Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Terbangun pada pagi yang dingin
Berat mata masih ingin terpejam
Subuh menggema penuh adzan
Tapi diri masih meringkuk mendekam
Jam lima lebih tiga puluh menit
Coba tuk berpacu mengejar waktu
Terdengar seruan yang menjerit
"Kareta akan segera berangkat melaju"
Bergegas menuju loket
Berebut lembaran - lembaran tiket
"Ahhh..." lega terasa duduk tak terlambat
Dengan nafas penuh sendat
Riuh gemuruh penumpang berlalu lalang
Berteriak - teriak menjajakan makanan
Mengais rejeki demi uang
Kereta ekonomi kini menempuh perjalanan
Tempat demi tempat terlewati
Stasiun demi stasiun tersinggahi
Terlihat pemandangan yang alami
Diri menatap penuh seri
Terdengar benturan roda dengan rel kereta
"Ah... sampai..."asing stasiun lempuyangan
Hanya mata yang meraja tanpa kata
Bertemu dengan sahabat terucap kata "kangen"
Berat mata masih ingin terpejam
Subuh menggema penuh adzan
Tapi diri masih meringkuk mendekam
Jam lima lebih tiga puluh menit
Coba tuk berpacu mengejar waktu
Terdengar seruan yang menjerit
"Kareta akan segera berangkat melaju"
Bergegas menuju loket
Berebut lembaran - lembaran tiket
"Ahhh..." lega terasa duduk tak terlambat
Dengan nafas penuh sendat
Riuh gemuruh penumpang berlalu lalang
Berteriak - teriak menjajakan makanan
Mengais rejeki demi uang
Kereta ekonomi kini menempuh perjalanan
Tempat demi tempat terlewati
Stasiun demi stasiun tersinggahi
Terlihat pemandangan yang alami
Diri menatap penuh seri
Terdengar benturan roda dengan rel kereta
"Ah... sampai..."asing stasiun lempuyangan
Hanya mata yang meraja tanpa kata
Bertemu dengan sahabat terucap kata "kangen"
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Pecah.... prang..ng..ng...?!?!
Berserakan terbuang
Penuh serpihan berkubang
Dalam tatanan waktu dan ruang
Mungkin cukup menuang
Ataukah akan mendulang
Adanya pecahan hati seseorang
Kadang mulut meraung....
Kini coba tuk menyapu ulang
Hamparang hati yang tertendang
Rasa kini tlah hilang...
Tanpa sedikit terkenang
Tekuni coba menyambung
Jalani kata hati nan melambung
Untuk dapat terus tersambung
Karna temukan pecahan tanpa berkabung
Terbungkus pecahan hati dengan selendang
Tetapkan diri tuk terus tetap berjuang
Jalani hidup penuh ulang
Dan takkan mengundang bencana mendatang
Cinta yang kini kau buang
Tak akan terambil ulang
Hingga ajal menjelang
Karna kau dihatiku tlah hilang
Berserakan terbuang
Penuh serpihan berkubang
Dalam tatanan waktu dan ruang
Mungkin cukup menuang
Ataukah akan mendulang
Adanya pecahan hati seseorang
Kadang mulut meraung....
Kini coba tuk menyapu ulang
Hamparang hati yang tertendang
Rasa kini tlah hilang...
Tanpa sedikit terkenang
Tekuni coba menyambung
Jalani kata hati nan melambung
Untuk dapat terus tersambung
Karna temukan pecahan tanpa berkabung
Terbungkus pecahan hati dengan selendang
Tetapkan diri tuk terus tetap berjuang
Jalani hidup penuh ulang
Dan takkan mengundang bencana mendatang
Cinta yang kini kau buang
Tak akan terambil ulang
Hingga ajal menjelang
Karna kau dihatiku tlah hilang
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Berderai....., berderu.....
Datang menyerbu menggebu
Titik tetesan terjatuh kelu
Menghambur tanpa jemu
Tanpa suatu arah tuju
Untuk tetap saling beradu
Mengunci dentuman kelabu
Tetap membuat syair sendu
Terlantun dalam suaramu
Gemericik membentuk tirai semu
Datang untuk menyapu
Butiran - butiran warna semu
Mengisi wadah untuk terisi
Harapan hidup yang pasti
Air Mu sungguh memberi arti
Tanpa harus merasa mati
Kau mengoyak panasnya mentari
Segar air Mu terbawa bernyanyi
Bersama anak kecil turut berlari
Dan hiasi hati penuh tari
Hujan... tetaplah kau jadi hujan
Yang lengkapi kehidupan
Segarnya air yang kau teteskan
Membasuh lusuh diri bersabun
Datang menyerbu menggebu
Titik tetesan terjatuh kelu
Menghambur tanpa jemu
Tanpa suatu arah tuju
Untuk tetap saling beradu
Mengunci dentuman kelabu
Tetap membuat syair sendu
Terlantun dalam suaramu
Gemericik membentuk tirai semu
Datang untuk menyapu
Butiran - butiran warna semu
Mengisi wadah untuk terisi
Harapan hidup yang pasti
Air Mu sungguh memberi arti
Tanpa harus merasa mati
Kau mengoyak panasnya mentari
Segar air Mu terbawa bernyanyi
Bersama anak kecil turut berlari
Dan hiasi hati penuh tari
Hujan... tetaplah kau jadi hujan
Yang lengkapi kehidupan
Segarnya air yang kau teteskan
Membasuh lusuh diri bersabun