Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Biarlah aku pergi
Menjauh dari dirimu
Tolong jangan halangi
Karna sudah terputuskan olehku
Semua tolong lupakan
Jangan ada lagi yang tersisa
Buang semua kisah kita
Karna aku benar - benar ingin lupakan
Kau tanya kenapa...???
Kau tanya saja hatimu
Apa yang membuat ini terjadi?
Apa yang membuat aku menyudahi?
Bila kau sudah temukan
Jawaban dalam hatimu
Saat itulah kau terbuang hilang
Jauh dari mata dan hatiku
Dan terakhir yang ku katakan!
Selamat tinggal kegelapan
Aku tak mau bersamamu
Aku ingin menjadi manusia yang beriman
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Apa yang terjadi....?
Apa yang telah termulai...?
Kenapa hanya menyisakan luka?
Kenapa hanya menyisakan duka?
Aku hanya bisa berdiri terpaku
Menatap sekelilingku yang hancur
Terbelalak mata dan hatiku
Banyak darah yang membanjir
Air mata jatuh tak terasa
Melinangi bumi yang binasa
Tak tau harus berbuat apa?
Kini semua binasa tak tersisa
Kenapa tidak ada damai?
Kenapa ada peperangan?
Kenapa harus ada banyak korban?
Tidak bisakah ini dihentikan?
Apa semua harus dengan kekerasan?
Apa semua harus dengan pertumpahan?
Apa semua harus dengan peperangan?
Tidak bisakah dengan jalan perdamaian?
Banyak jiwa yang terkelupas kulitnya
Tanah dan batu jadi merah
Anak menjadi yatim piatu karna amuknya
Berbasuh air mata darah
Menjerit meronta kesakitan
Memelas penuh lolongan
Sendiri kini ratapi
Dalam neraka sisa - sisa perang penuh kobaran api
Puing - puing bercampur dengan tumpukan mayat
Bergeletakan penuh lalat tak ada banyak yang selamat
Kini neraka diciptakan sendiri dalam peperangan
Tak lagi indah bagai surga semua karna peperangan
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Biarlah semua kusimpan
Menjadikan sebuah kenangan
Terpendam dalam hidupku
Yang terkunci kalbu
Kau memang ku cintai
Ku sayangi segenap hati
Tapi apalah daya ku
Tak bisa memiliki dirimu
Di mataku kau pidadari
Ku puja layaknya dewi
Walau saat ku tatap kau pergi
Tapi cintaku tak tersudahi
Dalam hati bersuara
Sampai kapanpun kau ku sayangi
Karna engkau dewi cinta
Yang terpuja oleh hatiku
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Pagi ini kelam dimata
Yang layu karna putaran waktu malam
Berjalan sambil menghirup udara
Memompa gempita jiwa yang suram
Pagi ini terasa sepi
Walau jiwa ini terbangun sendiri
Tak terdengar syair burung bernyanyi
mengalihkan aliran penat hati
Awan terbang disela - sela langit
Menutupi laju sinar matahari itu
Angin menerpa bergeliat
Membuat tak beraturan jadi satu
Menetes ratapan dari atas
Leleh melewati lubang pori - pori
Kecil banyak tak bertuas
Dan ku tengadahkan wajahku keatas
Rintikan itu melaju deras
Membuang corengan hitam dimuka
Perlahan dan pasti terkupas
Menoreh sayatan membuka jiwa
Aku dan gerimis pagi itu
Mencoba membuat satu
Sebuah pijakan yang tak semu
Terukir dalam tanah berdebu
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Perjuanganmu belum usai
Perjalananmu masih panjang tergerai
Bergerak perlahan menantih langkah
Untuk tetap menatap maju tanpa gundah
Perjuangan itu engkau lalui
Setapak demi setapak walau halangan menghantui
Tapi tak menyurutkan semangatmu
Untuk terus dan terus maju
Perjalananmu penuh dengan tetesan keringat dan tangis
Berliku - liku dan banyak jurang menghadang
Tapi penuh kebersamaan dalam satu garis
Dan tak kan surut walau terkadang terjatuh meradang
Hijaumu terus berpendar dalam gelapnya biru
Mengembang penuh makna yang dalam
Membekas disetiap sanubari didalmnya bercampur haru
Walau kesemuanya itu penuh sekam dan dendam
Tangismu kini terasa menggenang
Dalam kibaran tanpa angin
Taukah engkau kami disini terus memegang
Setiap tiang - tiang pondasimu biar tak terasing
Berpacu dalam waktu walau kami jauh darimu
Kami kan terus perjuangkan engkau
Dalam kibaran birunya lautanmu
Agar hijau yang meredup itu tetap berpendar kemilau
Walau banyak tidaknya yang menyertaimu
Kami kan berjuang dibalik jubah hijaumu
Bersatu padu dalam satu lambangmu untuk mewarnai kembali
Terlukis dalam satu Bio-Symphoni
Perjalananmu masih panjang tergerai
Bergerak perlahan menantih langkah
