KU MASIH SENDIRI?


Kenapa ku masih sendiri?
Kenapa semua hanya melewati?
Tanpa memberi kesan dihati
Dan kenapa hanya ku sendiri?

Apa yang sedang terjadi?
Apa yang kurang ku sadari?
Apa yang harus ku akui?
Hingga semua tak lagi pergi

Ku coba beri hati
Ku coba untuk memaknai
Dan ku coba mencintai
Tapi tetap ku sendiri

Ku raba nuansa rasa hati
Ku buka lagi jati diri
Ku coba buka hati
Tapi cinta tetap pergi

AKU TAK TAU, MENGERTI KERAGUANMU


Aku tak tau...???
Tak tau harus bagaimana
Menghadapi semua ini tanpamu
Seperti terpasung dalam balutan asmara

Aku tak mengerti...???
Tak mengerti harus berbuat apa
Kepada mu yang kini ada dalam hati
Berbaur satu jiwa dalam tubuhku ini

Aku merasakan kegalauan dalam sikap lakumu
Yang selama ini terekam lensa mataku
Kebimbangan hati tercuar menusuk dalam rautmu
Gundah gulana tak tau lagi apa yang akan tercumbu

Semuanya telah aku tuangkan
Jadi satu kesatuan rangkaian
Untaian kata sayang dan cinta
Dan tertujukan hanya padamu semata

Kini... hanya kan menunggu
Kesemua rangkaian yang telah terlontarkan padamu
Ketulusan yang aku tebarkan untukmu jangan engkau tutupi
Dengan besarnya keraguan mu dalam hati

Biar... biar... biar itu hanyut dan larut dalam hati
Biar tercampur jadi satu adonan cinta untuk kita
Terbuai aroma asmaranya menghayutkan sukma
Mereguk nikmatnya kasih sayang sampai nanti mati

TERKEKANG WAKTU


Semua kini sudah ku jalani
Tlah ku lewati sekian banyak hari
Tak terasa hingga saat ini
Semua silih berganti

Apa yang sudah ku raih
Dalam perjalanan hidup yang ku asah
Apa yang sudah ku dapat
Sampai saat ini ku tak bersyarat

Waktu kian lama kian mengikat
Usia semakin lama semakin lanjut
Tapi kini ku hanya diam tak beranjak
Tersungkur jauh kedalam waktu yang tak beranjak

Waktu kini mengurungku
Menjeratku dalam hayalan semu
Terkekang dalam bisu
Dan terkekang oleh waktu

Kapan lagi ku dapatkan waktu yang tak terhenti
Hingga ku bisa lagi tuk jalani
Sisa yang terjegal disini
Dan ikuti semua yang datang dan pergi

KETEGARAN


Ketika angin terbangkan harapan
Meninggalkan puing - puing kepedihan
Seperti layaknya mentari tak bersinar
Tapi ku bisa lantunkan senyum

Ketika kekasihku pergi tinggalkanku
Membawa kisah yang memilukanku
Seperti layaknya raga tak berjiwa
Namun ku masih bisa menikmati hidup

Ketika angin hembuskan lagi harapan
Membawakan banyak kebahagian
Yang menawarkan goda dan cobaan
Tapi ku tetap masih bisa tersenyum

Ketika datang lagi dewi pujaan
Yang menawarkan tawa diantara kepedihan
Membawa pergi jauh kenangan memilukan
Namun tetap kujalani hidup dengan senyuman

AKU UNTUK MALAM


Malam kian merajut asanya
Meronta akan sakit yang membelenggunya
Terjerat ribuan bintang yang tajam menusuk bagai pagar berduri
Tersabit bulan yang melengkung tajam mengiris menyayat sampai kepori - pori

Menangis, menjerit dalam pelukan sepi
Sang malam akan terus meratapi
Dan teratapi penuh pilu akan sepi yang mengharu
Hingga sang fajar balutkan luka itu

Tuk tampakkan sekilas senyum untuk malam
Mengobati kesepian dalam malam berselimut kabut temaram
Bersambut simphony alam yang bersautan
Mendendangkan nyanyian tidur buat sang malam

Tuk melupakan sejenak sepi yang penuh sayatan
Luka itu akan tersembunyi dan membusuk
Jikalau tak terobati wahai malam...
Cobalah taburkan benih penyembuh biar tak menyayat malammu

Karna sinarnya akan tumbuhkan benih kesembuhan untukmu
Peluklah sinarnya dengan rapat
Hingga luka dalam sepimu hangus terbakar jadi arang dan debu
Sudah.....

Semua sudah terjadi pada malam
Biarkan malam yang kan lamuni kesemuanya itu
Dan tolong sampaikan pada malam
Bahwa aku disini terus akan memberikan sinar untuknya....., sampaikan.....

Bungkam sejenak.....
Biar semua tenang dalam fikirku
Jejakkan seribu kaki tuk merambah
Hunian penuh gerabah, sejenak melepas mimpi

AYAH DAN BUNDA


Saat mendengar suaramu
Hatiku jadi rindu
Saat menatap wajahmu
Aku semakin mengagumimu

Walau dalam suaramu terkandung duka
Tapi tak pernah engkau tampakkan
Walau dalam garis wajahmu terkandung luka
Engkau siratkan ketegaran dan kebahagiaan

Engkau berjuang dalam hidup
Memberi kebahagiaan untuk semua
Walau engkau tlah lanjut
Senyuman manis selalu engkau sajikan

Perjuanganmu untuk keluarga
Tekadmu yang membara
Tak pernah padam
Dan selalu berkobar dalam hati

Oh.... Ayah dan Bunda
Engkau pahlawan dalam hidupku
Terima kasih untuk semuanya
Do'aku selalu untukmu dialam sana


GALAU DALAM HATIKU


Aku belumlah tau apa rasa ini
Yang kian lama kian terasa dihati
Kepadamu sang hawa disampingku
Aku pun belumlah bisa memutuskan untukmu

Apakah ini cinta...???
Yang ada dalam hatiku untukmu
Itu jadi pertanyaan dalam fikirku sekarang
Dan aku pun sulit tuk ungkapkan itu sekarang

Kau katakan tuk jangan pergi darimu
Tinggallah sejenak, temani dirimu
lepaskan segala galau yang menyelimutimu
Biarkan dirimu dalam peluk hangatku

Aku sanggup lakukan itu sekarang untukmu
Tapi aku ingin mencari kejelasan untuk semuanya
Untuk hatiku, jiwaku, rasaku dan untuk kita
Saat ini, esok dan lusa nanti

