KEHILANGANNYA

Awan mendung yang kelam menyelimuti hatiku
Yang kini sedang resah dan gundah tak menentu
Karna kau pergi menghilang dan tak pernah kan kembali
Tinggalkan semua kenangan dan kisah dihati

Kau sisakan perih yang dalam dihatiku
Kau tinggalkan luka yang tak dapat terobati
Musnah sudah harapan dan anganku
Tuk dapat hidup berdua denganmu kini

Langit yang menjulang seakan menertawaiku
Bintang kesaksian pun mulai pudar menghilang
Karna kegelapan cintaku saat ini padanya
Ku tak pernah tau apa sebabnya dia pergi menghilang

Oh... Tuhan tolonglah kembalikan dia padaku
Karna ku........., karna ku............
Sangat butuh dia tuk jadi pendampingku
Membagi apa yang belum terbagi berdua

TAK BISA LEPAS

Berpisah dengan dirimu indri...
Hal yang sungguh tak kuinginkan kini
Tapi tetap harus kulalui
Karna kau tak mungkin kembali

Meraih rajutan untaian sulaman hati
Yang penuh ukiran tentang dirimu
Kau yang terlepas dari pelukanku
Dan kini harus kurendra hari sendiri

Terasa perih mendayu - dayu
Saat kau hempas nafas terakhirmu
Kurasa...., ku sangat butuh engkau
Yang tak mungkin bisa terlepas dari hatiku

Walau trus coba tuk lupakan
Semua hasrat terpendam mendalam
Akan kenangan cintamu yang kusimpan
Semua kini terasa begitu kelam

Hatiku menyatakan " tak bisa lepas "
Dari bayang - bayang cinta seputih kertas
Yang dulu kau suguhkan tuk hatiku
Kini kurasa kelu tanpa kesejukan kasihmu

Tunjukkan padaku...
Jalan tuk melepaskan hatimu
Yang terikat erat dalam hatimu
Tak terlepaskan semua jejak rasa

MIMPI DALAM CINTA

Disaat kumerindu
Hangat lembut belaimu
Hanyutkan diriku
Dalam lamunanku

Kasih pijarkan selalu
Sinar terang cintamu
Kasih janganlah engkau...
Coba padamkan cintaku

Indah cintamu....
Penuh dengan kasih
Segarkan nurani terbasuh
Akan hampanya jiwaku

Kau selalu hadir
Didalam mimpiku tertidur
Ku takkan pernah...
Berpaling darimu kasih...

Yakinkan itu dalam hatimu
Benar dan nyata adanya
Ku kan selalu lembut membelaimu
Dalam mimpi dan nyata

ULANG TAHUN

Tiuplah lilin itu yang menyala disana
Panjatkan harapan didalam hatimu
Agar terkabulkan semua anganmu nyata
Dan ingin kunyanyikan untukmu

"Selamat ulang tahun wahai kawanku
Selamat ulang tahun semoga panjang umur
Didalam hari - harimu didunia ini
Kan selalu kau temukan bahagia sampai akhir"

Dihari ini penuh dengan canda
Seiring dengan gelak tawamu terkulai
Suasana penuh dengan riang tawa
Selaras nyanyian dan tarian suara hati

Kau kini siratkan kebahagiaan
Tersirat dalam sinar matamu
Kau berdansa dan tertawa seru
Penuh suka ria dalam ruangan

"Semoga ini jadikan kenangan
Pada hari yang melelahkan
Dan terasa berkepanjangan
Sanggup kau tempuh semua suratan"

BARA CINTAKU

Saat kuterawangi kalbuku
Sesegar embun pagi hari
Terasa dalam hatiku
Bergetar jiwa dalam diri

Hatiku terkoyak - koyak
Kumerasa terhempas melayang
Saat ku diterpa deru ombak
Diterpa badai angin cintamu berkalang

Berhembus menari dalam diri
Menembus didalam hati
Terasa perih dan pedih
Aku merintihkan cintaku, sedih...

