Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Sakitku kini sudah meradang
Membusuk sampai kejantung
Berlari kucoba membuang
Tapi tak kunjung henti menghilang
Hanya coba tuk rasakan
Rentetan penderitaan
Yang takkan hilang dalam sebuah harapan
Dan tetap kujalani kehidupan
Walau sering berteriak mengadu sakit
Menerpa bagai desuran ombak keselat
Memecah bersiramkan garam pekat
Jatuh diriku karna tak kuat
Rentan tubuh tak berdaya
Tergeletak tak kuasa
Separuh nyawa hilang terasa
Yang menjauh tanpa suara
Namun terasa riuh dalam dada
Berdetak silih berganti tak tertata
Melaju tanpa iringan nada
Melantun lagu tanpa irama
Hanya mendesah penuh kabut
Tak jua datang menjemput
Kulit yang sudah terukir keriput
Menunggu dan menunggu Dia mencabut
Membusuk sampai kejantung
Berlari kucoba membuang
Tapi tak kunjung henti menghilang
Hanya coba tuk rasakan
Rentetan penderitaan
Yang takkan hilang dalam sebuah harapan
Dan tetap kujalani kehidupan
Walau sering berteriak mengadu sakit
Menerpa bagai desuran ombak keselat
Memecah bersiramkan garam pekat
Jatuh diriku karna tak kuat
Rentan tubuh tak berdaya
Tergeletak tak kuasa
Separuh nyawa hilang terasa
Yang menjauh tanpa suara
Namun terasa riuh dalam dada
Berdetak silih berganti tak tertata
Melaju tanpa iringan nada
Melantun lagu tanpa irama
Hanya mendesah penuh kabut
Tak jua datang menjemput
Kulit yang sudah terukir keriput
Menunggu dan menunggu Dia mencabut
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Saat kita senang kita lupa pada-Nya
Saat datang musibah kita menyembah-Nya
Merasa butuh pertolongan-Nya
Merasa ingin dibantu oleh-Nya
Mengapa kita harus lupa pada-Nya?
Pada satu pencipta kita
Mengapa kita tak selalu mengingat-Nya?
Tanyakan pada hati kita
Apakah pantas?, kita melupakan-Nya
Meninggalkan semua ajaran-ajaran baik-Nya
Dan melakukan perbuatan yang dicela-Nya
Di manakah letak iman kita pada-Nya?
Apa iman itu datang saat kita susah?
Apa iman itu datang saat ada musibah?
Apa iman itu datang saat kita resah?
Apa iman itu datang saat kita gundah?
Tapi saat enak datang iman itu hilang
Tapi saat enak datang iman itu musnah
Tapi saat kaya datang iman itu lenyap
Benarkah itu semua? tanya pada nurani
Tak pantas Dia diperlakukan seperti itu
Harta, benda, senang, bahagia, miskin, kaya
Itu semua ciptaan-Nya, ujian-Nya
Dan Dia mampu merubahnya, Dia Tuhan kita....
Saat datang musibah kita menyembah-Nya
Merasa butuh pertolongan-Nya
Merasa ingin dibantu oleh-Nya
Mengapa kita harus lupa pada-Nya?
Pada satu pencipta kita
Mengapa kita tak selalu mengingat-Nya?
Tanyakan pada hati kita
Apakah pantas?, kita melupakan-Nya
Meninggalkan semua ajaran-ajaran baik-Nya
Dan melakukan perbuatan yang dicela-Nya
Di manakah letak iman kita pada-Nya?
Apa iman itu datang saat kita susah?
Apa iman itu datang saat ada musibah?
Apa iman itu datang saat kita resah?
Apa iman itu datang saat kita gundah?
Tapi saat enak datang iman itu hilang
Tapi saat enak datang iman itu musnah
Tapi saat kaya datang iman itu lenyap
Benarkah itu semua? tanya pada nurani
Tak pantas Dia diperlakukan seperti itu
Harta, benda, senang, bahagia, miskin, kaya
Itu semua ciptaan-Nya, ujian-Nya
Dan Dia mampu merubahnya, Dia Tuhan kita....