Engkau sendiri belumlah menyatakan semua
Rasa yang ada dalam hatimu kepadaku saat ini
Inginku semua dalam satu kejelasan tentang semua ini
Karna dari kesemuanya itu aku akan menunggumu tuk berada dihatiku selamanya

SABAR DALAM SYUKUR


Manusia tidaklah sesempurna yang diceritakan
Manusia hanya sosok yang lemah dan rapuh
Dan sesungguhnya dari kesemuanya itu banyak sekali tekanan
Yang muncul dalam diri maupun dari luar dirinya

Manusia hanya suka berpura - pura dan bersandiwara
Dalam menjalani segala keidupan berwaktu didunia
Banyak sekali keluh dan kesah dari manusia jika dituliskan dalam pena
Mungkin satu alam semesta ini takkan cukup untuk menggambarkannya

Pernahkah engkau wahai manusia dibumi ini
Untuk tidak berkeluh kesah pada suatu keadaanmu itu?
Untuk barang satu detik saja... pernahkah...???
Aku rasa tidak..!!

Cobalah untuk kamu wahai manusia untuk bersabar
Dan cobalah perlahan untuk mensyukuri apa yang telah kamu capai
Setiap detik dan setiap waktu yang ada pada hidupmu
Hargai semua usaha dan upaya yang telah kamu lakukan

Niscaya keluh dan kesah itu akan sirna perlahan
Rasakan kepuasan setelah kamu berucap syukur atas sikap sabarmu
Luar biasa tak terhingga rasanya tak bisa terucapkan dalam kata dan pena
Dan akan kamu dapatkan wahai manusia kenikmatan itu

Benci, murka, amarah itu adalah efek dari ketidaksabaran
Baik, buruk, cacat itu hanya suatu cobaan
Bersikaplah apa adanya itu akan membuat rasa nyaman dan tentram
Bertindaklah mulai sekarang wahai manusia untuk bersabar dan bersyukur

Karna hari yang dijanjikan itu pasti akan datang
Dimana yang tersisa hanyalah amal dan perbuatan kita selama kita hidup
Hari dimana penuh perhitungan akan tindakan dan sikap kita
Selama menghirup nafas yang ditiupkanNya selama didunia

Ingatlah wahai manusia semua yang ada didunia itu hanya sementara
Dan yang akan kekal hanya nanti pada saat perhitungan dimulai
Dalam alam kehidupan kita didunia yang satunya lagi
Alam surga dan neraka ciptaan yang kekal abadi




TINGGALKAN, PERGI DAN LUPAKAN


Biarlah aku pergi
Menjauh dari dirimu
Tolong jangan halangi
Karna sudah terputuskan olehku

Semua tolong lupakan
Jangan ada lagi yang tersisa
Buang semua kisah kita
Karna aku benar - benar ingin lupakan

Kau tanya kenapa...???
Kau tanya saja hatimu
Apa yang membuat ini terjadi?
Apa yang membuat aku menyudahi?

Bila kau sudah temukan
Jawaban dalam hatimu
Saat itulah kau terbuang hilang
Jauh dari mata dan hatiku

Dan terakhir yang ku katakan!
Selamat tinggal kegelapan
Aku tak mau bersamamu
Aku ingin menjadi manusia yang beriman

PENDERITAAN PERANG


Apa yang terjadi....?
Apa yang telah termulai...?
Kenapa hanya menyisakan luka?
Kenapa hanya menyisakan duka?

Aku hanya bisa berdiri terpaku
Menatap sekelilingku yang hancur
Terbelalak mata dan hatiku
Banyak darah yang membanjir

Air mata jatuh tak terasa
Melinangi bumi yang binasa
Tak tau harus berbuat apa?
Kini semua binasa tak tersisa

Kenapa tidak ada damai?
Kenapa ada peperangan?
Kenapa harus ada banyak korban?
Tidak bisakah ini dihentikan?

Apa semua harus dengan kekerasan?
Apa semua harus dengan pertumpahan?
Apa semua harus dengan peperangan?
Tidak bisakah dengan jalan perdamaian?

Banyak jiwa yang terkelupas kulitnya
Tanah dan batu jadi merah
Anak menjadi yatim piatu karna amuknya
Berbasuh air mata darah

Menjerit meronta kesakitan
Memelas penuh lolongan
Sendiri kini ratapi
Dalam neraka sisa - sisa perang penuh kobaran api

Puing - puing bercampur dengan tumpukan mayat
Bergeletakan penuh lalat tak ada banyak yang selamat
Kini neraka diciptakan sendiri dalam peperangan
Tak lagi indah bagai surga semua karna peperangan

KUSIMPAN DALAM KENANGAN


Biarlah semua kusimpan
Menjadikan sebuah kenangan
Terpendam dalam hidupku
Yang terkunci kalbu

Kau memang ku cintai
Ku sayangi segenap hati
Tapi apalah daya ku
Tak bisa memiliki dirimu

Di mataku kau pidadari
Ku puja layaknya dewi
Walau saat ku tatap kau pergi
Tapi cintaku tak tersudahi

Dalam hati bersuara
Sampai kapanpun kau ku sayangi
Karna engkau dewi cinta
Yang terpuja oleh hatiku

AKU DAN GERIMIS


Pagi ini kelam dimata
Yang layu karna putaran waktu malam
Berjalan sambil menghirup udara
Memompa gempita jiwa yang suram

Pagi ini terasa sepi
Walau jiwa ini terbangun sendiri
Tak terdengar syair burung bernyanyi
mengalihkan aliran penat hati

Awan terbang disela - sela langit
Menutupi laju sinar matahari itu
Angin menerpa bergeliat
Membuat tak beraturan jadi satu

Menetes ratapan dari atas
Leleh melewati lubang pori - pori
Kecil banyak tak bertuas
Dan ku tengadahkan wajahku keatas

Rintikan itu melaju deras
Membuang corengan hitam dimuka
Perlahan dan pasti terkupas
Menoreh sayatan membuka jiwa

Aku dan gerimis pagi itu
Mencoba membuat satu
Sebuah pijakan yang tak semu
Terukir dalam tanah berdebu

DARI KAMI UNTUK MU BIO-SYMPHONI

Perjuanganmu belum usai
Perjalananmu masih panjang tergerai
Bergerak perlahan menantih langkah
Untuk tetap menatap maju tanpa gundah

Perjuangan itu engkau lalui
Setapak demi setapak walau halangan menghantui
Tapi tak menyurutkan semangatmu
Untuk terus dan terus maju

Perjalananmu penuh dengan tetesan keringat dan tangis
Berliku - liku dan banyak jurang menghadang
Tapi penuh kebersamaan dalam satu garis
Dan tak kan surut walau terkadang terjatuh meradang