Untuk tetap menatap maju tanpa gundah
Perjuangan itu engkau lalui
Setapak demi setapak walau halangan menghantui
Tapi tak menyurutkan semangatmu
Untuk terus dan terus maju
Perjalananmu penuh dengan tetesan keringat dan tangis
Berliku - liku dan banyak jurang menghadang
Tapi penuh kebersamaan dalam satu garis
Dan tak kan surut walau terkadang terjatuh meradang
Hijaumu terus berpendar dalam gelapnya biru
Mengembang penuh makna yang dalam
Membekas disetiap sanubari didalmnya bercampur haru
Walau kesemuanya itu penuh sekam dan dendam
Tangismu kini terasa menggenang
Dalam kibaran tanpa angin
Taukah engkau kami disini terus memegang
Setiap tiang - tiang pondasimu biar tak terasing
Berpacu dalam waktu walau kami jauh darimu
Kami kan terus perjuangkan engkau
Dalam kibaran birunya lautanmu
Agar hijau yang meredup itu tetap berpendar kemilau
Walau banyak tidaknya yang menyertaimu
Kami kan berjuang dibalik jubah hijaumu
Bersatu padu dalam satu lambangmu untuk mewarnai kembali
Terlukis dalam satu Bio-Symphoni
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Aku melihat banyak burung hitam
Yang terbang tanpa kedua sayap
Dalam hari yang kan menjelang malam
Hilir mudik gelisah mencari tempat untuk hinggap
Aku mendengar jeritan dari kejauhan
Merobek kesunyian yang singgah
Jeritan itu laksa lolongan kesedihan
Terasakan tetesan - tetesan air mata darah
Perih dan merintih - rintih kesakitan
Meronta - ronta meminta pertolongan
Karna udara seakan mencekik penuh asap
Menghanguskan rongga dan paru yang terus mengendap
Kepulan asap hitam pekat membumbung kelangit
Menyayat lebar cakrawala senja itu
Lidah - lidah api terus menari naik menjilat
Semua yang ada disekitarnya hangus jadi kumpulan debu
Raungan kegelisahan menghambur dalam senja
Berlarian carut marut tak tertata
Kedamaian kala itu hilang dalam kobaran
Berganti isak dan tangis penuh korban
Hutan hijau itu tak lagi berwarna hijau
Kini tinggal puing - puing arang yang menghitam
Dalam tanah subur yang berdebu
Bergeletakan banyak mayat terkubur menghitam
Kehidupan itu berhenti sejenak
Tanpa nafas dan tanpa gerak
Aku hanya menatap berkaca dari kejauhan
Tak tau harus bagaimana memberikan pertolongan
Api telah luluh lantahkan hutan itu
Ditelingaku masih terdengar lolongan itu
Dipelupuk mataku masih terlihat...
Mereka - mereka yang menangisi dari yang selamat
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (1)
Dikepalaku bertaut segala pemikiran
Yang datang dan pergi melintas
Seiring perlahan hembusan nafas
Tak menau mana yang kan jadi acuan
Terbersit sesuatu dalam hayalan
Akan jalinan hubungan kita itu
Bermunculan selaksa pertanyaan
Berarti dan bermaknakah aku untukmu???
Kau datang dan pergi sesukamu
Terasa hambar sikap dan lakumu
Apa yang ku rasakan kini
Kepadamu, telah jauh berubah saat pertama kali
Bibirmu yang terkadang beku
Tak menyampaikan apa yang kau rasa
Belaianmu yang tak hangat seperti dulu
Tak menunjukkan ketulusan dalam jiwa
Apa.... artiku untukmu???
Apa.... sebenarnya aku buatmu???
Apa.... rasa ini sebenarnya???
Dalam suatu hubungan percintaan dua manusia
Dan apakah rasa dihatimu beranjak hilang?
Tertuang dalam hati yang lain selain diriku
Apa mungkin semua ini hanya permainan cintamu
Memperlakukan hati dan cintaku sesukamu sekarang
Aku belum tau jawaban dari mulutmu
Aku belum tau kepastian hubungan ini
Aku.... sekarang ingin mengungkap semuanya itu
Agar aku tau apa artiku untukmu kini
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Semua berjalan berlalu
Membawa sejuta luka sendu
Tertatih bersama hati yang rapuh
Yang runtuh terpecah
Saat engkau mulai berbagi cinta
Dengan sealin diriku disana
Akankah engkau bahagia
Bila tak ada cinta
Dan tak seharusnya engkau berpaling dariku
Karena diriku masihlah mencintaimu
Mungkinkah akan kembali
Sgala rasa yang tlah hilang kini
Aku tak ingin bertahan dengan semua ini
Walaupun hati kecilmu masih menyimpan cinta untukku
Bagaikan aku mendendam padamu
Dengan luka yang ada dalam hati
Apa yang ku rasakan
Kadang tak seindah yang diangan
Semua bermunculan dalam kenyataan
Sgala rasaku kini tlah menghilang untukmu berperaduan