Dan saat kau tebarkan
Harum aroma cintamu
Kala kau hamburkan
Semua pesonamu padaku

Api cintaku membara dalam dada
Kupu - kupu cintaku kini terbang nyata
Dibawa hanyut arus wangimu
Yang kan hinggap dibunga hatimu

Apakah kini harus kusyairkan?
Apakah harus kedendangkan?
Lagu cinta hatiku padamu...
Yang slalu mengalun didalam hatiku

SEBUAH PERASAAN CINTA

Dari dulu cinta antara dua manusia
Sudahlah terbentuk didalam hati
Hingga Dia menciptakan adam dan hawa
Untuk saling mencintai tanpa terbagi

Karna rasa cinta anugerah-Nya
Yang tak dapat terkira tiada tara
Indah bila cinta sejati bersatu
Dan untuk selamanya saling mencumbu

Indahnya direguk bersama
Dua insan yang saling mencintai
Bahagia selalu dihati mereka
Cinta yang suci dari lubuk hati

Begitu pula diriku, kamu dan semua
Dihati kita ada cahaya cinta
Untuk pujaan hati kita
Baik didunia dan disurga

Sebuah perasaan cinta....
Yang takkan lekang binasa
Selalu terurai didalam jiwa
Bagai kisah cinta adam dan hawa

SELAMANYA

Kini ku mulai luluh padamu
Karna semua pesona diragamu
Karna cinta yang ada dihatimu
Selamanya ku ingin kau jadi milik ku

Kau yang ku cintai sepenuh hati
Takkan pernah hilang dan mati
Ku harap kau tau besarnya cinta ku
Selama - lamanya padamu

Biarkanlah cinta kita
Pudar ditelan sang waktu
Sampai maut memisahkannya
Ku hanya kan mencintaimu

Selamanya....
Kan ku jaga cinta kita
Dengan ikrar janji yang suci
Bersamamu tuk hidup semati

BERHIANAT

Maafkan diriku yang kini membuang mu
Mencampakkan mu dan membunuh hatimu
Karna kesombongan dan keangkuhanku
Yang tak pernah mengerti perasaan hatimu

Teman maafkanlah diriku
Yang tak bermaksud menghianati mu
Mungkin kita tak bisa lagi
Membagi semua sepenuh hati

Antara aku dan kamu
Karna kita tak bisa bersatu
Saat ku acuhkan dirimu
Dan tak pernah pedulikan mu

Disaat kau butuh pertolonganku
Tak pernah ku hiraukan kisah mu
Karna kini kupunya teman baru
Yang lebih baik dari dirimu

Karna sesungguhnya aku bosan
Dengan semua kebohongan
Dan kata - kata bualan mu
Yang selalu kau banggakan padaku

PEDAL BECAK

Pedal becak....
Terkayuh hentakan dua kaki
Terangkai dalam besi penuh cagak
Menyatroni jalan tanpa henti

Cucuran - cucuran keringat membanjiri
Dalam deruan panas mentari
Berjalan tiga roda penuh rotasi
Seolah akan mengitari bumi

Manusia - manusia penuh otot baja
Terbuang dalam pinggiran jalan
Yang mungkin kan lekang oleh zaman
Akan sebuah tatanan bentuk kota

Bermodal caping dan tenaga
Kembali coba tuk menerjang rasa
Terguyur deras hujan badai
Tapi tak henti pedal dibawah kaki

Untuk tetap terus bergulir
Menguak kejamnya dunia jalanan kota
Terus dan terus becak terkikis tersingkir
Hingga nafas tipis terbuka menganga

Becak roda tiga pinggir kota
Membawa manusia yang malas berjalan
Becak mengungkap jerit tangis jalanan
Aaah, hanya becak roda tiga yang penuh dahaga

KUBURAN

Tanah lapang berisikan nisan
Berjajar membentuk barisan
Tak terhiasi oleh kembang setaman
Dan tanpa lukisan sebagai hiasan

Kuburan tempat orang mati
Bukan tempat mencari rizqi
Dan bukan pula untuk menguji diri
Orang - orang yang tak tau diri

Karna kuburan bukan tempat setan
Bukan pula tempat pemujaan
Apalagi tempat untuk bermesraan
Duduk diatas nisan berduaan

Kuburan tempat peristirahatan
Untuk menjelang masa depan
Kehidupan diatas awan
Yang penuh kedamaian

Kuburan juga bukan tempat orang hilang tujuan
Dalam kehidupan yang melelahkan
Yang gontai jalani ini penuh riskan
Manusia yang cuma malas - malasan

Kuburan bukan untuk mengakhiri
Bentukan kegagalan manusia berdiri
Sakralnya kuburan untuk berdiri
Yang coba tuk mengukur diri