Hijaumu terus berpendar dalam gelapnya biru
Mengembang penuh makna yang dalam
Membekas disetiap sanubari didalmnya bercampur haru
Walau kesemuanya itu penuh sekam dan dendam

Tangismu kini terasa menggenang
Dalam kibaran tanpa angin
Taukah engkau kami disini terus memegang
Setiap tiang - tiang pondasimu biar tak terasing

Berpacu dalam waktu walau kami jauh darimu
Kami kan terus perjuangkan engkau
Dalam kibaran birunya lautanmu
Agar hijau yang meredup itu tetap berpendar kemilau

Walau banyak tidaknya yang menyertaimu
Kami kan berjuang dibalik jubah hijaumu
Bersatu padu dalam satu lambangmu untuk mewarnai kembali
Terlukis dalam satu Bio-Symphoni

ASAP, API, ARANG DAN KEMATIAN


Aku melihat banyak burung hitam
Yang terbang tanpa kedua sayap
Dalam hari yang kan menjelang malam
Hilir mudik gelisah mencari tempat untuk hinggap

Aku mendengar jeritan dari kejauhan
Merobek kesunyian yang singgah
Jeritan itu laksa lolongan kesedihan
Terasakan tetesan - tetesan air mata darah

Perih dan merintih - rintih kesakitan
Meronta - ronta meminta pertolongan
Karna udara seakan mencekik penuh asap
Menghanguskan rongga dan paru yang terus mengendap

Kepulan asap hitam pekat membumbung kelangit
Menyayat lebar cakrawala senja itu
Lidah - lidah api terus menari naik menjilat
Semua yang ada disekitarnya hangus jadi kumpulan debu

Raungan kegelisahan menghambur dalam senja
Berlarian carut marut tak tertata
Kedamaian kala itu hilang dalam kobaran
Berganti isak dan tangis penuh korban

Hutan hijau itu tak lagi berwarna hijau
Kini tinggal puing - puing arang yang menghitam
Dalam tanah subur yang berdebu
Bergeletakan banyak mayat terkubur menghitam

Kehidupan itu berhenti sejenak
Tanpa nafas dan tanpa gerak
Aku hanya menatap berkaca dari kejauhan
Tak tau harus bagaimana memberikan pertolongan

Api telah luluh lantahkan hutan itu
Ditelingaku masih terdengar lolongan itu
Dipelupuk mataku masih terlihat...
Mereka - mereka yang menangisi dari yang selamat

APA ARTIKU UNTUKMU (Sebuah Pertanyaan)


Dikepalaku bertaut segala pemikiran
Yang datang dan pergi melintas
Seiring perlahan hembusan nafas
Tak menau mana yang kan jadi acuan

Terbersit sesuatu dalam hayalan
Akan jalinan hubungan kita itu
Bermunculan selaksa pertanyaan
Berarti dan bermaknakah aku untukmu???

Kau datang dan pergi sesukamu
Terasa hambar sikap dan lakumu
Apa yang ku rasakan kini
Kepadamu, telah jauh berubah saat pertama kali

Bibirmu yang terkadang beku
Tak menyampaikan apa yang kau rasa
Belaianmu yang tak hangat seperti dulu
Tak menunjukkan ketulusan dalam jiwa

Apa.... artiku untukmu???
Apa.... sebenarnya aku buatmu???
Apa.... rasa ini sebenarnya???
Dalam suatu hubungan percintaan dua manusia

Dan apakah rasa dihatimu beranjak hilang?
Tertuang dalam hati yang lain selain diriku
Apa mungkin semua ini hanya permainan cintamu
Memperlakukan hati dan cintaku sesukamu sekarang

Aku belum tau jawaban dari mulutmu
Aku belum tau kepastian hubungan ini
Aku.... sekarang ingin mengungkap semuanya itu
Agar aku tau apa artiku untukmu kini

CINTA TERBAGI (MENDUA)


Semua berjalan berlalu
Membawa sejuta luka sendu
Tertatih bersama hati yang rapuh
Yang runtuh terpecah

Saat engkau mulai berbagi cinta
Dengan sealin diriku disana
Akankah engkau bahagia
Bila tak ada cinta

Dan tak seharusnya engkau berpaling dariku
Karena diriku masihlah mencintaimu
Mungkinkah akan kembali
Sgala rasa yang tlah hilang kini

Aku tak ingin bertahan dengan semua ini
Walaupun hati kecilmu masih menyimpan cinta untukku
Bagaikan aku mendendam padamu
Dengan luka yang ada dalam hati

Apa yang ku rasakan
Kadang tak seindah yang diangan
Semua bermunculan dalam kenyataan
Sgala rasaku kini tlah menghilang untukmu berperaduan

SECANGKIR KOPI HANGAT DALAM ANGANKU

Angin meniup begitu dingin
Membasuh setiap pori masuk bersemayam dalam tulang
Hujan kecil pun ikut serta meramaikan
Membuat semua jadi sedikit berkubang

Dalam pekat ini seolah terbayang
Akan sesuatu yang tampak indah
Samar terajut dalam angan yang terbuang
Berbalutkan asap yang mengepul merekah

Terasa panas dalam genggaman
Mengoyak sedikit kebekuan malam ini
Dalam lingkup yang terbatasi
Secangkir kopi panas menghangatkan ruangan

Terhirup aroma wangi nan menggoda
Untuk segera aku menikmatinya
Mendekap erat secangkir kopi itu
Bak laksana istri keduaku

Aku peluk dengan kedua telapak tanganku
Aku cumbui dengan lembutnya bibirku
Aku tuangkan perlahan dalam mulutku
Berpadu dalam satu tubuhku

Tak lupa pula sebatang rokok turut menemani
Mengusir segala kebekuan ini
Tersaji dalam satu paket kehangatan
Walau hanya secangkir kopi dan sebatang rokok ditangan

Yah.... anganku dalam secangkir kopi hangat
Dan andaikan ini bukan sekedar angan saja
Uuuhh.... nikmatnya terasa menyengat
Kenikmatan kopi hangat dalam cangkir membuatku berkeringat

KEMANAKAH SENYUMANKU...???


