PUISI GOMBAL


Aku tak berharap punya akhir dalam hatiku
Untuk melepas ikatan hatiku padamu
Yang kini tlah terpatri rantai kalbu
Karna tak bisa ku tanpamu

Mungkin kau anggap ku penipu
Yang bermodal kata rayu
Semuapun kembali terserah padamu
Bahwa ini ucapanku benar adanya tanpa tipu

Senyummu yang selalu mengembang
Dan dalam setiap hari terus terbayang
Membuat hatiku rindu padamu sayang
Cintaku padamu tetap takkan terbuang

Walau tlah banyak yang bertandang
Tapi tetap kaulah yang tersayang
Walau gadis lain mengundang
Takkan beranjak tuk datang

Percayalah padaku, seluruh diriku untukmu
Tak tersisakan untuk yang lain dihatiku
Hanya dirimu satu untukku
Takkan pernah pula kuberdusta padamu

Kau lah cintaku
Pilihan terakhir dalam hidupku
Dan ku pastikan kaulah yang jadi istriku
Disaat nanti waktunya diriku dirimu menyatu

ULURAN TANGAN


Semua berjalan melantun tanpa suara
Pekikkan - pekikkan tangisan merana
Tak terdengar walau sayup - sayup menyapa
Hingga tak ada lagi arah tuju tuk kesana

Benarkah diri ini tlah tuli?
Apakah mata ini pula tlah buta kini?
Tak bisa lagi mendengar jeritan manusiawi
Tak bisa lagi melihat dengan hati nurani

Tuk dapat diri ini mengulurkan tangan
Menggandeng tangan dari raga yang kesakitan
Memelas meminta penuh pertolongan
Dan sedikit memikul beban yang mereka emban

Janganlah kita terus berpangku tangan
Melihat mereka yang kurang akan pangan
Mendengar mereka yang penuh jeritan
Mari saling menopang penuh keyakinan

Jangan bosan dan tanpa henti
Agar dapat memberi sedikit arti
Kepada dasar hati tuk memulai
Mengukur kepekaan dan ketebalan hati

Lewat tenaga dan materi yang mungkin tak berarti
Untuk kita saling membagi dan memberi
Dalam bentuk pertolongan dari dasar hati
Hingga tercipta senyuman berseri - seri

SAKIT II


Berat..., berat kepalaku pusing
Serasa berputar di kepalaku semua bintang
Tak mampu lagi diri tuk bertandang
Hanya lemas dan berbaring

Seluruh tubuhku terasa panas
Bagai terlempar dalam gurun yang luas
Mukapun jadi pucat dan malas
Hingga tak sadar jidat penuh kompres

Makanpun jadi tak enak
Hambar terasa semua hingga muak
Sebagian kecil saja yang masuk
Dari lubang mulut yang menyeruak

Karna asam lambung terus berontak
Membalikkan segala yang mendesak
Kerongkongan kini terisi banyak dahak
Dan sisa - sisa tangis isak

Tak henti diri mengeluhkan sakit ini
Terus meronta ingin segera terakhiri
Segala derita yang menyiksa diri
Yang terasakan sendiri

Kemauan dari hati yang dapat mengobati
Dan usaha tuk dapat mengobati
Gemuruh kesakitan dalam diri
Yang merongrong dalam raga ini