihi
Untuk saling bertoleransi kembali
Dalam hidup penuh fana ini...
Ahhh..., do`a?
Yang kan sembuhkan diri
Hanya syair do`a yang terbaca
Dalam bentukan sebuah arti diri
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kini tercecar diri ini
Kemana pun jejakkan kaki
Tak pernah kan bisa terlepas dan puas
Akan kesalahan yang hamba lepas
Perbuatan yang penuh dosa
Mengganjal dalam jadah ini!
Dan mungkin tak pantas sebagai manusia
Karna perbuatan hamba ini
Terjerumus dalam buaian setan
Yang takkan pernah berkata "enggan"
Dalam merasuki diri meniti jalan
Menemukan setitik cahaya untuk tinggalkan
Dunia yang sudah penuh dengan setan!
Berjalan, mengembara dalam hutan
Ingin temukan syair adzan
Dan kembali hamba terlahirkan
Ohhh..., Tuhan berikan hamba kesempatan...
Meraih terbuangnya kehidupan
Untuk kembali bersujud menyembah Mu
Ohhh..., Tuhan tuntunlah kembali jalan Mu
Agar hati diri tak tersesat kembali
Untuk tetap jadi pengikut Mu
Kini tersadar hati hamba hina ini
Bersujud meminta taubat kepada Mu
Kemana pun jejakkan kaki
Tak pernah kan bisa terlepas dan puas
Akan kesalahan yang hamba lepas
Perbuatan yang penuh dosa
Mengganjal dalam jadah ini!
Dan mungkin tak pantas sebagai manusia
Karna perbuatan hamba ini
Terjerumus dalam buaian setan
Yang takkan pernah berkata "enggan"
Dalam merasuki diri meniti jalan
Menemukan setitik cahaya untuk tinggalkan
Dunia yang sudah penuh dengan setan!
Berjalan, mengembara dalam hutan
Ingin temukan syair adzan
Dan kembali hamba terlahirkan
Ohhh..., Tuhan berikan hamba kesempatan...
Meraih terbuangnya kehidupan
Untuk kembali bersujud menyembah Mu
Ohhh..., Tuhan tuntunlah kembali jalan Mu
Agar hati diri tak tersesat kembali
Untuk tetap jadi pengikut Mu
Kini tersadar hati hamba hina ini
Bersujud meminta taubat kepada Mu
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Berjajar barisan topeng
Terpahat dalam dentuman kayu
Meraih bentukan wajah bertopeng
Akan bermaknanya sebuah topeng kayu
Cermin dari gambaran kehidupan
Hitamkah...? atau putihkah...?
Baikkah...? atau burukkah...?
Suatu goresan bentuk bertopeng pahatan
Alunan - alunan sandiwara wajah
Tertuang dalam lekukan kayu bertuah
Peran dalam bertopeng jadah
Tersyair gundah dalam tubuh merekah
Tak bergerak sebuah topeng
Tanpa tangan telanjang berjenjang
Meraih bentukan peran wajah topeng
Dalam anjungan - anjungan panggung
Topeng tak akan terbuang
Akan waktu yang kan datang
Hanya akan tersimpan kenangan
Yang terpajang topeng hiasan
Peran topeng menutup wajah diri
Dalam tatanan sandiwara kehidupan
Yang mengunci bentukan asli
Topeng kayu peran tak bertuan
Terpahat dalam dentuman kayu
Meraih bentukan wajah bertopeng
Akan bermaknanya sebuah topeng kayu
Cermin dari gambaran kehidupan
Hitamkah...? atau putihkah...?
Baikkah...? atau burukkah...?
Suatu goresan bentuk bertopeng pahatan
Alunan - alunan sandiwara wajah
Tertuang dalam lekukan kayu bertuah
Peran dalam bertopeng jadah
Tersyair gundah dalam tubuh merekah
Tak bergerak sebuah topeng
Tanpa tangan telanjang berjenjang
Meraih bentukan peran wajah topeng
Dalam anjungan - anjungan panggung
Topeng tak akan terbuang
Akan waktu yang kan datang
Hanya akan tersimpan kenangan
Yang terpajang topeng hiasan
Peran topeng menutup wajah diri
Dalam tatanan sandiwara kehidupan
Yang mengunci bentukan asli
Topeng kayu peran tak bertuan