Sejauh ini aku tak tau
Tak menau akan yang sudah terlewati
Semua datang silih berganti
Terkadang hinggap disini kadang pula hinggap disitu

Hingar bingar yang takkan memudar
Hingga sunyi senyap yang terus mengendap
Semua sudahlah aku lalui dengan tegap
Tapi mungkin ada yang aku lewati dan sedikit tak berpendar

Bingung... apa yang sudah sedikit hilang itu?
Coba mencari dan mencari
Telusuri setiap ruang hati
Yang hilang perlahan adalah senyumanku

Walau itu semua sudah terlukis dalam hidupku
Baik itu manis dan pahitnya kehidupan
Senyumanku perlahan terus memudar tersapu
Terasa bahagia pun tak merasakan ada senyum dibibirku

Ada apa gerangan ini???
Yang tak terasakan saat ini
Kenapa harus terasakan seperti ini
Seolah dia akan pergi

Apa karna aku sering tersakiti???
Apa karna aku acap kali tercaci maki???
Apa karna aku berulang kali ternodai
Atau karna aku yang terus sembunyi

Dimanakah senyumku...?
Tolong coba lukiskan senyumku dibibirku
Agar abadi tertanam dalam sanubari
Pertanyaannya adalah "adakah yang mau?"

CINTA DALAM KEHENINGAN HATI


Sendiri dalam keheningan keputus asaan
Menatap kosong tak berbinar tanpa cahaya
Berdiam diri tak buka pembicaraan
Mengunci setiap lubang yang ada

Hampa balut sekujur tubuhku
Dingin mengoyak setiap waktu
Diri mencoba tak bertemu dan bertumpu
Pada setiap ungkapan penuh rayu

Bergerak sesuka hati
Menggoreskan tulisan penuh caci
Terhadap keputus asaan yang mencemari
Pada dinding hati diri yang ternodai

Berantakan segenap sisi hidup
Dan tak bisa berfikir dengan jernih
Apa saja yang akan terasuki dalam setiap aku menghirup
Ternyata cinta yang sedikit demi sedikit membasuh

Setiap peluh yang menetes
Dari segala pertengkaran yang keras
Menggoyahkan sabar yang terkubur dalam
Menguakkan amarah yang tersimpan dalam kelam

Tak berdayanya tubuhku
Menahan semuanya itu
Tak ada yang menjaga lelap tidurku
Dan ternyata cinta yang tulus mendekap jiwaku

TERLAMBAT


Bila kini engkau benar harapkan ku
Bila kini engkau benar butuhkan ku
Bila kini engkau benar dambakan ku
Bila kini engkau benar inginkan ku

Terlambat.....!!!
Terlambat sudah semua itu kini tersumbat
Karna dia pilihanmu yang menghambat
Untuk kita saling mndekap erat

Hanya kan terucap SELAMAT untukmu
Semoga kau bahagia dengan pilihanmu
Yang tlah terestui orang tuamu
SELAMAT.... untuk mu

Aku takkan pedulikanmu lagi
Aku pun takkan hiraukanmu lagi
Sekarang takkan ada yang kembali
Kesemuanya itu kini tlah menjauh pergi

Aku yang terbuang...
Aku yang terbelah meradang
Yang aku rasa bagai tertendang
Tapi hatiku kini menang

BUKAN PERSINGGAHANMU


Ketidak jujuranmu
Ketidak terus teranganmu
Ketidak ketulusanmu
Membuat jantung hatiku beku

Karna itu kini terkoyak
Karna itu kini ku beranjak
Karna itu kini aku menolak
Semua ungkapan tersonggok

Kau anggap aku persinggahanmu
Kau anggap aku pelampiasanmu
Kau anggap aku pelayan cintamu
Kau anggap aku penghiburmu

Dikala kau ingin berteduh
Dikala kau ingin melampiaskan
Dikala kau ingin bercinta
Dikala kau ingin terhibur

Maaf aku bukanlah persinggahanmu
Pergi saja jauh dari hidupku
Semakin jauh semakin terasa baik bagiku
Semua itu sudah cukup terasa menyayat untukku

TAK MENGERTI AKU


Itu sudah pilihanmu
Dan itu bukan pilihanku
Jangan kau himpit aku
Dengan kata cinta semu

Kau tak mengerti rasaku
Kau tak mengerti cintaku
Kau tak mengerti sayangku
Kau tak mengerti rinduku

Semua yang tertuang
Bagai burung yang hinggap terus terbang
Bagai kabut tersapu surya terus hilang
Tak ada yang singgah bertandang

Kini rasa bagai meradang
Ingin jiwa meregang
Lupakan sakit yang bertandang
Dan terus hilang

ENGKAU DULU DAN SEKARANG


Dulu bibirmu penuh balutan kata manis
Mengutarakan cinta penuh hasrat hati selaras
Penuh takjub aku terbuai romantis
Bagai diri terhipnotis

Kau bilang... akulah penghujung terakhirmu
Kau berkata "kau cinta mati denganku"
Aku tempat labuhan hatimu
Dan aku adalah bagian dari hatimu itu

Itu pula yang terucap olehmu dulu
Itu pula yang terharap olehku dulu
Tapi apa yang terjadi sekarang...???
Tapi apa yang teraih sekarang...???

Hanya luka...
Hanya sakit...
Hanya perih...
Hanya duka... yang terambil

Pilu rasa hati teringat itu
Merana jiwa terkoyak asmara semu
Murung raut muka hilang harap itu
Kau bukan milikku begitu pula ku bukan milikmu

Ungkapanmu hanya omong kosong belaka
Katamu hanya terasa bau tai saja
Busuk menusuk menikam jiwa
Permainan kemunafikan yang ada

AKU BUKANLAH....


Jangan kau utarakan cinta padaku
Jangan kau ungkapkan rindu
Jangan kau tuangkan kasihmu
Jangan kau tanyakan keberadaanku

Takkan ada itu semua...
Takkan ada itu tercipta
Takkan ada itu menyapa
Takkan ada itu terbuka

Selama kau bersamanya
Dan itu pilihanmu bersamanya
Itu pula keputusanmu semata
Aku adalah yang terbuang merana

Aku bukanlah hadiah yang dipilih
Aku adalah yang kalah
Aku bukanlah yang terkasih
Aku adalah yang terbuang sampah

SELAMA


Aku tak berharap lebih darimu
Dengan semua yang telah engkau lakukan untukku
Sakit... terasa menyayat kalbuku
Remuk bagai tertimpa besarnya palu

Kau berikan lagi hatimu untuk yang lain
Kau cumbui bibirnya dengan penuh kemesraan
Kau campakkan hatiku terbuang dijamban
Dan kau hancurkan semua harapan

Kini semua terasa jelas
Arah yang akan tertuju dalam kilas
Aku kau campakkan tanpa welas
Akupun tlah menutup semua pintu untukmu tanpa ruas