RASA KENANGAN

Kenangan adalah gambaran lalu
Tapi hanya gambaran yang semu
Menyatu dalam memori bisu
Kenangan yang tertutup oleh waktu

Hilang ingatan hilang pula kenangan
Kenangan hilang bukan hilang ingatan
Gila pun kan hilangkan kenangan
Dan mati untuk membuang kenangan

Apa sebenarnya kenangan itu?
Yang selalu ada dalam diri kita
Takkan pernah kita kan jemu
Mengulang semua bentuk kenangan yang ada

Bekerja untuk terus mengingat
Tanpa ada yang mengikat
Otak pun kadang terasa penat
Kala kenangan datang tersurat

Buruk dan jelek, gelap dan hitam
Merupakan wujud dari memori kehidupan
Yang terfokus oleh lensa mata terpejam
Melukiskan gambaran semu perjalanan

Tercurah lewat rasa sebuah kenangan
Terbuai diri dalam lukisan angan
Menembus putaran waktu yang panjang
Hanya tuk kenangan yang kan terbuang

RUANG SEPI

Sendiri dalam sepi
Duduk melamun tanpa bunyi
Mata menatap tanpa henti
Tapi masih begitu sunyi

Bertemankan meja dan kursi
Mendengar dentuman menari
Dari jam dinding yang berotasi
Waktu berjalan tanpa henti

Tak terisi ruang sepi
Dengan alunan mulut bernyanyi
Hampa diri terus menanti
Berpacu bisu yang tersembunyi

Coba tuk ruang terisi
Manusia - manusia yang berlari
Masuk ruang tanpa permisi
Tuk sekedar menemani

Biar diri tak terperi
Dalam sunyi ruang sepi
Yang tampak asri tak berseri
Dipenuhi benda materi

Ah..., hilanglah sepi ini
Bergantikan seri dihati
Tapi ternyata hanya mimpi
Ruang belum terisi dan masih sepi

SESAL

Galau hati penuh pikiran bergemuruh
Tangispun tak terelakkan
Raga jiwa dalam diri serasa runtuh
Yang kini tlah engkau tinggalkan

Lemas semua persendian tulangku
Dan hanya duduk diam terpaku
Tanpa bisa untuk bibir berseru
Karna rasa dirundung duka lelayu

Dirimu yang teramat kucinta
Kenapa engkau tlah tiada
Menyisakan goresan lara didada
Jauh kini tanpa terjangkau mata

Tapi tetap diri mencari...
Tempat ragamu tersembunyi
Hari yang ku lewati kini
Hanya tekuni tuk mencari

Sesal yang meraja dalam hati
Penuh kelabu tertutup debu
Tak bisa temukan kubur yang terkunci
Daya dan upaya tlah coba mencarimu

Kini diri hanya berharap.....
Bertemu engkau di surga
Tersisa gelap mendekap
Sesal tak bisa tabur bunga

AKU....

Terlahir tanpa cacat
Menjerit penuh kaget
Dengan wajah pucat
Coba tuk hidup walau penuh hujat

Aku... memang hanya aku...
Merangkak perlahan tatihan
Yang tak tau arah tuju
Terbawa dalam peluk gendongan

Menjalani hari demi hari terlewati
Besar tubuh terisi gumpalan daging
Tanpa henti jalani kosong dan sunyi
Yang tertuang dalam jam dinding

Aku..., bersifat layaknya aku...
Terdoktrin komunitas masyarakat
Membawa tanpa arah tuju
Hingga dalam hati terasa mengikat

Aku..., ya..., hanya aku...
Aku... bukan kau...!!!
Tapi tetap aku...
Dan memang aku...

Diterima dan tidaknya aku...
Hanya beginilah wujudku...
Sekarang dan selamanya tetap aku...
Aku... dan aku...!

