JIWA TERAKHIR


Jiwa ini satu
Dan pasti kan kembali kepada-Mu
Tapi biarkan diri sebentar meramu
Tuk bekal nanti dialam-Mu

Merajut helai demi helai
Agar tercipta istana disisi-Mu untukku nanti
Iman dan kebaikan yang sedang ku mulai
Karna hanya itulah yang dapat menjembatani

Jauh dekatnya engkau dengan diriku
Yang tak bisa ku capai tanpa hidup dari-Mu
Mungkin waktu memang tak cukup untukku
Tapi berikanlah kesempatan terakhir bagiku

Agar dapat diri pergi dengan senyum dipipi
Saat ku bersujud kepada-Mu nanti
Terasa tenang saat melepas raga ini
Tanpa ada sedikitpun yang membebani

Kala diriku menghadap engkau
Setelah bisa menjawab pertanyaan dari malaikat-Mu
Karna ku tau jiwa ragaku adalah milik-Mu
Yang kau uji didunia ciptaan-Mu

Ya... Allah Tuhanku
Tuhan yang mencipta segala tentang diriku
Dengarkanlah permohonan terakhirku
Berikan kesempatan padaku bersujud kepada-Mu

KENAPA...?


Kenapa semua harus terlambat
Seakan waktu tersumbat
Dalam takdir yang bergulat cepat
Tak menyisakan diriku tuk berpendapat

Kenapa harus waktu itu...?
Dimana tak bisa ku jumpai engkau
Yang selalu mencari diriku
Seakan diriku harus terpaku

Kenapa selalu saja begini...?
Di saat yang penting menghampiri
Tak kunjung jua terakhiri
Seolah ku yang menghindari

Kenapa... kenapa... dan kenapa...???
Seakan segala janji teringkari semua
Seolah aku yang mengakhiri segalanya
Dan harus merasakan sesal didada

Takdirkah semua ini?
Atau nasibkah yang mempermainkan ku kini?
Perjodohankah yang mengatur semua ini?
Dan apa hanya permainan hidup yang berlaku kini?

Yah... kenapa...?
Kenapa...!!!
Kenapa!!! Kenapa!!! Kenapa!!! Kenapa!!!
Ach... kenapa juga....

RINDU ANAKKU


Lama tak bertemu denganmu
Entah sudah berapa lama berlalu
Dalam gelisah putaran waktu
Kini harus kurasakan rindu

Entah bagaimana rupa ayumu
Yang kini terbayang selalu
Walau bayangan semu
Yang nampak di kepalaku

Mungkin lusa nanti kita bertemu
Melepas rindu tanpa batas waktu
Berceritakan masa lalu
Yang terangkum dalam masa mudaku

Hingga menjelang ajal bundamu
Yang menyisakan tangis sendu
Menghujam kenangan bersama bundamu
Penuh akan cerita sendu dan liku

Anakku..., entah bagaimana keadaanmu
Maafkan..., maafkan ayah tak bisa bertemu
Walau hati ingin sekali melihatmu
Menyapamu, bermain bersamamu

Ayah hanya bisa tuliskan semua ini untukmu
Sebuah goresan pena berpuisi rindu
Yang dilukiskan lewat jari - jemariku
Betapa ayah sayang dan rindu padamu anakku

PEJUANG MASA LALU


Menengok masa lalu
Mencoba menguak gambaran kelabu
Dimasa lalu yang penuh liku
mengisahkan semangat yang gigih tanpa jemu

Berusaha meraih kata merdeka
Dari mereka kaum - kaum kompeni belanda
Yang menjajah nusa dan bangsa
hingga menggores luka yang meregang nyawa

Perjuangan! Ya... perjuangan
Merangkak sedikit demi sedikit para pahlawan
Tak tersebutkan gerilyawati dan gerilyawan
Yang bersenjatakan bambu runcing ditangan

Tak gentar memperjuangkan keadilan
Hingga darah tertumpah berceceran
Ratusan, ribuan yang jadi korban
Dari suatu pergolakan kemerdekaan

Mereka - merekalah para pahlawan kita
Yang mengakhiri segala demi bangsa
Tak pedulikan berkorban harta benda
Demi tercapai bentuk kemerdekaan Indonesia

Merdeka,.... kita sekarang menikmatinya
Dari mereka yang berjuang kembali tanpa nama
Kita pantas mengenangnya
Dan kita harus tetap menjaga warisan mereka

LAMUNANKU


Melepas jiwa sesaat
Sekilas angan melesat
Menuju alam yang pekat
Membuka denyut - denyut yang menyayat

Kosong..., kosong..., dan kosong....
Tertinggal hanya raga dalam ruang
Namun terisi banyaknya ruang
Yang tak terisi melompong

Alam bawah sadar yang kutuju
Meraung mistis menanti kalbu
Memberi maya yang tak jemu
Tapi entah apa yang ku buru

Pikirku saja yang menyandang
Menopang hayal tak bisa terbuang
Yang hening bening tak dapat hilang
Dalam tatanan kata bengong

Hanya terlewati beberapa menit saja...
Aku telah mengarungi dunia maya
Tak tampak nyata oleh mata
Tapi nyata dalam suasana

Lamunanku..., lamunanku...
Entah baik, entah buruk untukku
Entah negatif, entah positif buatku
Tetap satu, kau bagian dalam hidupku