Selama...
Selama kau masih dengannya
Selama kau masih bersamanya
Selama kau masih berhubungan dengannya

Selama...
Selama itu pula jangan sapa
Selama itu pula jangan tanya
Selama itu pula jangan hubungi aku juga

JANGAN


Jangan kau tanyakan aku lagi
Jangan kau hiraukan aku lagi
Jangan kau pedulikan aku lagi
Jangan kau pikirkan aku lagi

Sudah cukup aku sakit
Sudah cukup aku menjerit
Sudah cukup aku terjepit
Sudah cukup aku terhujat

Ketulusanku kau jahit dustamu
Kejujuranku kau sulam kebohonganmu
Apa adanya aku kau timpa dengan kepalsuanmu
Cintamu sekarang terasa semu

Berulang kali hanya teriris
Berulang kali hanya menangis
Berulang kali hanya terasa miris
Berulang kali takkan ada senyum tergaris

Harapan itu semu terucap
Hanya buatku mengharap
Hilang kan semua yang mendekap
Hanya kan buatku kalap

APA ADANYA


Semua tlah aku ungkapkan kepada mu
Semua tlah aku tuangkan untuk mu
Segenap hati dan jiwaku
Ku ingin memeluk mu erat kita jadi satu

Rasakanlah damainya cintaku
Resapilah setiap belaian asmaraku
Yang kan buat mu terbang bersamaku
Arungi rimba raya dewi aprodit yang biru

Aku tau dirimu dan aku paham akan dirimu
Apakah orang lain juga sama sepertiku
Aku rasa tidak karna yang memahami dirimu
Apa maumu apa inginmu hanyalah aku

Itulah diriku yang sebenarnya engkau belum tau
Semuanya sisi manis yang selama ini tersimpan dalam kalbu
Akan tertuang selalu dalam hatimu
dan akan aku cumbui dengan legitnya untaian rinduku padamu

ADA...!!!


Semua ada
Semua terasa
Tanpa satu asa
Hanya tawa canda bahagia

Yang berbaur dalam jiwa
Saat melihat dirimu disana
Berseri menyapa
Kini benar ada

Bukan suatu yang maya
Tak henti terus membawa
Rantaian ungkapan cinta
Yang terhembuskan lewat nada

Mengalun lembut menyapa
Datangnya hatimu bergelora
Menyapu semua yang hampa
Kini hatimu tlah bertahta

Di hatiku bersama
Satu untukmu selamanya
Mengukir satu asmara
Sekarang itu benar adanya

TERJELAGA


Terjelaga dan terjaga saat malam
Membuat mimpi semalam
Hamburan dunia gemerlap membaur dalam semusim
Menapaki persinggahan dunia peralihan tanpa sekam

Aku terus berlari dalam mimpi yang kelam
Tak ku temui ketenangan dalam dekap malam
Bersambut rembulan yang penuh suram
Terasa hambar bagai tanpa garam

Hingga tersungkur, takut dan luka bersimbah garam
Mimpi itu terus mengikuti tanpa ilham
Terus terasa sangat mencekam
Mencekik hati yang terdalam

Aku pun menyusuri cahaya yang datang walau suram
Menyeruak lembut tanpa eram
Sedikit rasakan lembutnya dekapan malam
Dalam satu rotasi jarum jam

Aku mengejarmu tanpa henti semalam
Biar tak terpenjara dalam cekam
Tetap tak teraih walau ku berjuang bagai menyulam
Hingga kabut hilang dalam dekapan membungkam

AKU DAN KISAH HIDUPKU


Terpaut dalam balutan selendang ibunda
Sipit mataku merapat menatap matanya
Berteriak meratap lidah dan bibirku ingin disusuinya
Jemari kecilku menggenggam erat sebilah jemari manisnya

Itu aku dulu...
Belum berfikr menggebu
Masih menunggu
Tumbuh dewasa dan masih lugu

Andree begitu panggilan yang diberikan
Melekat hingga sekarang dalam setiap perjalanan
Memberikan do'a pada setiap aku memijakan
Hingga keluar jauh dalam lingkup kekeluargaan

Seperti lepas....
Terbang bebas tanpa suatu batas
Melaju cepat waktu pun tertembus
Bagai busur melepas anak panah melesat deras

Kini...
Aku bisa berfikir sendiri
Menentukan garis hidupku menurut pilihan hati
Agar bibirku tetap berseri

Terlepas dari kesemuanya itu
Problema dalam takdirku mengiringi langkahku
Yang tertelusuri goda dan coba terus merayu
Menghantui aku dalam setiap waktu

Kadang aku frustasi...
Terkadang diri tegar berdiri
Dan ada kalanya diri bersimbah air mata hati
Menguji ketabahan dalam pergulatan jatidiri

Hidup ini terisi
Dengan adanya keluarga yang mendampingi
Orang terkasih yang mengasihi
Sahabat dan teman yang menemani

Kesemuanya itu adalah bagian hidupku, bagai embun....
Yang kan terus menetesi tanah jiwa penuh kesejukan
Menyinari bak mentari memberi kehangatan
Cahayanya menuntun setiap perjalanan

INGINKU... DAN CINTAKU...


Mentari taburkan sinar hangat
Memberkas dalam hatiku kini tersirat
Seperti itulah hangat cintaku tapi lebih hangat
Dan itu tak berupa sesaat

Kini diri penuh semangat
Teraliri cintamu yang kian lama kian terus merambat
Dinginnya salju yang mengikat
Sebeku dinginnya kala ku berkeringat

Apa bila engkau tunjukkan muka yang penuh cemberut
Seperti penuh keriput
senyummu semanis bunga cinta dalam hatiku yang terus tersulut
Apabila keceriaan diwajahmu tampak tak ada hujat

Jangan engkau buat diriku terperanjat
Dan pergi bagai kilat
Karna diriku takkan penuh dengan semangat
Tuk jalani kehidupan yang kian menjerat

Jangan engkau tanya penuh gugat
Karna nanti hatiku akan menggeliat
Seperti gumpalan tanah liat
Mudah terbentuk tapi mudah sekali tuk larut

DAUN...


