Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Menyusun langkah tuk berlari
Menyusuri jalan sepi
Mengibaskan embun dipagi hari
Bergerak mendahului matahari
Bunga bermekaran tanda musim semi
Berlari tanpa henti
Bersama beriring kedua kaki
Pagi ini kumulai sendiri
Jantung terpompa tak terkendali
Memacu darah tuk bereaksi
Memberi kehangatan dalam tiap sendi
Karna pagi ini dingin sekali
Udara segar menyapu pori - pori
Paru - paru ikut bertransaksi
Menukar dan mengisi
Agar sehat membanjiri
Langkah kini menepi
Karna tlah merasa tercukupi
Dan fajar menyingsing tlah menyinari
Membangunkan kota yang mati suri
Ramai orang kini membanjiri
Bergerak mengisi pagi hari
Kini diri harus segera kembali
Keperaduan meneguk air kendi
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Tertuang kabut dalam jiwa
Yang lama terkubur dalam raga
Menukar segala maya
Sepi sendiri terkunci duri duka
Ku bergerak hanya torehkan luka
Tak bisa menguak ruanya
Segala tabir rajutan suara
Menghubungkan batin penuh rasa
Air bergolak dalam jamban
Tak sebebas ku berangan
Hanya terus berputar di nampan
Menguap bersama kenangan
Tak mengerti akan masa depan
Akankah berhias kehidupan
Pasti dan pasti penuh rintangan
Dan kadang mengikis harapan
Tangisan, ratapan, keluhan, desahan
Menghias dalam setiap kehidupan
Bait - bait goresan tulisan
Yang tak mungkin hilang berkepanjangan
Hitam putih takkan mengerti
Masa lalu hanya jadi penyesalan tak terperi
Kini awan hitam masih menyelimuti
Rasa ini kapan terakhiri dihati
Yang lama terkubur dalam raga
Menukar segala maya
Sepi sendiri terkunci duri duka
Ku bergerak hanya torehkan luka
Tak bisa menguak ruanya
Segala tabir rajutan suara
Menghubungkan batin penuh rasa
Air bergolak dalam jamban
Tak sebebas ku berangan
Hanya terus berputar di nampan
Menguap bersama kenangan
Tak mengerti akan masa depan
Akankah berhias kehidupan
Pasti dan pasti penuh rintangan
Dan kadang mengikis harapan
Tangisan, ratapan, keluhan, desahan
Menghias dalam setiap kehidupan
Bait - bait goresan tulisan
Yang tak mungkin hilang berkepanjangan
Hitam putih takkan mengerti
Masa lalu hanya jadi penyesalan tak terperi
Kini awan hitam masih menyelimuti
Rasa ini kapan terakhiri dihati
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Sulit hati beranjak
Dari bayangmu nan lama terkuak
Terus dan terus ikuti setapak
Tak terasa kian memuncak
Tertoreh kenangan masa lalu
Siwaktu masih bersama dirimu
Berhias wajah ayu
Tak bisa tersapu
Setiap ku mulai melangkah
Mencari tambatan hati tuk berlabuh
Bayang dirimu terpikir tanpa terbasuh
Teringat janji yang kian merengkuh
Dasar jiwa berkata
Ingin melepas segala rasa
Terhapus semua cintaku padanya
Dan biarkan ku jalani tanpa nestapa
Sesungguhnya teramat sulit
Membuang dirimu yang tlah tertambat
Perlahan - lahan dan sedikit demi sedikit
Terus kucoba mengubah penat
Kau yang tlah pergi...
Relakanlah diriku kini
Mencari pengganti hati
Untuk diriku saat ini
Dari bayangmu nan lama terkuak
Terus dan terus ikuti setapak
Tak terasa kian memuncak
Tertoreh kenangan masa lalu
Siwaktu masih bersama dirimu
Berhias wajah ayu
Tak bisa tersapu
Setiap ku mulai melangkah
Mencari tambatan hati tuk berlabuh
Bayang dirimu terpikir tanpa terbasuh
Teringat janji yang kian merengkuh
Dasar jiwa berkata
Ingin melepas segala rasa
Terhapus semua cintaku padanya
Dan biarkan ku jalani tanpa nestapa
Sesungguhnya teramat sulit
Membuang dirimu yang tlah tertambat
Perlahan - lahan dan sedikit demi sedikit
Terus kucoba mengubah penat
Kau yang tlah pergi...
