KEBODOHAN


Mengukir jejak dalam - dalam
Tak mengerti sebuah arti mendalam
Yang terus tertuang tak pernah padam
Tak terasa malah menyinggahi kelam

Bodoh diri terus mendekam
Yang terpatri penuh dengan sekam
Membawa diri jauh tenggelam
Dengan mata berhias sembam

Karna tersadar semua tlah terjadi
Tak mungkin lagi kan kembali
Bermula dari ketakpastian diri
Hingga picik tak terkendali lagi

Yah... semua ini menyangkut kehidupanku
Yang terus berakhir dengan penyesalanku
Tak bisa ku raih hikmah dalam hidupku
Penuh kebodohan yang tak terselesaikan olehku

Sekian lamanya ku mulai tersadarkan
Dalam dunia angan dan lamunan
Ketika mengulas balik kenangan
Dan harus menyadari dan merelakan

Setiap hentakan yang terlewatkan
Yang tlah terukir penuh gumpalan
Ya..., gumpalan - gumpalan kebodohan
Selalu tak bisa terhentikan

HITAM PUTIH DIRI KITA


Dalam diriku tertanam dua benih
Yang terbagi dalam hitam dan putih
Entah mana yang kan terpecah
Dan merasuki diri yang berwadah

Tapi kini kurasa aneh
Dalam alur yang terpanah
Dan tak bisa ku pastikan segala arah
Walau tlah tertempuh semua sumpah

Kadang diri hitam legam
Terselimuti amarah dan emosi menghantam
Egoisme yang tak henti dalam keras kepala tersulam
Berbuat melebihi setan nan mendekam

Tapi kadang pula diri putih bersih
Bermahkota dan bersayap dalam jubah
Welas asih dan berperasaan mengalah
Berselimutkan kedamaian para malaikat nan singgah

Sulit tuk tetapkan jati diri
Karna seyogyanya kita tak bisa mengakhiri
Bentuk - bentuk diri yang merajai
Tak henti dan tak terkendali

Kita bisa saja bersandiwara...
Berpura - pura tanpa tau apa - apa
Terkadang pula kita bisa bicara pada semua
Jujur dan apa adanya tentang diri kita

MASIH SENDIRI


Sendiri..., kini ku masih sendiri
Walaupun banyak yang tlah terlewati
Namun tak ada yang menyinggahi
Tak henti diri terus mencari

Menekuni hari demi hari
Tlah banyak waktu yang terlewati
Satu... satu tambatan hati
Tuk dapat ku mengakhiri

Segala penantian panjang ini
Yang jadikan hidupku berseri
Yang jadikan hidupku terisi
Tak lagi kosong tanpa bunyi

Apakah ini suatu uji
Yang tak tau ujung rimba ini
Segala do`a, daya dan upaya
Tlah ku coba meminta

Tapi tetap..., tetaplah seperti ini
Sendiri..., terus ku jalani sendiri
Serasa tanpa arah terhenti
Semua berjalan mengiringi

Kini kurasa lelah sendiri
Merasa putus asa dalam diri
Dan ku hanya kan pasrah pada-Nya saja
Semoga kan di beri petunjuk oleh-Nya

PENYESALAN


Sesuatu bermula dari awal
Yang bersaut dalam bibir tebal
Bersumber dari otak yang bebal
Tak melihat karena tumpul

Tak menau apa yang kan terjadi
Hanya terus melangkah tanpa pikir kembali
Egois, ya egois yang berbicara kini
Tertambah dengan kerasnya kepala ini

Pengalaman tak terasah
Nan membuat hati resah
Sesumbar takkan merasa gundah
Mungkin ini sudah terpecah

Penyesalan - penyesalan yang ada diakhir
Dari segala kejadian yang telah berakhir
Menangispun rasa percuma, tak bisa mengusir
Kekecewaan yang terus bergulir

Kini jiwa tersadarkan
Atas kebodohan yang tlah dilakukan
Tapi tak bisa mengembalikan penyesalan
Dari apa yang tlah terselesaikan

Hanya bisa berharap dan mencoba
Agar tak terulang kembali semua
Kata - kata yang bertakjub penyesalan semata
Hingga segala hal punya akhir bahagia

GANTUNGAN BAJU


Hari demi hari berganti
Ku lihat selalu terisi
Tak berkurang malah bertambah kini
Dari kain yang berwarna - warni

Baju - baju yang tak terpakai
Tergantung melambai menghiasi
Mengulas gambaran diri
Dari waktu yang terlewati

Memang terlihat tak rapi
Tapi tlah menguak diri
Dalam berekspresi, kreasi dan percaya diri
Baju itu belum terpakai lagi

Dan tetap tergantung kembali
Karna mungkin esok terpakai kembali
Tak terasa waktu kian tak terakhiri
Gantungan baju itu sungguh kuat sekali

Menahan tiap - tiap helai
Tanpa merasa terbebani
Tiap ruas yang menjulang ini
Terisi dua atau tiga helai

Tak merasa bosankah engkau kini?
Tak capekkah engkau tergantung disini?
Tak proteskah engkau terus ku pasrahi?
Menitipkan baju - bajuku yang tlah terpakai