Terseok - seok daun berjatuhan
Tersapu angin sore berdesis mengusap kepalsuan...
Pohon itu menggoyangkan semak yang berserakan
Meliuk melambai menarik kekosongan

Daun itu jatuh terhempas
Menggebrak lantai bumi yang panas
Lalu terinjak ramainya makian bernada keras
Tertumpuk dalam satu tak bernafas

Berganti waktu...
Tersiram hujan, terbakar kemarau
Dikencingi para serangga berbau
Hingga lapuk tak berbentuk satu

Hidupnya sampai disitu
Tapi bermetamorfosis dengan penuh laju
Mengendap dalam tanah bisu
Terkulai menjadi satu kehidupan yang baru

SELALU TERSAKITI


Mengapa...???
Baru sekarang kau bersuara
Kenapa...???
Tidak sedari awal saja

Semenjak semuanya belum terjadi
Sebelum saling mengiyakan isi hati
Semua kini mati
Bagai bunga mekar lalu tersiram api

Kini yang tersisakan hanya luka
Dan tertinggal benci membara
Semua terlihat hanya permainanm belaka
Untuk mengoyak segala isi dada

Tersungkur kini aku meratapi
Penuh sesal mengenal dirimu kini
Segala kejujuran dan ketulusanku kau caci
Dan terdengar untukmu hanya kiasan dalam hati

Kemunafikan
Ketidak jujuran
Kepalsuan
Semua itu kini engkau tunjukkan

Dan selalu...
Selalu aku yang tersakiti olehmu
Kini cukup sudah semua itu
Ternyata jalanmu bukanlah jalanku

KEMBALI


Lelah seluruh raga
Lemas seluruh jiwa
Lunglai semangat diri
Letih terus begini

Berjalan kesana-kesini
Bercakap disana-disini
Berlari kian kemari
Berjuang tanpa henti

Hanya temukan sendiri
Hanya rasakan sepi
Hanya terhanyut angan-angan kosong
Hanya terbuang sendiri melompong

Ingin kembali...
Ingin berbalik lagi
Ingin mengulang waktu
Ingin sepert waktu dulu

Kapan...?
Dimana...?
Siapa...?
Yang kan menggendongku kembali

SEPERTI TAK TERMILIKI


Bernaung dalam satu hati
Mencoba temukan indah itu lagi
Merengkuh kata satu hati
Tambatkan dalam pesona cinta itu lagi

Memiliki tapi tak memiliki
Termiliki tapi tak termiliki
Tapi mencoba tuk gundah itu pergi
Mengayuh bayang semu yang terpatri

Diri coba merubah tapi tak terubah
Dan telah diubah tapi tak berubah
Telah merangkak mengoyak tubuh
Tersungkur dalam sebuah lembah

Aku tak tau lagi....???
Tak tau untuk apa lagi
Bagaimana lagi
Sudah intropeksi diri

Tetap seperti ini
Masih seperti ini
Seperti tak terisi
Kosong lagi

Kini aku hanya pasrah
Semoga ada harapan walau secercah
Biar hati ini tak terpecah
Dan terus dalam satu hati tuk ku kayuh

MALAM MINGGU SURAM

Malam minggu malam yang di tunggu
Untuk merajut kasih berdua
Di tunggu sampai lima hari lamanya
Dan cinta berpadu saat bertemu

Huuuhhh.. tapi tak diduga tak disangka
Tetesan - tetesan menyelimuti angkasa
Berkawan awan yang legam
Membuat hati terasa muram

Malam minggu yang kelabu...
Hujan menyrami sedari siang
Hingga buatku terasa membeku...
Terasa sangat meradang

Ingin melepas kerinduan
Dengan sang pujaan
Biar suasana terhangatkan
Tapi apa yang terjadi aku tetap rasakan dingin

Capek badan seharian beraktifitas
Ingin melepas lelah dengan canda
Tapi apa yang kurasakan tak beralas
Kini hanya kan menutup mata saja

Malam minggu ini tak terasa indah
Seindah saat menanti malam ini
Perasaan jadi hampa meraum
Cepatlah terlewati malam ini

MERINDUI MU


Ku tau aku sendiri disini
Ku tau aku merana menanti
Ku tau aku melamun tanpa henti
Ku tau aku mengupas hari demi hari

Entah kenapa bayangan mu selalu ada
Merasuki jiwa dan pikiran ku dalam maya
Alunan - alunan sendu mengalir didada
Mengikis rasa yang begitu membara

Rasa rinduku padamu
Seakan mengumpat tuk ingin segera bertemu
Dalam peluk hangat penuh cumbu
Seakan menyatu dalam satu waktu

Sayang...
Cepatlah engkau datang
Aku sungguh merinduimu tuk bertandang
Singgahi relung hatiku yang penuh cinta sekarang

Menggebu - gebu tak ada ujung tepinya
Layaknya memuja kasihmu aku tercandu asmara
Kini disini aku benar kan menungguimu semata
Melepas segala yang ada didada

Datang... datanglah sayang...
Mari kita bergandeng
Membuat hari jadi penuh senang
Berdua melepas kerinduan yang tersimpan lama sayang....

HIDUPKU...?


Begitu banyak kisah
Dalam hidupku yang tertumpah
Tak luput akan sumpah
Dan sekejap terbuang di tong sampah

Sebenarnya ku tak mengerti hidup?
Yang selama ini ku hirup
Kadang terbuka meletup
Kadang rapat tertutup

Hanya bisa jalani apa adanya
Hitam... akupun hitam...
Putih... akupun putih...
Terombang - ambing permainan dunia

Tak tentu aku melangkah
Terkadang sorakan penuh riuh
Terkadang cacian tanpa jenuh
Yang membuat otakku gundul

Bagaimana seharusnya?
Putih saja...? tak seimbang
Atau hitam saja...? tak seimbang
Hanya percaya yang ku yakini

Hidupku...
Aku yang menjalani sendiri
Aku yang kan mengerti
Karna inilah hidupku...?

DI KAMARKU


Di kamarku...!
Ada jam tergeletak di meja
Penuh suara,
Putaran penuh rotasi tanpa batas

Di kamarku...!
Ada kalender tergantung
Berjejer angka - angka
Menandai setiap hariku

Di kamarku...!
Ada lemari tua
Yang berisikan stelanku
Berhias warna - warni pelangi

Masih di kamarku...!
Ada kasur usang dan bantalnya
Membungkus diriku bermimpi
Dalam kehangatan selimutnya

Di kamarku yang sederhana
Inspirasi tercipta
Pikiran terbuka
Merangkai kata dalam pena

SETITIK CAHAYA


Cahaya... ku butuh cahaya!
Bosan dengan gelap
Berisikan penat yang menyumbat
Dalam rongga - rongga nafasku

Putih... ku ingin putih!
Tak mau lagi hitam
Yang legam kelam
Membuat mata buta

Terangi setiap tapakan kaki
Tak satupun menghalangi
Atas apa yang ku ilhami
Terkuak dalam hati

Ingin kembali bersih
Tanpa noda terbawa
Layaknya kertas putih
Yang belum tertoreh pena

