Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Seraya menguak tabir
Membasuh diri mengusap air
Melepaskan penat yang berhambur
Segarkan diri dalam tiap tetesan bertabur
Aku menatap sebuah harapan
Dalam Sebuah angan
Yang selama ini ingin ku dapatkan
Walau itu masih dalam penantian
Tersenyum pada indahnya rembulan
Memeluk ku penuh keindahan
Memberikan terang dalam jalan
Walau rembulan terbiaskan
Hamparan itu tak terukur
Tapi luasnya kini terukir
Aku mulailah berfikir atas apa yang terfikir
Dalam ucap hati, hasrat itu membanjir
Aku terbang menjelajahi awan
Lembut belaianku bersentuhan
Melukis kisah yang tak kan terlupakan
Dimana semua itu bermula dengan candaan
Kini seisi hutan jelalatan
Menatapku penuh keheranan
Mencoba tuk berjabatan
Sambil sesekali meneriakkan harapan
Mereka melukiskan memori keindahan
Di tujukan kepada sang putri kayangan
Tuk datang berikan kedamaian
Yang kan tertanam dalam selimut kebahagiaan
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Berjalan merajut waktu
Dalam Bulatan kabut pagi buta
Hingga bertaburkan kunang - kunang
Beriring dengan iringan deru mesin yang berdering
Terpacu penuh kecepatan
Dalam hentakan bahu jalanan
Menembus angin yang menyapu badan
Penuh dengan haluan dan kelokan
Debu bercampur CO2 terus jadi sarapan
Menyemprot dari cerobong - cerobong hitam
Meneguk kembali air keringat yang menetes dalam badan
Hingga tak terasa tubuh jadi kering legam
Panas dan badai jadi pemandangan sehari - hari
Teriknya membakar menyulut dahaga nurani
Tetesannya memecahkan raga rapuh berserakan kesana kemari
Jalanan itu penuh lubang yang terasangi ranjau tersembunyi
Konsentrasi jadi acuanku
Saat aku beradu dengan waktu jalanan
Waktu terasa membunuhku
Cepat tapi pasti dalam hitungan ringan
Kini sudah terlewati....
Segala rintangan itu dan aku masih dikejar waktu
Hari berganti hari....
Belumlah aku temukan safana yang sejukkan jiwaku
Seperti waktu terbunuh dengan cepat
Memburu dan diburu, merapat dan melambat
Hari ini yang terasa sekali dalam tubuhku
Penuh biru - biru membekas tak nyata dalam diburu waktu
Jalanan adalah rumahku
Jalanan pula yang membunuh waktuku
Jalanan itu hidupku
Jalanan ini prosesku tuk menumbuhkan waktu dalam hidupku
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Berjalan mengitari ruas - ruas jalan
Terselubung penuh persimpangan
Tak tau lagi mana yang akan ku lalui
Bingung tuk tentukan kaki berlari
Di setiap jalan - jalan itu
Telah banyak yang aku singgahi
Hanya tuk sekedar menyapa atau berteduh dari lelah hati
Dan mata tak henti tuk terus dan terus mencari yang dituju
Wajah itu tak jua ku rekam
Dalam kedua bola mata yang tak mau terpejam
Wajah itu tak kunjung datang
Hingga waktu yang terhitung mendatang
Dimana.... engkau sekarang bertandang?
Dimana.... engkau sekarang menanti?
Aku... yang terus mencari - cari
Aku... yang terus sampai saat ini masih mendulang
Walau kini aku mengendus - endus
Walau kini aku memperbesar jejakmu
Tak jua tebalnya aku tembus
Tak ada yang aku tau
Dirimu yang akan singgah dalam hidupku
Dirimu yang akan hiasi hatiku
Bersanding dalam ikatan suci jodoh
Yang akan tersunting dalam indahnya pernikahan
Akan aku cari walau sampai uzur
Akan aku gapai dirimu walau jauh
Akan aku gali walau masih terkubur
Akan mencari engkau wanitaku yang sakinah, mawadah dan warohmah
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Kenapa ku masih sendiri?
Kenapa semua hanya melewati?
Tanpa memberi kesan dihati
Dan kenapa hanya ku sendiri?
Apa yang sedang terjadi?
Apa yang kurang ku sadari?
Apa yang harus ku akui?
Hingga semua tak lagi pergi
Ku coba beri hati
Ku coba untuk memaknai
Dan ku coba mencintai
Tapi tetap ku sendiri
Ku raba nuansa rasa hati
Ku buka lagi jati diri
Ku coba buka hati
Tapi cinta tetap pergi
Diposting oleh
PUSTAKA JIWA
komentar (0)
Aku tak tau...???
Tak tau harus bagaimana
Menghadapi semua ini tanpamu
Seperti terpasung dalam balutan asmara
Aku tak mengerti...???
Tak mengerti harus berbuat apa
Kepada mu yang kini ada dalam hati
Berbaur satu jiwa dalam tubuhku ini
Aku merasakan kegalauan dalam sikap lakumu
Yang selama ini terekam lensa mataku
Kebimbangan hati tercuar menusuk dalam rautmu
Gundah gulana tak tau lagi apa yang akan tercumbu
Semuanya telah aku tuangkan
Jadi satu kesatuan rangkaian
Untaian kata sayang dan cinta
Dan tertujukan hanya padamu semata
Kini... hanya kan menunggu
Kesemua rangkaian yang telah terlontarkan padamu
Ketulusan yang aku tebarkan untukmu jangan engkau tutupi
Dengan besarnya keraguan mu dalam hati
Biar... biar... biar itu hanyut dan larut dalam hati
Biar tercampur jadi satu adonan cinta untuk kita
Terbuai aroma asmaranya menghayutkan sukma
Mereguk nikmatnya kasih sayang sampai nanti mati