Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Terjelaga dan terjaga saat malam
Membuat mimpi semalam
Hamburan dunia gemerlap membaur dalam semusim
Menapaki persinggahan dunia peralihan tanpa sekam
Aku terus berlari dalam mimpi yang kelam
Tak ku temui ketenangan dalam dekap malam
Bersambut rembulan yang penuh suram
Terasa hambar bagai tanpa garam
Hingga tersungkur, takut dan luka bersimbah garam
Mimpi itu terus mengikuti tanpa ilham
Terus terasa sangat mencekam
Mencekik hati yang terdalam
Aku pun menyusuri cahaya yang datang walau suram
Menyeruak lembut tanpa eram
Sedikit rasakan lembutnya dekapan malam
Dalam satu rotasi jarum jam
Aku mengejarmu tanpa henti semalam
Biar tak terpenjara dalam cekam
Tetap tak teraih walau ku berjuang bagai menyulam
Hingga kabut hilang dalam dekapan membungkam
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Terpaut dalam balutan selendang ibunda
Sipit mataku merapat menatap matanya
Berteriak meratap lidah dan bibirku ingin disusuinya
Jemari kecilku menggenggam erat sebilah jemari manisnya
Itu aku dulu...
Belum berfikr menggebu
Masih menunggu
Tumbuh dewasa dan masih lugu
Andree begitu panggilan yang diberikan
Melekat hingga sekarang dalam setiap perjalanan
Memberikan do'a pada setiap aku memijakan
Hingga keluar jauh dalam lingkup kekeluargaan
Seperti lepas....
Terbang bebas tanpa suatu batas
Melaju cepat waktu pun tertembus
Bagai busur melepas anak panah melesat deras
Kini...
Aku bisa berfikir sendiri
Menentukan garis hidupku menurut pilihan hati
Agar bibirku tetap berseri
Terlepas dari kesemuanya itu
Problema dalam takdirku mengiringi langkahku
Yang tertelusuri goda dan coba terus merayu
Menghantui aku dalam setiap waktu
Kadang aku frustasi...
Terkadang diri tegar berdiri
Dan ada kalanya diri bersimbah air mata hati
Menguji ketabahan dalam pergulatan jatidiri
Hidup ini terisi
Dengan adanya keluarga yang mendampingi
Orang terkasih yang mengasihi
Sahabat dan teman yang menemani
Kesemuanya itu adalah bagian hidupku, bagai embun....
Yang kan terus menetesi tanah jiwa penuh kesejukan
Menyinari bak mentari memberi kehangatan
Cahayanya menuntun setiap perjalanan
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Mentari taburkan sinar hangat
Memberkas dalam hatiku kini tersirat
Seperti itulah hangat cintaku tapi lebih hangat
Dan itu tak berupa sesaat
Kini diri penuh semangat
Teraliri cintamu yang kian lama kian terus merambat
Dinginnya salju yang mengikat
Sebeku dinginnya kala ku berkeringat
Apa bila engkau tunjukkan muka yang penuh cemberut
Seperti penuh keriput
senyummu semanis bunga cinta dalam hatiku yang terus tersulut
Apabila keceriaan diwajahmu tampak tak ada hujat
Jangan engkau buat diriku terperanjat
Dan pergi bagai kilat
Karna diriku takkan penuh dengan semangat
Tuk jalani kehidupan yang kian menjerat
Jangan engkau tanya penuh gugat
Karna nanti hatiku akan menggeliat
Seperti gumpalan tanah liat
Mudah terbentuk tapi mudah sekali tuk larut