Ya... ku butuh itu
Ku butuh cahaya putih
Walau hanya seberkas titik
Sebisanya akan ku raih

Semampu dan sekuat aku
Membuat pondasi dalam hatiku
Yang berputar melalui poros
Tuk temukan satu jalan lurus

PERISAI - PERISAI SUNYI


Ku menanti kedatanganmu kawan
Karena hari ini aku sedang sendiri
Menanti senyum yang kau berikan nanti
Jangan biarkan aku sendiri kawan

Dalam keheningan yang cekam ini
Kita akan sama menikmati nanti
Segelas kopi dan singkong bakar
Yang cukup mengganjal mulut cacing

Diperut dingin ini
Sekali lagi untukmu kawan
Datanglah segera pada hatiku
Kesedihanmu adalah kesedihanku juga

Usah... kau...!
Jangan kau lepaskan perisai riang ini
Usah... kau... lemparkan
Ketempat yang menyesakkan bulu roma

Bila esok kau kan mandi
Sampaikan salam manisku
Untuk air hangat
Yang akan mengguyurmu

HILANG MALAMKU


Berbaring pada malam sepi
Terlentang tak berselimut
Terpejam mencari mimpi
Dalam nafas yang bersahut

Waktu kian larut
Tapi hanya diam tak berarti
Benak pikiran masih terlambat
Membuat diri menggeliat sendiri

Entah apa yang mengganjal
Mata kembali terbuka
Walau diri ingin bersandar bantal
Tapi tak jua diri terjaga

Kini ruang terpenuhi kabut tebal
Dari diri yang bangkit menganga
Membuang asap tebal
Dari tiap hisapan rokok yang mengganjal

Mengepul memenuhi tata ruang
Membias sinar tak berangin
Hanya diam berjemur kering
Dibawah sorotan lampu jalan

Kemana nikmatnya mimpiku?
Kemana belaian malamku?
Yang saat ini tak bisa ku raih kini
Dalam malamku yang tak terjaga dari dini

JUSTRU KARENA ITU...?


Semua ku tangisi
Semua ku ratapi
Semua ku sesali
Dan semua tak bisa kuhindari

Kenyataan yang selalu berjalan
Kenyataan yang selalu bersebelahan
Kenyataan yang selalu bergandengan
Yang kadang tak seindah diangan

Setiap perbuatan berimbas penyesalan
Setiap penyesalan berimbas kekecewaan
Setiap kekecewaan berimbas kemurungan
Dan setiap kemurungan berimbas dalam kehidupan

Kenapa harus tertoreh luka?
Kenapa harus tertoreh duka?
Kenapa harus tertoreh asa?
Yang kian lama kian meraja dada

Selalu ku rasa dan bertanya - tanya
Selalu ku coba dan terus berusaha
Selalu ku bandingkan dengan yang ada
Selalu dan selalu terus menguak nyata

Tapi tak bisa ku temukan jawaban yang ada
Saat memikul luka tubuh dan hati yang dalam diraga
Di sembuhkan pun takkan hilang bagai maya
Tapi justru karena luka itu aku kini ada

SAJADAH


Terlentang merata
Halus dan beraroma wangi
Berhias lekukan ukiran
Walau hanya gambaran

Berumbai - rumbai tertata
Dalam garis diatas bawahnya
Berwarna - warni
Dan berdampingan serasi

Menemani aku dalam bersujud pada-Nya
Menghaturkan puja dan puji untuk-Nya
Mengantarkan do`a - do`a kepada-Nya
Dalam setiap lima waktuku untuk-Nya

Sekilas tak terasa
Karena kau hanya sebuah kain
Kain bersulamkan benang
Yang membujur ku hujani

Tapi kau suci bagiku
TApi kau berarti bagiku
Tapi kau teman surgaku
Yang selalu ada untukku

Sajadah yang tak berjiwa
Tetap kan hidup dalam dada
Menguak tekunnya do`a
Yang tertata dalam barisan kata

BISIK - BISIK HATI


Ku kenang dikau
Dalam baju biru
Tersenyum manis dipurnama
Saat jumpa pertama

Ku kenang dikau
Dalam kaca matamu
Dan segaris gigi
Yang ramah berseri

Ku kenang akan hatimu cinta
Yang menyanyikan asmara
Dalam purnama raya
Membuai jauh kedalam bunga

Dunia penuh tawa
Berdendang dengan canda
Menghamburkan segala rasa
Yang tertanam didada

Bayang itu tak terlupa
Berisi gambaran dirimu semata
Merasuk penuh cinta
Dan terus menggila

Penuh dengan dikau
Dan hanya dikau
Mengarat dalam kalbu
Seakan hatiku tercumbu

STYROFOAM


Menonjol berbentuk kotak
Tak keras juga tak lembek
Menempel pada tegaknya tembok
Yang berhias paku dan cicak

Tak bisa bergerak
Tak bisa berlagak
Hanya diam terbelalak
Tertempel kertas berkacak

Kertas - kertas yang terisi tulisan
Mengiang dalam setiap lantunan
Yang berbentuk pesan - pesan
Yang melukiskan kiasan - kiasan

Mengingatkan otak yang tlah tumpul
Agar diri tetap ingat dan terpental
Jauh memulai hari tanpa tersendal - sendal
Yang berjalan beralas sendal

Yah..., kau sisipan otakku
Kau singgahan kata - kataku
Yang sementara tak kekal olehku
Styrofoam kamarku

Yang biasa ku lubangi
Dengan paku - paku yang menancap tak lestari
Yang kadang menari tertiup angin sepoi
Tapi tetap putih dan menempel terkendali

TAK MAMPU...?! ANAKKU


Kini ku belum bisa berjumpa denganmu
Dan tak bisa ku temui engkau
Walau ingin sekali hati memelukmu
Mengucapkan sayang kepadamu

Entah kapan, ku tak bisa berjanji
Tuk bisa bersamamu kini
Karna ku tak bermateri
Karna ku tak bisa meyakini

Bahwa ku mampu membagi hidupku
Yang penuh dengan susah dan liku
Karna ku ingin kau tercukupi disana
Karna ku ingin kau bahagia disana

Walau ku tau kau ingin sekali bertemu
Bertemu denganku yang sangat kau rindu
Tapi karna keadaan ku lah yang memaksa
Karna ketidak berdayaan ku lah yang ada

Tapi satu yang harus kau yakini
Terpatri dalam lubuk hati
Ayahmu masih ada disini
Menunggu engkau dewasa nanti

Tuk dapat menemui diriku
Ayah..., ayah yang sangat merinduimu
Dan pasti..., pasti untukmu
Namamu terukir dihati tak terlupakan olehku

AAACCCRRRHHH....!!!


