ASAP, API, ARANG DAN KEMATIAN


Aku melihat banyak burung hitam
Yang terbang tanpa kedua sayap
Dalam hari yang kan menjelang malam
Hilir mudik gelisah mencari tempat untuk hinggap

Aku mendengar jeritan dari kejauhan
Merobek kesunyian yang singgah
Jeritan itu laksa lolongan kesedihan
Terasakan tetesan - tetesan air mata darah

Perih dan merintih - rintih kesakitan
Meronta - ronta meminta pertolongan
Karna udara seakan mencekik penuh asap
Menghanguskan rongga dan paru yang terus mengendap

Kepulan asap hitam pekat membumbung kelangit
Menyayat lebar cakrawala senja itu
Lidah - lidah api terus menari naik menjilat
Semua yang ada disekitarnya hangus jadi kumpulan debu

Raungan kegelisahan menghambur dalam senja
Berlarian carut marut tak tertata
Kedamaian kala itu hilang dalam kobaran
Berganti isak dan tangis penuh korban

Hutan hijau itu tak lagi berwarna hijau
Kini tinggal puing - puing arang yang menghitam
Dalam tanah subur yang berdebu
Bergeletakan banyak mayat terkubur menghitam

Kehidupan itu berhenti sejenak
Tanpa nafas dan tanpa gerak
Aku hanya menatap berkaca dari kejauhan
Tak tau harus bagaimana memberikan pertolongan

Api telah luluh lantahkan hutan itu
Ditelingaku masih terdengar lolongan itu
Dipelupuk mataku masih terlihat...
Mereka - mereka yang menangisi dari yang selamat