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Deru derap kaki orang berdatangan
Menuju ke pusat keramaian
Setelah mendengar suatu pengumuman
Dari seseorang di seberang jalan
Berbondong - bondong menolong
Dilihatnya terpelentang
Bertutupkan selendang
Bergegas beberapa orang membuat liang
Sebagian coba menenangkan
Saudara dan kerabat yang kehilangan
Meluap tangis kepedihan
Karna tak rela ditinggalkan
Membujur kaku orang itu dimandikan
Kemudian dikenakan kafan
Datang orang membawa kasuragan
Tuk membawa dia keperaduan
Sepetak liang kuburan yang mengundang
Ta`ziah orang - orang bertandang
Menabur berbagai kembang
Luapan air mata terus berkubang
Karna suatu kematian
Ajal yang ditetapkan
Takkan pernah terelakkan
Tunggu..., tunggu saja kita tergendong kasuragan
Menuju ke pusat keramaian
Setelah mendengar suatu pengumuman
Dari seseorang di seberang jalan
Berbondong - bondong menolong
Dilihatnya terpelentang
Bertutupkan selendang
Bergegas beberapa orang membuat liang
Sebagian coba menenangkan
Saudara dan kerabat yang kehilangan
Meluap tangis kepedihan
Karna tak rela ditinggalkan
Membujur kaku orang itu dimandikan
Kemudian dikenakan kafan
Datang orang membawa kasuragan
Tuk membawa dia keperaduan
Sepetak liang kuburan yang mengundang
Ta`ziah orang - orang bertandang
Menabur berbagai kembang
Luapan air mata terus berkubang
Karna suatu kematian
Ajal yang ditetapkan
Takkan pernah terelakkan
Tunggu..., tunggu saja kita tergendong kasuragan
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kini ku coba tutup mata
Seolah tak melihat buta
Apapun yang kau lakukan
Dan ku takkan peduli lagi
Anggap diriku tiada
Kau boleh berbuat apapun
Bebas sesuka hatimu
Aku takkan berbuat apapun
Dia boleh mencium mu
Dia boleh memeluk mu
Dia boleh memiliki mu
Aku sudah tak butuh dirimu
Katakan itu semua padanya
Tak perlu sembunyi - sembunyi
Beritahukan dia aku sudah menyudahi
Walaupun kau berarti lebih
Sampaikan padanya
Dia boleh ambil hatimu
Karna kini ku tlah siap
Siap tuk merasakan patah hati
Karna tanpa dirimu aku bisa
Melangkah menggapai semua
Sisa hatiku tuk yang lain
Walau harus makan perasaan
Seolah tak melihat buta
Apapun yang kau lakukan
Dan ku takkan peduli lagi
Anggap diriku tiada
Kau boleh berbuat apapun
Bebas sesuka hatimu
Aku takkan berbuat apapun
Dia boleh mencium mu
Dia boleh memeluk mu
Dia boleh memiliki mu
Aku sudah tak butuh dirimu
Katakan itu semua padanya
Tak perlu sembunyi - sembunyi
Beritahukan dia aku sudah menyudahi
Walaupun kau berarti lebih
Sampaikan padanya
Dia boleh ambil hatimu
Karna kini ku tlah siap
Siap tuk merasakan patah hati
Karna tanpa dirimu aku bisa
Melangkah menggapai semua
Sisa hatiku tuk yang lain
Walau harus makan perasaan
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Perasaanku kini terbelakang
Yang tlah engkau tinggalkan
Menjauh tanpa bisa terpandang
Tak bisa memulai kebahagiaan
Aku memang manusia tak sempurna
Yang penuh dengan ketidak berdayaan
Mengikat semua perasaan cinta
Yang kau beri penuh kepuasan
Maafkan bila kini ku pergi
Walau pedih perih tak terelakkan
Pertentangan mereka tak merestui
Engkau dan aku tidak dapat disatukan
Sesungguhnya jujur dalam hatiku
Cintaku hanyalah untuk mu
Dan ku tau kaupun begitu
Aku hanya berharap bisa bersatu
Tapi kini harus kulalui sendiri
Tanpa adanya dirimu disisi
Memang terasa sepi
Dan harus kulewati tanpa hadirmu disini
Pergi saja, raihlah bahagiamu
Aku disini tetap kan merindukanmu
Yang pasti, yang tak bisa kuterima
Andaikan disana kau tak bahagia
Yang tlah engkau tinggalkan
Menjauh tanpa bisa terpandang
Tak bisa memulai kebahagiaan
Aku memang manusia tak sempurna
Yang penuh dengan ketidak berdayaan
Mengikat semua perasaan cinta
Yang kau beri penuh kepuasan
Maafkan bila kini ku pergi
Walau pedih perih tak terelakkan
Pertentangan mereka tak merestui
Engkau dan aku tidak dapat disatukan
Sesungguhnya jujur dalam hatiku
Cintaku hanyalah untuk mu
Dan ku tau kaupun begitu
Aku hanya berharap bisa bersatu
Tapi kini harus kulalui sendiri
Tanpa adanya dirimu disisi
Memang terasa sepi
Dan harus kulewati tanpa hadirmu disini
Pergi saja, raihlah bahagiamu
Aku disini tetap kan merindukanmu
Yang pasti, yang tak bisa kuterima
Andaikan disana kau tak bahagia