Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Berjalan merajut waktu
Dalam Bulatan kabut pagi buta
Hingga bertaburkan kunang - kunang
Beriring dengan iringan deru mesin yang berdering
Terpacu penuh kecepatan
Dalam hentakan bahu jalanan
Menembus angin yang menyapu badan
Penuh dengan haluan dan kelokan
Debu bercampur CO2 terus jadi sarapan
Menyemprot dari cerobong - cerobong hitam
Meneguk kembali air keringat yang menetes dalam badan
Hingga tak terasa tubuh jadi kering legam
Panas dan badai jadi pemandangan sehari - hari
Teriknya membakar menyulut dahaga nurani
Tetesannya memecahkan raga rapuh berserakan kesana kemari
Jalanan itu penuh lubang yang terasangi ranjau tersembunyi
Konsentrasi jadi acuanku
Saat aku beradu dengan waktu jalanan
Waktu terasa membunuhku
Cepat tapi pasti dalam hitungan ringan
Kini sudah terlewati....
Segala rintangan itu dan aku masih dikejar waktu
Hari berganti hari....
Belumlah aku temukan safana yang sejukkan jiwaku
Seperti waktu terbunuh dengan cepat
Memburu dan diburu, merapat dan melambat
Hari ini yang terasa sekali dalam tubuhku
Penuh biru - biru membekas tak nyata dalam diburu waktu
Jalanan adalah rumahku
Jalanan pula yang membunuh waktuku
Jalanan itu hidupku
Jalanan ini prosesku tuk menumbuhkan waktu dalam hidupku