LOGAWA ENAM PAGI

Terbangun pada pagi yang dingin
Berat mata masih ingin terpejam
Subuh menggema penuh adzan
Tapi diri masih meringkuk mendekam

Jam lima lebih tiga puluh menit
Coba tuk berpacu mengejar waktu
Terdengar seruan yang menjerit
"Kareta akan segera berangkat melaju"

Bergegas menuju loket
Berebut lembaran - lembaran tiket
"Ahhh..." lega terasa duduk tak terlambat
Dengan nafas penuh sendat

Riuh gemuruh penumpang berlalu lalang
Berteriak - teriak menjajakan makanan
Mengais rejeki demi uang
Kereta ekonomi kini menempuh perjalanan

Tempat demi tempat terlewati
Stasiun demi stasiun tersinggahi
Terlihat pemandangan yang alami
Diri menatap penuh seri

Terdengar benturan roda dengan rel kereta
"Ah... sampai..."asing stasiun lempuyangan
Hanya mata yang meraja tanpa kata
Bertemu dengan sahabat terucap kata "kangen"

PECAHAN HATI

Pecah.... prang..ng..ng...?!?!
Berserakan terbuang
Penuh serpihan berkubang
Dalam tatanan waktu dan ruang

Mungkin cukup menuang
Ataukah akan mendulang
Adanya pecahan hati seseorang
Kadang mulut meraung....

Kini coba tuk menyapu ulang
Hamparang hati yang tertendang
Rasa kini tlah hilang...
Tanpa sedikit terkenang

Tekuni coba menyambung
Jalani kata hati nan melambung
Untuk dapat terus tersambung
Karna temukan pecahan tanpa berkabung

Terbungkus pecahan hati dengan selendang
Tetapkan diri tuk terus tetap berjuang
Jalani hidup penuh ulang
Dan takkan mengundang bencana mendatang

Cinta yang kini kau buang
Tak akan terambil ulang
Hingga ajal menjelang
Karna kau dihatiku tlah hilang

HUJAN

Berderai....., berderu.....
Datang menyerbu menggebu
Titik tetesan terjatuh kelu
Menghambur tanpa jemu

Tanpa suatu arah tuju
Untuk tetap saling beradu
Mengunci dentuman kelabu
Tetap membuat syair sendu

Terlantun dalam suaramu
Gemericik membentuk tirai semu
Datang untuk menyapu
Butiran - butiran warna semu

Mengisi wadah untuk terisi
Harapan hidup yang pasti
Air Mu sungguh memberi arti
Tanpa harus merasa mati

Kau mengoyak panasnya mentari
Segar air Mu terbawa bernyanyi
Bersama anak kecil turut berlari
Dan hiasi hati penuh tari

Hujan... tetaplah kau jadi hujan
Yang lengkapi kehidupan
Segarnya air yang kau teteskan
Membasuh lusuh diri bersabun