Relakanlah diriku kini
Mencari pengganti hati
Untuk diriku saat ini
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Perlahan pasti terus melangkah
Meski beban meraja tertumpah
Langkah demi langkah penuh tatih
Tanpa sedikitpun menerima upah
Berjuang sendiri mengeluarkan bayi
Bertaruh seluruh jiwa raga tak peduli
Tak henti dia menyusui
Mengasuh hingga kita bisa berlari
Tanpa bosan mengajari kehidupan
Hingga kita dewasa dan mapan
Sanggup bergelut dimasa depan
Sampai dia jadi tua dan rentan
Sesosok wanita perkasa
Yang tak terpikir penuh bintang jasa
Tak bisa tersirat dalam makna
Tapi kita hanya bisa merasa
Sebentuk kasih sayang dan cinta bunda
Kini usai sudah segala penantian panjangnya
Tuk melihat kita tumbuh meniti usia
Dan tidak menjadi orang yang sia - sia
Tak terhitung segala budi
Tak dapat pula kita menebus budi
Hanya bisa buat bahagia kini
Dengan semua usia kita tuk berbakti
Padanya... Bunda, bunda yang tak pernah terganti
Meski beban meraja tertumpah
Langkah demi langkah penuh tatih
Tanpa sedikitpun menerima upah
Berjuang sendiri mengeluarkan bayi
Bertaruh seluruh jiwa raga tak peduli
Tak henti dia menyusui
Mengasuh hingga kita bisa berlari
Tanpa bosan mengajari kehidupan
Hingga kita dewasa dan mapan
Sanggup bergelut dimasa depan
Sampai dia jadi tua dan rentan
Sesosok wanita perkasa
Yang tak terpikir penuh bintang jasa
Tak bisa tersirat dalam makna
Tapi kita hanya bisa merasa
Sebentuk kasih sayang dan cinta bunda
Kini usai sudah segala penantian panjangnya
Tuk melihat kita tumbuh meniti usia
Dan tidak menjadi orang yang sia - sia
Tak terhitung segala budi
Tak dapat pula kita menebus budi
Hanya bisa buat bahagia kini
Dengan semua usia kita tuk berbakti
Padanya... Bunda, bunda yang tak pernah terganti
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Bertabuh genderang memecah keheningan
Menutup mengisi kesunyian
Melangkah mencari arah dentuman
Tuk membuka lembaran - lembaran sapaan
Gaduh suara penuh kebisingan
Tawa gembira penuh kesenangan
Berlenggak - lenggok menari kegirangan
Melingkari nyala api unggun
Turut serta diri berdendang
Sambil menikmati jagung yang terpanggang
Menggumpal dalam malam panjang
Tak sadar azan berkumandang
Kini semua harus pulang
Berjanji malam ini kan berulang
Agar dapat kembali berdendang
Menjelang pagi hari terasa terang
Bergegas susuri hari agar beranjak malam
Tak sabar berharap surya tenggelam
Merengkuh nikmatnya rembulan malam
Hingga kedua bola mata terpejam
Merajut laba - laba menyulam
Menangkap kupu - kupu malam
Tersangkut jaring yang tajam
Bertabur butiran embun menghujam
Menutup mengisi kesunyian
Melangkah mencari arah dentuman
Tuk membuka lembaran - lembaran sapaan
Gaduh suara penuh kebisingan
Tawa gembira penuh kesenangan
Berlenggak - lenggok menari kegirangan
Melingkari nyala api unggun
Turut serta diri berdendang
Sambil menikmati jagung yang terpanggang
Menggumpal dalam malam panjang
Tak sadar azan berkumandang
Kini semua harus pulang
Berjanji malam ini kan berulang
Agar dapat kembali berdendang
Menjelang pagi hari terasa terang
Bergegas susuri hari agar beranjak malam
Tak sabar berharap surya tenggelam
Merengkuh nikmatnya rembulan malam
Hingga kedua bola mata terpejam
Merajut laba - laba menyulam
Menangkap kupu - kupu malam
Tersangkut jaring yang tajam
Bertabur butiran embun menghujam