Ku berjalan melewati lorong - lorong pasir
Banyak sekali mata yang mengukir
Menatap, melihat, mengamati penuh tafsir
Bagaikan roh gentayangan yang terusir

Adakah yang salah dengan diriku...?
Adakah yang tak mengenakkan mereka atas diriku...?
Tak taulah... kini jadi pertanyaanku
Tak taulah... gambaran orang tentang hidupku

Tak pelak ku mendengar cibiran mereka
Sayup - sayup menahan suaranya
Ku coba tengok diriku mengoreksi semuanya
Dan ku rasa ku baik - baik saja???

Tak mengertilah menatapku
Tapi telinga ini tak tertahan panasnya nan menyerbu
Seakan makian demi makian tak henti tertuju padaku
Dan tak secara langsung mereka memfonisku

Ku akui ku memang tak tampan
Ku sadari ku banyak kekurangan
Hitam memang perjalananku sekarang penuh pergolakan
Tapi tak sehitam mereka punya pikiran

Sudah ku coba acuh tak acuh
Atas dentuman yang memecah
Dan suka tidak suka inilah hidupku yang terkayuh
Tapi tak menghentikan mereka, kenapa...??? aaacccrrrhhh...!!!

SETENGAH JAM


Setengah jam yang lalu kau masih disini
Setengah jam yang lalu kau masih bersamaku
Setengah jam yang lalu kau masih bernyanyi
Setengah jam yang lalu kau masih mendekapku

Setengah jam kini tlah berlalu
Dan setengah jam yang lalu tlah sirna
Setengah jam itu kau tinggalkan semua
Dan setengah jam lalu kau lepaskan diriku

Setengah jam yang takkan kembali
Setengah jam yang takkan terulang lagi
Dalam setengah jam ku bersamamu
Dalam setengah jam waktuku

Setengah jam buatku terasa lama
Setengah jam buatku terasa cepat
Setengah jam yang buatku bahagia
Setengah jam yang buatku terperanjat

Entah mengapa hanya setengah jam
Entah mengapa semua kembali terpejam
Hanya dalam setengah jam
Yang buatku tertawa dan diam

Yah setengah jam, setengah jam yang lalu
Terlewati setengah jam ku jadi kaku membeku
Mungkin itulah putaran denyutku
Yang hanya tersisa setengah jam buatmu

KEBODOHAN


Mengukir jejak dalam - dalam
Tak mengerti sebuah arti mendalam
Yang terus tertuang tak pernah padam
Tak terasa malah menyinggahi kelam

Bodoh diri terus mendekam
Yang terpatri penuh dengan sekam
Membawa diri jauh tenggelam
Dengan mata berhias sembam

Karna tersadar semua tlah terjadi
Tak mungkin lagi kan kembali
Bermula dari ketakpastian diri
Hingga picik tak terkendali lagi

Yah... semua ini menyangkut kehidupanku
Yang terus berakhir dengan penyesalanku
Tak bisa ku raih hikmah dalam hidupku
Penuh kebodohan yang tak terselesaikan olehku

Sekian lamanya ku mulai tersadarkan
Dalam dunia angan dan lamunan
Ketika mengulas balik kenangan
Dan harus menyadari dan merelakan

Setiap hentakan yang terlewatkan
Yang tlah terukir penuh gumpalan
Ya..., gumpalan - gumpalan kebodohan
Selalu tak bisa terhentikan

HITAM PUTIH DIRI KITA


Dalam diriku tertanam dua benih
Yang terbagi dalam hitam dan putih
Entah mana yang kan terpecah
Dan merasuki diri yang berwadah

Tapi kini kurasa aneh
Dalam alur yang terpanah
Dan tak bisa ku pastikan segala arah
Walau tlah tertempuh semua sumpah

Kadang diri hitam legam
Terselimuti amarah dan emosi menghantam
Egoisme yang tak henti dalam keras kepala tersulam
Berbuat melebihi setan nan mendekam

Tapi kadang pula diri putih bersih
Bermahkota dan bersayap dalam jubah
Welas asih dan berperasaan mengalah
Berselimutkan kedamaian para malaikat nan singgah

Sulit tuk tetapkan jati diri
Karna seyogyanya kita tak bisa mengakhiri
Bentuk - bentuk diri yang merajai
Tak henti dan tak terkendali

Kita bisa saja bersandiwara...
Berpura - pura tanpa tau apa - apa
Terkadang pula kita bisa bicara pada semua
Jujur dan apa adanya tentang diri kita

MASIH SENDIRI


Sendiri..., kini ku masih sendiri
Walaupun banyak yang tlah terlewati
Namun tak ada yang menyinggahi
Tak henti diri terus mencari

Menekuni hari demi hari
Tlah banyak waktu yang terlewati
Satu... satu tambatan hati
Tuk dapat ku mengakhiri

Segala penantian panjang ini
Yang jadikan hidupku berseri
Yang jadikan hidupku terisi
Tak lagi kosong tanpa bunyi

Apakah ini suatu uji
Yang tak tau ujung rimba ini
Segala do`a, daya dan upaya
Tlah ku coba meminta

Tapi tetap..., tetaplah seperti ini
Sendiri..., terus ku jalani sendiri
Serasa tanpa arah terhenti
Semua berjalan mengiringi

Kini kurasa lelah sendiri
Merasa putus asa dalam diri
Dan ku hanya kan pasrah pada-Nya saja
Semoga kan di beri petunjuk oleh-Nya

PENYESALAN


Sesuatu bermula dari awal
Yang bersaut dalam bibir tebal
Bersumber dari otak yang bebal
Tak melihat karena tumpul

Tak menau apa yang kan terjadi
Hanya terus melangkah tanpa pikir kembali
Egois, ya egois yang berbicara kini
Tertambah dengan kerasnya kepala ini

Pengalaman tak terasah
Nan membuat hati resah
Sesumbar takkan merasa gundah
Mungkin ini sudah terpecah

Penyesalan - penyesalan yang ada diakhir
Dari segala kejadian yang telah berakhir
Menangispun rasa percuma, tak bisa mengusir
Kekecewaan yang terus bergulir

Kini jiwa tersadarkan
Atas kebodohan yang tlah dilakukan
Tapi tak bisa mengembalikan penyesalan
Dari apa yang tlah terselesaikan

Hanya bisa berharap dan mencoba
Agar tak terulang kembali semua
Kata - kata yang bertakjub penyesalan semata
Hingga segala hal punya akhir bahagia