TIDUR

Terpejam mata dalam malam
Membuka diri dalam kelam
Pekat lelah yang mengeram
Merajut gambaran penuh bungkam

Terkulai tubuh dalam kamar
Nyaring penuh nada dengkur
Yang tak henti berkoar
Lantai kasur beralaskan tikar

Tenang nikmati perjalanan maya
Yang tak bisa terjadi saat datang mentari
Bantal jadi sandaran kepala
Dalam bentukan diri yang terselimuti

Semua bisa terjadi saat tidur
Hal yang semula belum terjadi
Walau itu hanya semu yang terbongkar
Tak tersudahi akan pergi

Beristirahat dalam dekapan tidur
Pulihkan raga jiwa penuh depresi
Dengan dongeng malam yang berikrar
Tampakkan mimpi tanpa janji

Tidur yang lelap....
Merajai malam yang gelap
Tanpa ada mata penuh tatap
Dan mulut yang bercakap

WAKTU

Berjalan perlahan tapi pasti
Jalan dengan putaran penuh rotasi
Berpindah dari angka satu sampai dua belas
Terbagi tiga jarum penuh ruas

Detik demi detik terlewati
Menit dan menit terbagi
Jam demi jam terlampoi
Hingga berganti dengan hari

Kau jadwal waktu dan hari
Tanpa terasa jemu terus mengisi
Petang dan pagi tanpa henti
Terus nampak detak rotasi bumi

Tak terasa kau pun penambah umur
Dengan sekian lama kau terus mengukur
Rambut dikepala yang terus tercukur
Hingga diri harus mati terkubur

Tapi kau takkan lekang
Laju waktu memang berbeda
Kau terus menjelang menentang
Butiran - butiran waktu yang menganga

Biaskan untaian perguliran waktu
Waktu sekecil apapun pasti berarti
Memberikan diri satu kesempatan tanpa jemu
Hanya waktu yang bisa menyudahi dan mengakhiri

PANGGUNG DUKA

Kembali terkulai dalam isak tangis
Akan deruan hidup yang teramat sadis
Serasa diri tak bisa menepis
Dan terus menyisakan perih yang tak tertepis

Dalam setiap golakan perjalanan takdir
Hanyakan menyisakan gumpalan ikrar
Yang berisikan duka tak berakhir
Oh..., beginikah yang terukir?!?!

Kenapa diriku hanya merasakan getir
Dan tiada pernah merasakan rona bahagia
Diripun coba tuk terus berzikir...
Tergilas dalam hati yang teramat sengsara

Andaikan hidup ini pun berakhir
Ku kan merasa penuh syukur
Karna mungkin berakhir pula takdir yang perih
Terlepas pula dari dalam jeratan penuh rintih

Oh..., dunia kenapa kau tempatkan diri...?
Dalam megahnya panggung ciptaan penuh duka
Diantara sandiwara yang diri perani
Tiada tersirat hasrat kan bahagia...?

PERGI

Raga adalah sebuah bentuk
Yang terisi sebentuk jiwa
Tanpa pernah kan coba menguak
Suatu raga jiwa yang berbentuk manusia

Jiwa yang mengobsesikan rasa
Lewat kata bertakjub cinta
Mengalun menggema dalam raga
Tapi tak mengerti makna cinta

Bergerak raga karna rasa
Ingin memulai dan menyudahi
Gelembung - gelembung bergelora
Jalani kehidupan duniawi

Saat jiwa terlepas pergi
Bentuk raga kembali diam....
Diam... untuk terbungkus tanpa isi
Kain putih seragam makam

Menyisakan kenangan yang tak terbuang
Kadang penuh iba dan gelak tawa
Kepergian yang pasti akan kita jelang
Dan kapan menyinggahi kita untuk terbawa

Pergi... dan pasti kan pergi
Menjulang tinggi ke nirwana tak terketahui
Meninggalkan hal - hal duniawi
Dan bertukar raga yang bermanusiawi

KESEMPATAN

Deru jantung diri berpacu kencang
Menderu galau tak terasa tenang
Berkomat - kamit mulut tuk terucap
Kala mendengar kabar yang mereka ucap

Bahwa kini engkau tlah tiada...
Untuk merangkai hari bersama
Runtuh diri bersimbah duka
Dan tak bisa menahan jatuh air mata

Hati merasa tak terima...
Atas apa yang sedang teralami
Oh... Tuhan mengapa begitu cepatnya....
Dia harus berpulang pada ilahi...?!

Kini engkau telah terkafani
Bersiap tuk menuju peraduan terakhir
Tangis isak tak mengiklaskan engkau pergi
Tapi tetap kau tak terbangunkan

Diri kini menyesalkan...?
Kenapa diri tak diberi kesempatan
Untuk mengantar engkau berperaduan
Oh... waktu tanpa kesempatan

Diri berucapkan kata - kata...
"Manakah keadilan bagi hamba..."
"Dimanakah kesempatan waktu hamba..."
"Oh... Tuhan tiadakah diri berkesempatan...."